Bab 20

5.9K 271 5
                                    

Semuanya benar-benar berakhir, Devon kembali berlaku seperti sebelum mereka pacaran, cuek, dingin bahkan tak perduli apapun yang Helena lakukan. Rasa manis saat mereka pacaran itu hanya ingatan manis yang Helena bisa putar. Sisanya hanya fakta kalau dia dan Devon sudah tak ada hubungan spesial lagi.

Tinggal pertunangan yang Helena harapkan dapat menjadi pengikatnya dengan Devon. Helena benar-benar bingung bagaimana cara meyakinkan pria itu kalau ia hanya bingung malam itu, Karena kenyataan yang diterima. Tentu saja tak adil bagi Sam menurut Helena. Setelah Helena kehilangan Devon sekarang ia sadar pria itu yang paling ia butuhkan. Meskipun dulu Sam pernah menawarkan kenyamanan yang sama. Namun pria itu pergi disaat kenyamanan itu memggila. Dan Helena tak mau hal yang sama terjadi pada dirinya dan Devon.

Helena kembali melirik ke belakang, dimana Devon tengah asik dengan earphone nya seperti dulu. Pria itu bahkan tak keluar untuk sekedar makan siang ke kantin. Yang tersisa di kelasnya hanya Helena dan Devon. Bibirnya sudah gatal ingin bicara. Tapi nyalinya ciut karena sikap cuek Devon. Bukankah dulu ia nekat mendekati meskipun Devon selalu bersikap cuek padanya. Tapi kali ini rasanya beda.

Helena menarik nafasnya, berjalan ke meja Devon kemudian duduk di bangku yang berada di depan bangku Devon, duduk menyamping menghadap pria itu. Namun Devon, seolah tak sadar Helena berada dihadapannya.

Helena dengan berani melepas earphone ditelinga pria itu. Pria itu masih diam, namun menatap mata Helena dengan dingin"Devon tolong dengerin gue, sekali aja"mohon Helena

Devon masih memasang wajah santainya,diam tak menjawab"gue beneran gak ada perasaan apapun sama Sam. Tolong percaya sama gue. Perlakuan gue ke Sam karena gue cuma pengen ngelurusin masalah kita yang dulu"

Helena menatap Devon, menanti pria itu mungkin saja mau bicara padanya"lo bukan siapa-siapa gue lagi. Lo bebas dekat dengan siapapun"

Ucapan itu menampar Helena untuk sadar posisinya, untuk mengingatkan bahwa ucapan Devon kemarin tak main-main"tapi, gue ga bisa putus sama lo. Gue masih sayang sama lo"Helena berujar dengan lirih

"gue ga minat balikan sama mantan"

Ingin sekali Helena menonjok wajah dingin itu dengan tangannya. Jawaban pria itu sungguh membuat Helena naik darah"kita boleh putus, tapi kita tetep tunangan!"

"lo cuma akan sakit hati kalau mempertahankan gue"ujar Devon sinis

"gue rela matahin hati gue sendiri, untuk buat lo jadi Devon gue"Helena menatap Devon serius, meyakinkan pria itu ia tak main-main

"oh ya, coba kita liat"Devon memamerkan smirknya, senyum sinis yang diperlihatkan pada Helena. Karena demi apapun Devon benci orang yang pura-pura sayang padanya.

Helena menatap Devon pasrah, ia akan berjuang, sesakit apapun perlakuan Devon padanya. Langkah kaki yang terdengar menggema diantara suasana kelas yang sepi membuat keduanya menoleh, Sam berjalan ke arah mereka, menatap lurus kearah Helena "nih"pria itu menyodorkan kantung plastik pada Helena, membuat gadis itu mengernyit heran apa isi kantung plastik itu.

Helena menatap Sam dengan bingung"ini apa?"

"jamu datang bulan"balas Sam sambil tersenyum

Helena menganga, Sam bahkan sampai tau siklus menstruasinya, sekarang wajah Helena merah padam karena malu"gue pergi dulu"Sam beralan menjauh dari kelas Helena

Sementara Devon tetap diam dan duduk manis kembali memasang earphone nya membiarkan telinnganya tak mendengar apapun. Helena menatap Devon yang menatap kearahnya datar, membuat Helena menghela nafas lelah.

_ooo
Sorenya Helena sudah berada dirumah Devon, gadis itu membawa kotak makan berisi kue yang ia buat bersama papanya, dan bisa dipastikan rasanya akan enak.

Helena memencet bel rumah Devon sekali lagi, setelah sebelumnya memencet bel namun tak ada jawaban. Wajah mamanya Devon membuat Helena tersenyum"sore tante, Devonnya ada? "tanya Helena sopan

Mamanya Devon mengernyit heran, jelas ini bukan Helena, gadis itu bisa langsung masuk tanpa memencet bel seperti biasa"loh Hel, pakai mencel bel segala. Kan bisa langsung masuk"

"gapapa kok tante, pengen aja. Devon ada gak tante?"tanyanya sekali lagi

"ada, paling lagi tidur"balas memanya memutar matanya malas

Helena memasuki rumah itu kemudian berjalan kearah kamar Devon setelah meminta izin pada mamanya Devon tentu. Dibukanya pintu sepelan mungkin, membiarkan pintu itu terbuka setelahnya, Helena duduk disamping tempat tidur pria itu. Memperhatikan wajah Devon yang masih damai dalam tidurnya, terlihat polos seolah tak sedang membenci Helena. Helena meletakkan kotak makanannya di nakas, mengarahkan tangannya untuk mengusap rambut Devon pelan. Biasanya Devon paling senang kalau Helena melakukan itu padanya.

Devon merasakan sebuah tangan mungil mengusap kepalanya, tangan yang bisa tau siapa pemiliknya tanpa melihat terlebih dahulu. Tangan itu terasa masih sama, namun status mereka telah berbeda. Devon menepis tangan Helena cepat, membuat Helena sedikit kaget karena pergerakan yang tiba-tiba.

Devon segera menyingkap selimutnya, kemudian duduk diatas kasurnya"lo selalu lupa posisi ya"ujar Devon ketus. Pria itu berdiri turun dari kasurnya kemudian berjalan kearah wastafel. Mencuci wajahnya kemudian mengeringkannya dengan handuk. Tanpa menatap Helena ia duduk di sofa dekat jendelanya

"gue gak lupa posisi, seandainya gue bukan pacar lo lagi. Gue masih tunangan lo"balas Helena pelan, Helena menatap Devon yang sama sekali tak mau menatapnya. Sebegitu marahkah dia padanya. Padahal Helena berani dimaki pria itu sekarang.

"seberapa jauh lo mau pura-pura. Lo bisa pacaran sama Sam"

"gue gak mau!"teriak Helena lantang

"kenapa? Lo masih belum puas pura-pura sayang sama gue"ketus Devon

Helena membulatkan matanya"siapa yang pura-pura. Bisa gak lo berhenti bilang gue pura-pura!"

"bisa gak lo pergi dari hidup gue"Devon berujar dengan tegas, menatap Helena dengan pandangan terlukunya, tak sadarkah gadis itu ia masih cemburu, melihat Helena pergi sekolah bersama Sam, pulang dengan pria itu. Dan gadis itu masih bisa teratawa. Seolah lupa itulah alasan Devon membenci gadis itu. Karena saat dia bilang tidak suka pada Sam, itu berbeda jauh dengan sifatnya pada Sam.

Perkataan Devon menyadarkan Helena pria itu benar-benar membencinya sekarang"gak akan"

Devon hanya diam kembali, suara kacanya yang seperti di lempar oleh sesuatu membuat Devon membuka jendela kamarnya dan berdiri di balkon"hy Il?sapanya saat melihat Ilona berdiri di balkon kamarnya sendiri, yang tepat bersebrsangan denan balkon kamar Devon.

Ilona tersenyum senang"gue tadi masak pasta lo mau"

"gak mau!"suara teriakan itu bukan dari Devon melainkan dari Helena yang langsung berdiri mengahalangi pandangan Ilona terhadap Devon. Seolah melindungi pria itu

Ilona tersenyum tipis"maaf gue gak tau lo lagi ada tamu"

"tamu tak di undang kok Il. Gue ke rumah lo bentar lagi ya"balas Devon

Ilona mengangguk,lalu berbalik masuk ke kamarnya"lo bisa pulang sekarang"ketus Devon

Helena menggeleng"gak akan"

"terserah lo lah"Devon berjalan menjauh dari Helena, mungkin saja akan ke rumah Ilona, Helena memendang ke bawah, dimana Devon tengah membuka gerbang rumahnya dan berjalan tepat ke rumah Ilona.

Sekarang ia tau rasanya cemburu dan kecewa. Mungkin itu juga yang dirasakan Devon ketika melihatnya bersama Sam. Tapi bagaimana cara Helena membuat Sam menjauh darinya. Pria itu selalu memaksanya.

Dan demi apapun Devon Abraham harus kembali padanya. Sebesar apapun penolakan yang diberikan.

Ps: maunya endingnya gimana?
Kasih voment loh ya*~*

My Possesive Ice Prince (DITERBITKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang