14. Yang Pergi dan Yang Datang

96 8 2
                                    

StrayKids Changbin x Izone Chaewon

.

.

.


Changbin tidak tahu bahwa gadis yang telah menghabiskan 3 tahun pertama masa kuliah dengannya ini pada akhirnya akan ia lepas juga. Di bandara ini, Changbin melepas kepergian Yehana. Segala konflik yang terjadi setahun terakhir di keluarga Yehana membuat gadis itu terpaksa membuat keputusan yang sebenarnya cukup berat baginya.

“Dutch. I’ll never come back to this country. Just let me go, Bin. Aku gak mau bikin kamu terbebani sama aku. Biarin aku mulai menata hidup aku kembali dari awal. Aku pengen lupain semua rasa sakit aku setahun terakhir ini.

Berulang kali Changbin berusaha menahan Yehana, tapi akhirnya Changbin lelah dan menyerah.

“Makasih, Bin. Makasih banget untuk banyak hal. Untuk apa yang sudah kamu lakuin buat aku selama ini. Semua kebaikan, perhatian, dan ... perasaan kamu, maaf aku gak bisa balas dengan sesuatu yang lebih layak. Aku yakin, suatu saat kamu bakalan ketemu perempuan yang jauh lebih baik dari aku dan memperlakukan kamu sebagaimana kamu memperlakukan aku selama ini.”

Changbin tidak lagi memiliki kata-kata untuk ia sampaikan pada Yehana. Hanya sebuah pelukan terakhir—meski Changbin berharap ia bisa bertemu kembali dengan Yehana—yang bisa Changbin lakukan untuk benar-benar melepas Yehana melangkah menjauh darinya.

Yehana melepas pelukan itu. Menggenggam erat koper untuk ditariknya menjauh dari Changbin. Menjauh dari tanah kelahirannya. Changbin hanya bisa menatap punggung Yehana yang tidak pernah menoleh lagi hingga presensinya hilang ditelan hiruk pikuk bandara.

Changbin pulang dengan hati yang hampa. Tidak akan ada lagi dua bulan sabit kembar yang akan selalu menjadi penawar rasa sedih Changbin. Tidak akan ada lagi Yehana yang selalu membuatnya repot. Tidak akan ada lagi sosok Yehana yang selalu menjadi rumah  bagi Changbin.

Langit sudah gelap ketika Changbin berjalan ke arah parkiran mobil. Diliriknya jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu telah menunjukkan pukul setengah 8 malam. Changbin sudah duduk di kursi kemudi. Kepalanya ia sandarkan pada setir.Rasanya ia belum sanggup untuk mengemudi. Lantas ponsel di saku jaketnya bergetar menandakan sebuah panggilan masuk.

Felix.

“Apa?”

“Bro, masih di bandara?” tanya Felix dengan nada suara panik.

“Hmm.”

“Bisa minta tolong?”

“Kalau susah, gue tolak.”

“Kagak, Bro. Gue ini harusnya jemput kembaran gue. Tapi gue lagi sama Bang Woojin jadi responden buat ujian dia.”

“Bentuk kembaran lu kayak gimana aja gue gak tau, Lix.”

“Gue kirim fotonya.”

“Ya.”

“Mau kan, Bang?”

“Iya.”

“Thank you. Abang Changbin emang terbaik. Ntar gue kasih bonus cium pipi sekali.”

“Sampis. Ya udah buruan.”

Panggilan berakhir. Sebenarnya Changbin sudah enggan untuk kembali lagi ke area bandara. Apalagi loby kedatangan lumayan jauh dari tempat ia parkir. Satu pesan masuk dari Felix. Sebuah foto yang membuat Changbin terkejut.

"Ternyata beneran punya kembaran.”

Felix sudah sering memberitahukan teman-temannya kalau dia punya saudari kembar. Tapi tidak ada satupun yang percaya. Ketika Felix menunjukkan foto saudarinya, yang ia terima hanya hujatan kalau itu adalah potret dirinya yang berdandan ala perempuan.

NIGHT (series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang