Bab 21

5.3K 252 0
                                    

Satu minggu Devon menunggu kepulangan papanya, bukan karena apa-apa. Dia hanya punya urusan yang harus diselesaikan dengan papanya. Devon menarik nafasnya sebelum masuk ke ruang kerja papanya. Entah keputusan yang akan diambil benar atau tidak, Devon tidak tau.

Devon membuka pintu berwarna coklat itu dan langsung menemukan papanya yang tengah berkutad dengan setumpuk berkas ditangannya. Devon berdiri dihadapan papanya. Sadar ada seseorang yang masuk Wiyoko menemukan putra sematawayangnya tengah menatapnya serius.

Kedua anak dan ayah itu memiliki sifat yang sama. Ego tinggi, keras kepala dan otoriter dan mungkin posesif

"ada apa?"tanya Wiyoko tho the poin

"Devon akan sekolah bisnis sesuai keinginan papa, asal dengan satu syarat"ujar Devon tegas, Wiyoko tampak diam, menunggu apa yang akan dikatakan anaknya

"batalin perjodohan Devon dan Helena"

Wiyoko sedikit terkejut, bukankah hubungan kedua remaja itu sudah ada perkembangan. Istrinya sendiri yang memberitahunya. Lalu apa masalahnya, dan soal pertunangan itu hanyalah masalah bisnis sebenarnya yang bisa dibatalkan saat salah satu pihak menolak setelah diberi masa pendekatan. Namun tampaknya masa pendekatan itu gagal.

"kenapa, kok tiba-tiba. Bukannya beberapa bulan ini hubungan kalian berkembang?"tampaknya Wiyoko mulai membuang gengsinya untuk mengetahui sedikit masalah anak remajanya ini

"bukan apa-apa. Devon dan Helena adalah orang yang bertolak belakang. Bukannya papa tau. Orang kayak Helena sama sekali gak akan bikin Devon tertarik"jawab Devon santai. Itu semua bohong, Devon mentertawai dirinya dalam hati. Munafik, orang seperti Helena tak akan menarik perhatiannya? Benarkah, lalu sejak kapan Devon merasakan sakit hati karena seorang perempuan seperti Helena dekat dengan orang spesial dimasa lalunya. Sejak kapan Devon mulai membenci gadis itu hanya karena kalah dengan Sammy.

Yang Devon benci adalah orang yang pura-pura menyanginya dan plinplan pada pilihan.

"baik, besok akan papa bicarakan dengan papanya Helena"

Devon mengernyiy heran"tunggu pa, kenapa papa gak terima penolakan Devon soal perjodohan ini sejak awal? "

"penawaran dan hasil yang papa terima harus seimbang. Dulu kamu gak punya tawaran yang menarik untuk membatalkan prtunangan ini. Tapi sekarang, papa rasa kamu tau itu yang sejak dulu papa inginkan"

"daripada kamu yang berminat jadi photografer gak jelas. Mending sekolah bisnis"lanjut papanya

Devon mengepalkan tangannya kuat, papanya tetap papanya"papa emang merasa selalu benar, egois dan gak pernah mau dengerin kata orang"

Devon berjalan dengan cepat menuju pintu, kemudian membanting pintu itu sekuat tenaga. Hingga jika mungkin pintu itu bisa bicara, ia akan memohon untuk diganti dengan pintu yang lain saja.

Tepat ditengah malam papa Helena tampak masuk kedalam kamar anaknya, ia langsung menyalakan lampu kamar Helena. Membuat Helena mengeliat tak nyaman karena cahaya yang tiba-tiba menarpa wajahnya.

"Hel"panggil papanya lembut

Helena kemudian membuka matanya setelah tau yang menyalakan lampu adalah papanya, gadis itu langsung duduk menghadap papanya

"ada apa pa?"tanyanya heran karena tidak pernah sebelumnya membangunkannya ditengah malam

"papa mau ngomong, jangan dipotong loh ya"ancam papanya membuat Helena terkekeh

"iya iya, takut banget"ejek Helena

"tadi papa dan papanya Devon ketemu, kami membahas pertunangan kalian yang akan dibatalkan, alas-"

"batal! "teriak Helena

"kenapa, Helena dan Devon baik-baik aja"kilahnya cepat

"Devon yang membatalkan sayang"ujar papanya lembut

Helena menutu matanya mencoba menetralisir emosinya"besok Helena akan tanya langsung ke Devon"ujarnya

Papanya mengangguk, kemudian mengusap kepala Helena pelan
"good night sweetheart"

Helena tak dapat menahan tangisnya yang pecah setelahnya. Devon benar, pria itu tak main-main membatalkan pertunangannya. Bahakan pertunagan adalah hal terakhir yang dapat mengikatnya dan Devon. Helena sudah mengabaikan Sam beberapa hari ini. Memaksa Sam menjauh bahkan mengatakan benci pria itu. Karena ialah yang muncul tiba-tiba meski Rana terlibat dalam ketidak adilan yang diterima Sam.

Helena juga menyesal karena Sam ternyata juga mencintainya. Dulu, Helena tekankan dulu!. Sebelum ada Devon.
                          Ooo

Rintik hujan yang mulai jatuh  membuat Helena mempercepat langkah kakinya menuju koridor, gadis itu ssdikit basah, hanya sedikit. Kemudian hujan kembali turun dengan derasnya membuat Helena bersyukur hanya terkena rintiknya.

Helena berjalan dengan pelan menyusuri koridor yang tampak sepi, Helena memicingkan matanya ketika menatap bayangan Devon yang berjalan mendekatinya.

Pria itu berdiri dihadapannya, dengan wajah dinginnya

"hubungan kita akan benar-benar berakhir"Helena tau, Helena menatap Devon nanar. Sebenci itukah Devon padanya.

"belum Devon, usaha gue belum selesai"ujar Helena lirih

"di malam prom night. Adalah hari terakhir kita ketemu. Gue cuma mau bilang. Makasih untuk semuanya"ujar Devon tulus

Hal itu menusuk Helena, seoalah menyadarkan kalau semuanya berakhir. Benar-benar berakhir. Helena mengingat saat pertama kali mereka bertemu, disaat mos, ketika untuk pertama kalinya Helena pernah suka pada Devon. Kemudian saat mereka membagi hari bersama, hari yang menyebalkan bagi Devon karena sikap Helena yang terus menguntitnya. Ingatan saat Devon memintanya untuk membuatnya jatuh cinta pada Helena.

Untuk pertama kalinya menaiki motor Devon dengan status pacar, sifat cemburuan, dan posesifnya yang dulu Helena benci tapi sekarang malah Helena harapkan.
"jadi semuanya benar-benar berakhir?"tanya Helena, gadis itu mengusap air matanya cepat menggunakan punggung tangannya.

Devon yang melihat itu jujur tak tau sedalam mana perasaan Helena padanya sampai-sampai gadis itu menangis dengan menyedihkan.

"do you really love me? " ujar Devon dengan menaikkan alisnya

Helena mendongak menatap pria itu dengan air mata yang tak mau berhenti menetes"bukannya udah gak penting. Pura-pura? Itu kata lo. Itu hal paling sakit Von. Saat gue dikira pura-pura ditengah rasa sayang gue"

Helena kembali mengusap air matanya kasar"mungkin Sam pernah nawarin rasa nyaman ke gue. Tapi lo, lo nawarin cinta dan rasa nyaman disaat yang sama. Mungkin perlakuan gue ke Sam buat lo cemburu. Tapi sebenarnya gue cuma bingung karena merasa gak adil buat Sam"

Devon terdiam, kemudian menarik nafasnya dalam"tapi seperti yang gue bilang. Gue gak minat balikan sama mantan"

"tapi mungkin akan ada tempat lain untuk beberapa waktu lagi"Devon berjalan menjauh dari Helena

Helena tak mengerti apa yang dimaksud Devon. Pria itu penuh teka-teki.

Dan sekarang Helena kembali bertanya apa semuanya benar-benar berakhir? Atau belum?.

A/N: pendek ya?  Hehe
         Maaf ya, aku up dua part loh minggu ini. Sebenarnya aku gak terlalu nentuin jadwal up. Sesuia imajinasi yang mengalir aja.

Jadi bisa jadi aja aku kadang up tiga sampai empat dalam seminggu. Ingat tergantung ide loh ya. Kadang kalau mumet lama up solanya.

Oke deh, maksih ya yang udah mau baca. See you in the next cap.

Kiss and hug😊

My Possesive Ice Prince (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang