01 Mini Market

484 50 9
                                    

Jiae x Yoongi

.

.

.

Gadis bersurai hitam legam itu mulai mengatur nafasnya. Setelah nafasnya sedikit lebih baik, ia menegakkan tubuhnya. Memejamkan mata, lalu merentangkan kedua tangannya. Kepalanya ia tengadahkan ke atas. Senyum mengembang seiring dengan matanya yang ia buka.

"Yes, berhasil!" Gumamnya.

Ia kini berada di trotoar salah satu jalanan kotanya. Kota yang sudah belasan tahun dirindukannya. Kota kelahirannya. Tapi sejak dua tahun kedatangannya, belum pernah ia menghirup dengan bebas udara di kotanya.

Malam. Ia sangat menyukai malam hari di kotanya. Selama ini, ia hanya bisa melihat kehidupan malam di kotanya dari drama yang selalu ia tonton di tv berlayar besar yang ditempatkan sang ayah di kamar tidurnya.

Ia tak bisa menyembunyikan rasa senangnya karena telah berhasil keluar dari jerat pengawalan ketat rumahnya. Ia sudah dua tahun menjalani kehidupan terkekang seolah dalam penjara. Ia sangat ingin kebebasan.

Sekalipun ia tahu dan sadar bahwa semua itu membahayakannya.

Kini langkahnya dipenuhi kegembiraan merasakan kebebasan. Menyusuri jalanan kota, menikmati pemandangan dan keramaian malam di kotanya. Orang-orang masih banyak yang berlalu lalang.

Semakin lama, tubuh kecil dan ringkihnya yang hanya dibalut training berwarna gelap dan kaus putih tanpa pelapis itu merasakan kejamnya udara malam. Dingin.

Ia pun memutuskan untuk masuk ke salah satu mini market yang dilewatinya.

Oh, acara lari dari rumah untuk beberapa jam ke depan ini sudah ia persiapkan sejak lama. Sehingga ia tak perlu khawatir akan kelaparan karena ia telah menyiapkan beberapa lembar Won di kantong celananya.

Gadis itu memilah milih minuman yang harus ia coba. Lalu mengambil ramyun untuk mengganjal perutnya dan dua buah sosis ukuran besar. Dibawanya barang-barang tersebut ke kasir.

"Ada yang lain?" Tanya si kasir.

"Tidak. Eh, boleh bertanya?"

"Ya?" Si kasir tadi menatap tepat di mata gadis bersurai hitam itu. Tatapan yang sulit diartikan

"Apa kau sakit?"

"Tidak," jawab laki-laki kasir itu singkat lalu kembali menghitung belanjaannya.

"Kulitmu pucat. Wajahmu pucat,"

"Maaf nona, kulitku begini sejak lahir. Semuanya ₩5600,"

"Aah maafkan aku. Ohya, apa kau bisa membantuku membuat ramyun ini?" Gadis itu menyodorkan selembar uang ₩10000.

"Maaf tapi aku dibayar untuk menunggu kasir. Bukan untuk membuatkan ramyun pelanggan," jawab laki-laki kasir itu tanpa sedikitpun menatap si gadis.

Gadis bernama Yoo Jiae itu hanya bisa menghela nafas dengan kedua obsidiannya yang tak luput memerhatikan tangan cekatan si kasir yang sedang mengambil empat ribu empat ratus Won untuk kembalian.

Jiae benar-benar bingung sekarang.

Seumur hidupnya, ia tidak pernah menyentuh yang namanya dapur. Bahkan mengambil air minum pun hanya tinggal memanggil orang dan langsung tersedia di depannya.

"Hyung, shiftmu selesai,"

Jiae yang masih terpaku berdiri di dekat sebuah meja yang biasa dipakai orang-orang untuk menikmati ramyun mereka bisa mendengar jelas apa yang terjadi di balik mesin kasir. Jiae juga tahu bahwa laki-laki putih tadi yang memberinya kembalian mulai melepas rompi hijaunya dan keluar dari balik kasir.

NIGHT (series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang