1.

6.1K 1.1K 33
                                    

"Woojin! Pakai baju dulu!" Teriak Daniel pada anak semata wayangnya yang kini berlari dari kamar hanya dengan popok. "Astaga," desahnya.

Kang Woojin kini berusia dua tahun. Usia di mana ia sedang aktif - aktifnya berlarian sana-sini.

Dua tahun yang lalu, bayi mungil ini hadir di kehidupan Daniel dengan tiba - tiba digendongan mantan kekasihnya, Kim Chungha yang kini tengah meneruskan studinya di Julliard. Chungha kadang menelfon dan menanyakan kabar anak mereka, namun hanya sebatas itu. Karena memang mereka tidak ada hubungan lagi.

Woojin kecil lari ke pelukan neneknya, tidak mau dipakaikan baju oleh Papanya.

"Astaga, kau benar - benar persis Daniel kecil," Nyonya Kang tertawa kecil, menciumi pipi tembam Woojin. "Mana, biar ibu yang pakaikan baju," ujarnya kemudian tertawa sambil menyiumi perut Woojin yang gembil, membuat anak itu tertawa.

Daniel menyerah, ia memberikan baju dan overall Woojin ke ibunya, membiarkan wanita paruh baya itu mengurus anaknya. Ia duduk di meja makan. Di hadapannya, ayahnya sedang membaca koran sambil sesekali merapikan dasinya. "Oh? Ayah akan pergi ke rapat lagi?"

"Ya," jawab Tuan Kang, "Direktur HK Group meminta kita ikut andil dalam proyek barunya. Ayah mau tidak mau harus ikut," jelasnya lagi lalu melipat koran yang tadi ia baca. Matanya menatap wajah anak laki - lakinya.

"Ayah," panggil Daniel, "Karena Woojin sudah cukup besar...," Gumamnya, "Aku akan masuk kuliah."

🍂🍂🍂

Daniel melangkah masuk ke dalam rumah megah itu dengan berat. Ia merapatkan selimut yang membungkus tubuh bayi mungil di gendongannya. Kakinya gemetar karena takut.

"Tuan pulang?" Sapa seorang pelayan wanita yang membukakan pintu pada Daniel. Sekejap, pelayan itu membulatkan matanya melihay bayi merah digendongan Daniel.

Daniel menggigit bibirnya, membisikkan Terima kasih samar pada pelayan itu kemudian melangkah masuk ke dalam rumah.

Di ruang keluarga, Daniel bisa melihat ayah dan ibunya duduk bersama, sedang meminum teh. "Ibu? Ayah?"

Ibunya menoleh, tersenyum melihat anak bungsunya yang jarang pulang ke rumah tiba - tiba berada di hadapannya. Buru - buru wanita yang rambutnya hampir putih semua itu menghampirinya. "Daniel! Yaampun, sudah lama kau tidak-."

Suara Nyonya Kang terhenti melihat buntalan di tangan Daniel.

"Hai bu," sapa Daniel canggung. Tangannya menimang lembut Woojin. "....K-katakan 'hai' juga pada cucu kalian.."

Kaki Nyonya Park lemas, ia berjalan mendekati Daniel. "Jangan suka berbohong pada orang tua, Kang Daniel...," Ucapnya getir.

Tuan Kang tidak kalah kaget. Ia mendekati istrinya dan tidak berkata apa - apa.

"Maaf...," Gumam Daniel pelan. "Aku benar - benar minta maaf," kata pemuda delapan belas tahun itu.

Mereka duduk di sofa dengan Daniel masih menimang Woojin di lengannya. Bayi itu sesekali menggeliat, tampak tidak tenang. "Aku menarik form pendaftaran kuliahku," kata Daniel tenang, ia mencium dahi Woojin lembut penuh sayang, "Aku mungkin akan cari pekerjaan paruh waktu dan juga mengurus Woojin. Jangan khawatir, aku akan tinggal di apartemenku-."

"Tinggalah di sini," perintah Tuan Kang, "Bekerjalah sesukamu tapi jangan biarkan anakmu diasuh oleh orang lain," lengan lelaki berumur itu merangkul bahu istrinya, berusaha menenangkan Nyonya Kang yang masih terlihat kaget. "Biar Ibumu dan pelayan - pelayan di rumah ini yang mengurus Woojin."

Daniel mengangguk mantap, "Baiklah."

🍂🍂🍂

Daniel bukan orang yang bodoh. Terbukti ketika ia masuk ke 20 besar dari 360 siswa di SMA-nya dulu. Terbukti, ia lolos Ujian Masuk Yonsei, jurusan Hukum.

Sebulan sudah ia kuliah. Kadang ia tinggal lebih lama untuk belajar sendiri di perpustakaan. Kadang ia pulang cepat untuk bertemu Woojin karena ternyata, jauh dari anak itu membuatnya rindu berat.

Hari ini, ia pergi ke perpustakaan untuk mencari beberapa bahan tugasnya. Ia sedang asik membaca buku sambil berjalan di antara lemari - lemari besar perpustakaan ketika ia menabrak seseorang, membuat buku di tangannya juga beberapa buku yang ia apit di lengan jatuh. "Oh, astaga."

Daniel buru - buru berjongkok untuk merapikan dan mengambil buku - bukunya yang berjatuhan, juga kertas - kertas orang yang ditabraknya. Ia meraih secarik kertas;

PENELITIAN
OLEH
ONG SEONGWOO

Mata Daniel mengerjab. Ong. Nama yang unik.

"Makanya kalau kau sedang berjalan, tolong lihat - lihat," omel orang dihadapannya kemudian ikut berjongkok, merapikan barang - barang miliknya.

"Maaf," bisik Daniel, seakan mengisyaratkan Seongwoo untuk memelankan suaranya karena mereka berada di perpustakaan.

Seongwoo hanya tersenyum lima jari dan mengangguk kemudian berlalu. Meninggalkan Daniel yang kini duduk di meja dekat jendela.

Daniel sedang menulis beberapa materi ketika ia menemukan secarik kertas yang isinya sebuah penelitian; ini bukan miliknya. Ini materi semester depan dan ia belum pernah mempelajarinya. Ini milik Ong Seongwoo.

"Aku tidak tahu kontaknya, bagaimana aku bisa menghubunginya...?"

🍂🍂🍂

Hai semua. Kembali lagi sama aku!!! Hehehe ada yang nungguin kah??? :(( Semoga ada ya :((

 Kembali lagi sama aku!!! Hehehe ada yang nungguin kah??? :(( Semoga ada ya :((

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ongniel ; Sweet CreaturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang