3. Perkenalan

4.8K 1K 94
                                    

Entah bagaimana ceritanya, Daniel jadi menceritakan kisah hidupnya pada Seongwoo. Seongwoo mentraktirnya makan, omong - omong. Ia juga sesekali menyuapi Woojin yang makan dengan berantakan.

"Ya... Begitulah," kata Daniel menutup ceritanya. Ia tak menyangka kalau Seongwoo akan menganggap kisah hidupnya dengan serius.

Daniel juga terkejut ternyata Seongwoo tidak kaget menghadapi kenyataan bahwa adik tingkatnya adalah seorang single father. Berbeda sekali dengan Donghyun, keparat itu.

Seongwoo mengangguk, "Tapi kau tidak bisa menyalahkan Chungha juga, bukan begitu?" Katanya sambil tersenyum, "Dan tenang, aku tidak akan menganggap Woojin itu, kau tahu, apa yang biasa mereka sebut anak haram..."

"Tentu saja aku tidak menyalahkan Chungha," sanggah Daniel cepat - cepat lalu menyesap americano-nya. "Dia peduli pada Woojin. Kadang ia mengirimkan baju dari Manhattan," jelas Daniel sambil mengelus rambut anaknya, "Tapi dia tidak ingin Woojin tahu tentangnya..."

"Aneh," ucap Seongwoo, "Tumbuh tanpa ibu itu, berat loh..," Seongwoo mengelap pipi Woojin yang belepotan saus. Tiba - tiba anak itu merengut dan menepuk perutnya. "Ada apa, sayang?"

"Ujin nyang-," katanya tidak jelas lalu mendorong mangkuk spaghettinya menjauh. "Papa Nyil! Ujin nyang!"

Daniel tertawa. Ia kadang masih tidak bisa menahan gemas pada Woojin. "Iya, iya, tidak usah dihabiskan. Nanti di rumah, Woojin makan sayur, oke?"

Anak itu menggeleng, "Ujin nda uka!" Jerit anak itu lalu menutup mulutnya.

Tidak tahan, Seongwoo tertawa lepas. Ia mengelitiki perut Woojin. "Kalau tidak makan sayur, nanti cacing - cacing di perut Woojin senang karena tidak ada yang melawan mereka. Nanti Woojin sakit perut! Mau?"

Woojin merengut kemudian terdiam. Ngambek.

"Ah, lucunya," Seongwoo mencium puncak kepala Woojin dengan sayang.

Daniel tersenyum melihat mereka berdua. "Nah, Woojin, sudah hampir sore. Ayo kita pulang!" Daniel mengangkat tubuh Woojin ke gendongannya setelah mengelap wajah bayi itu dengan tisu basah. (Iya, semenjak punya anak, Daniel jadi pergi kemana - mana dengan tisu basah.)

Woojin tersenyum senang. Ia melambaikan tangannya ke Seongwoo. "Da-da!"

"Dadah Paman Ong~!" Kata Daniel, tangannya menggenggam tangan Woojin dan melambaikannya. "Ah, tunggu, Seongwoo," panggil Daniel.

Seongwoo menoleh.

"Mau ku antar?"

🍂🍂🍂

Woojin terlelap di pangkuan Seongwoo. Yap, mereka akhirnya mengantar Seongwoo ke apartemennya walau awalnya ditolak oleh Seongwoo dengan alasan klasik; takut merepotkan. Namun Woojin, coret, Daniel bersikeras agar Seongwoo ikut. Jadilah mereka bertiga di dalam mobil sekarang.

Daniel memutar lagu. Cukup keras untuk dinikmati namun cukup pelan juga agar Woojin tidak terbangun.

Seongwoo terus mengelus - elus pungung Woojin. "Dia kekenyangan," bisik Seongwoo. "Kau tahu, jika kau memasak sayuran dengan saus tomat dan sedikit krim, akan jadi enak untuk anak - anak."

Daniel hanya mangut - mangut. "Kau suka memasak?"

"Aku tinggal sendiri," jawab Seongwoo sambil tertawa kecil lalu menepuk - nepuk pantat Woojin yang menggeliat tidak nyaman, "Jadi ya, sedikit banyak aku tahu cara memasak. Walau hal - hal simple- Oh! Belok kiri di perempatan itu."

Daniel memutar kemudinya dan berhenti di depan sebuah Apartemen yang tidak terlalu besar. Ia mengambil Woojin dari pelukan Seongwoo dan menaruhnya di kursi balita yang tadi ia taruh di jok belakang.

"Terima kasih, Kang," kata Seongwoo, "Apalagi karena mengenalkanku pada anak ini," Seongwoo berjongkok dan mengecup singkat pipi Woojin.

"You're welcome, Ong," Daniel tersenyum lebar, "Akan ku ajak kau ke rumahku untuk bermain dengan Woojin kapan - kapan."

"Well, I would love to."

🍂🍂🍂

Bonus

"Papa!!" Teriak Woojin dari kamar mandi yang pintunya terbuka.

Daniel melepas kacamatanya. Ia menaruh kertas - kertas tugasnya dan menutup laptopnya sejenak. "Iya?" Ia menghampiri Woojin yang duduk di toilet.

"Eyut Ujin-," anak itu menepuk - nepuk perutnya, "Atit."

Senyum Daniel merekah. Ia duduk di depan anak itu dan dengan telaten mengelus - elus perutnya. "Sakit? Tandanya Woojin harus nurut kalau disuruh makan sayur."

Anak itu menggeleng dan menjulurkan lidahnya; membuat gestur muntah.

"

Kalau nggak mau sayur nanti begini terus perutnya sakit, mau?" Daniel iseng, mencubit pelan perut gembil Woojin dan tertawa setelahnya kemudian kembali mengelus - elus perut anak itu.

Kalau nggak mau sayur nanti begini terus perutnya sakit, mau?" Daniel iseng, mencubit pelan perut gembil Woojin dan tertawa setelahnya kemudian kembali mengelus - elus perut anak itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍂🍂🍂

Hai kembali sama aku!! Gemes gak sama Daniel huhu papa mudanya aku:"(((
Please vote+comment! Thank you

Ongniel ; Sweet CreaturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang