Persidangan Ayah
"Mereka akan tahu"
Aku masih mondar-mandir di kamarku, hari ini adalah persidangan ayah. Kak tiara dan bunda sudah tidak lagi mengijinkanku pergi, karena waktu mengantar azhar aku pulang larut malam. Saat itulah aku takut meminta ijin untuk pergi sendiri, lagipula aku tidak yakin untuk datang ke persidangan. Tapi semua orang akan mempertanyakan tentang diriku, karena selama ini identitas siapa aku sebenarnya tidak pernah di ketahui. Dan banyak orang bertanya tentang dimana aku sebenarnya, terutama azhar. Tapi, jika aku datang bagaimana dengan azhar, kak tiara dan bunda, aku tak akan sanggup kehilangan mereka hanya karena masalah ini.
"Ya Allah gimana ini?" aku berdoa dengan perasaan cemas dan bingung.
Aku melihat acara televisi yang menayangkan langsung persiapan persidangan pak gubernur.Dan benar saja, bahwa semua media menanyakan kemana putri pak gubernur sebenarnya.Pertama kalinya, aku melihat azhar di wawancarai, karena biasanya dia lari dari wartawan.
"Aku sudah pasrah dengan keputusan hakim terhadap ayahku, aku hanya bisa berdoa yang terbaik untuk keluargaku. Tapi jika aku tahu dimana putri ayahku, aku ingin membawanya datang kesini agar dia berkumpul bersama kami sebagai keluarga, walaupun ibuku belum menerimanya, dan dia harus membuktikan bahwa dia tidak salah dalam hal ini. Jika dia sudah tidak ada, aku mohon kepada kalian untuk tidak lagi mencar-cari keberadaannya apalagi hanya untuk bahan pemberitaan. Saya berharap kasus ini cepat selesai, terimakasih" penuturan azhar di tv.
Keputusan yang bodoh jika aku memberanikan diri untuk datang ke persidangan itu, karena itu tandanya aku harus siap kehilangan semua kebahagiaan yang aku miliki saat ini, dan aku belum siap untuk kehilangan itu semua. Tapi bukankah kejujuran itu adalah satu hal yang baik, untuk apa keluarga yang ku miliki saat ini, jika di dasari dengan kebohongan.
Persidangan itu sudah di mulai, sudah sejam aku duduk di depan televisi, dan keputusan yang ku ambil mungkin akan menyakiti hati banyak orang. Aku pergi ke rumahku bersama ayah dan ibu dulu, aku nekat pergi sendiri meninggalkan rumah yang sepi karena bunda dan kak tiara sedang pergi, walaupun mereka berpesan agar aku tidak pergi sendiri. Tapi semua ini aku lakukan, untuk membalas semua kesalahanku pada keluarga azhar dan memberitahu mereka bahwa ibuku adalah orang baik, tidak sama dengan yang mereka bicarakan selama ini.
Aku datang ke rumah itu untuk menemui makam ibuku yang ada di samping rumah itu, aku merasa perlu meminta doa restunya apalagi selama ini aku belum menemuinya. Saat aku akan pergi, aku melihat si mbo berdiri di hadapanku. Aku langsung memeluk si mbo dan menangis di bahunya, aku bersyukur ada di si mbo di sampingku yang akan membantuku meyakinkan semua orang akan nama baik ibuku.
Aku dan si mbo bergegas menuju tempat persidangan, taksi melaju dengan sangat cepat. Aku meihat acara tersebut di ponselku, aku melihat ayahku sedang duduk di depan hakim, aku juga melihat azhar sedang duduk di samping ibunya yang sedang sakit. Aku mendengar ayah berkata yang tidak benar tentang ibuku, dia bilang semua itu adalah rekayasa ibuku yang ingin mendapat cintanya. Aku tidak nyangka seorang ayah yang sangat aku sayangi dan aku rindukan kehadiranya ternyata tega melakukan itu pada ibuku. Ayahku juga bilang bahwa ibuku meninggal karena bunuh diri, dan dia tidak sengaja memegang pisau yang dipakai ibuku untuk bunuh diri, aku sudah tidak perduli lagi apa yang akan dilakukan azhar, bunda dan kak tiara jika mereka tahu siapa aku sebenarnya, yang aku perdulikan saat itu adalah kehormatan ibuku dan ayahku berhak untuk di hukum atas semua perbuatannya.
Taksi mendarat tepat diluar gedung persidangan, aku dan si mbo berlari menuju ruang persidangan, karena beberapa menit lagi persidangannya selesai dan ayahku mungkin akan bebas dari hukumannya. Aku memegang gagang pintu ruangan itu dan membukanya dengan bismillah, aku kuatkan semua keraguan yang selama ini selalu menghalangiku untuk jujur dan membiarkanku terus bersarang dalam kebohongan.Begitu pintu terbuka, semua orang memandangku yang datang dengan membawa si mbo. Aku tidak peduli dengan semua tatapan kecurigaan itu, hanya satu tatapan yang aku lihat yaitu orang yang berdiri ketika melihat kehadiranku, orang yang matanya tak pernah berhenti memandangku sampai aku tiba di depan meja sidang, yaitu azhar.
YOU ARE READING
Seuntai Tasbih
Teen FictionMasa lalu adalah hal mengerikan ketika seseorang mengingat dirinya dalam kegelapan, dimana sesorang merasa jiwanya begitu jauh dari agama, tak ada penopang yang kuat untuk dia bisa berpegang teguh padanya, tak ada perisai yang cukup kokoh untuk dia...