8. Ketakutan

4.1K 962 124
                                    

Seongwoo lambat. Ia bahkan tidak begitu menyadari kalau Daniel menggulung lengan kemejanya.

"..Ong Seongwoo?"

Mata Seongwoo membulat dan ia buru-buru menurunkan lengan kemejanya. "Aku ke kamar mandi dulu," ucapnya buru-buru dan berlari ke kamar mandi.

Di kamar mandi, ia mencuci bagian kemejanya yang terkena kuah Samgyetang. Bahunya gemetar. Ia melihat kanan-kiri; kosong, tidak ada orang lain di kamar mandi. Ia menggulung lengan bajunya hingga sikut.

Matanya menutup begitu ia melihat lengannya.

Banyak luka di sana.

Torehan pisau yang berbentuk macam-macam tulisan. Luka itu membentuk berbagai macam kata sumpah serapah. 씨발놈, 엿먹어, 자지. Banyak juga torehan luka asal lainnya yang berbekas hingga sekarang.

Dan Seongwoo bukanlah pembuat luka itu. Melainkan ibunya sendiri.

Seongwoo menyentuh bekas luka itu perlahan namun buru-buru menarik jemarinya. Setiap kali ia menyentuh lukanya, terasa seperti baru kemarin ibunya membuatnya tidur telentang dan duduk di atas perutnya, menorehkan pisau bagai pulpen menulis di atas kertas.

Bibir Seongwoo pucat. Ia merapikan lengan bajunya lagi menutupi pergelangan tangannya. Ia mencuci wajahnya dengan air dingin dan menatap bayangannya di cermin. "Bodoh."

Setelah berhasil menenangkan dirinya, Seongwoo berjalan keluar dari kamar mandi. Ia melihat Daniel ada di kasir, membayar semua pesanan mereka. Seongwoo mendekati Daniel yang langsung disadari pemuda bermarga Kang itu.

"You okay mate?"

"I'm fine," jawab Seongwoo dengan senyum lemah dan ia mengekori Daniel ketika Daniel berjalan menjauhi restoran itu.

Daniel membukakan pintu mobil untuk Seongwoo sebelum masuk ke kursi pengemudi. Begitu duduk di kursi penumpang, Seongwoo menghela nafas dan mengenakan sabuk pengamannya.

"Serius, kau tidak apa-apa?" Tanya Daniel lembut sebelum menyalakan mesin mobilnya.

Seongwoo memilih bungkam dan menutup matanya. Ia masih berusaha menenangkan dirinya. Entah sejak kapan ia terlelap. Namun ketika matanya tertutup, yang terlihat malah bayangan ibunya yang memegang pisau.

"Aku akan membunuhmu, bocah sialan!"

"Ayahmu itu brengsek! Mati saja kau!"

"Bajingan kecil! Kemari kau!"

Daniel melirik Seongwoo yang tertidur di jok sebelah. Pundak lelaki bermarga Ong itu bergetar. Dengan perlahan, Daniel menggenggam tangan Seongwoo namun ditepis dengan cepat dan Seongwoo membuka matanya.

"Jangan lagi!" Jerit Seongwoo. "Tidak, aku akan mendengarkan Ibu! Jangan lagi!"

Daniel tergesa-gesa membanting setirnya dan berhenti di bahu jalan. Ia menggoyangkan pundak Seongwoo. "Seongwoo? Hey, hey, ini aku, Kang Daniel," katanya dengan tegas. Tangan lebarnya menyentuh dagu Seongwoo, mengarahkannya untuk menatap wajahnya, "Kau bersamaku, oke..?"

Seongwoo gemetar. Matanya yang tadinya tidak fokus kini tertuju pada mata Daniel. Ia menganggukkan kepalanya.

"Maaf aku membuatmu mengingat hal-hal buruk," bisik Daniel masih memegang dagu Seongwoo. "Aku benar-benar tidak bermaksud."

Seongwoo menggeleng. "Tidak, tidak, bukan salahmu."

"Kau butuh tempat untuk bercerita?" Daniel menjauhkan tangannya dari dagu Seongwoo, menatap pemuda Ong itu dengan khawatir.

"Mungkin nanti, Kang," jawab Seongwoo dengan senyuman. "Sekarang hampir jam empat, bagaimana kalau kita kembali menjemput Woojin?"

🍁🍁🍁

Ongniel ; Sweet CreaturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang