6. Pergi Jalan-jalan?

3.8K 962 73
                                    

Seongwoo mengelap tangannya yang basah setelah selesai m ke celemek yang dipakainya di pinggang. Ia mematikan kompor ketika teko yang sedang dimasaknya berbunyi seperti kereta.

"Kim Doyeon, jadi minum cokelat panas tidak?" Panggilnya ke pintu kamar Doyeon yang terbuka sedikit. Seongwoo memutuskan untuk menengok ketika tidak ada jawaban dari dalam.

Doyeon tertidur masih dengan seragam mengajarnya dan kaus kaki yang belum lepas. Seongwoo tersenyum tipis sebelum masuk ke kamar adiknya itu dan melepas kaus kakinya kemudian menyelimuti tubuhnya. Ia mengelus surai panjang Doyeon dan mematikan lampu kamar, "Selamat tidur."

Seongwoo melangkah keluar dan menuang air panas tadi ke gelasnya yang berisi bubuk kopi. Ia mengeluarkan laptopnya dan mengerjakan tugas di meja makan kecilnya itu.

Ponselnya berbunyi; sebuah pesan masuk dari Daniel.

Daniel
Ajshaiqppjahajaha
Hshydueoapahw
Opqieuayab

Seongwoo
....Daniel?

Daniel
Ajsppiiiikkjjjalsl
Ppowiausjjaaaa

Seongwoo
Kamu bercanda ya

Daniel
Astaga Seongwoo maaf.
Woojin terbangun dan memainkan ponselku.
Maaf, sungguh.

Seongwoo
Ah, tidak apa-apa.
(Emoji tertawa)

Daniel
Woojin barusan bilang; "Selamat bobo Paman Ong."

Seongwoo terkekeh dan memilih untuk mengabaikan pesan terakhir Daniel. Ia kembali berkutat dengan tugasnya.

Ketika jam menunjukkan pukul 1 dini hari, Seongwoo selesai. Ia merapikah meja dari kertas yang acak-acakan di sana-sini dan menutup laptopnya.

Ia melirik ponselnya yang sedari tadi ia atur dalam mode silent agar tidak mengganggu. Ada lima pesan yang belum terbaca.

Ibu
Seongwoo, nak, ibu perlu uang. Tolong kirimkan ibu uang
Ibu butuh uang untuk makan
Maaf karena mengganggumu. Kirim saja uang ke rekening ibu. 1227-xxx-xxx
Seongwoo, nak, ibu merindukanmu.

Rahang Seongwoo mengeras dan ia mengabaikan pesan itu tanpa membalasnya.

Ia menutup mata. Kata 'Ibu' terdengar begitu asing di telinganya karena yang ia kenal hanya, "Jalang jalanan," gumamnya pelan namun penuh penekanan.

Otak Seongwoo memutar memori bertahun - tahun silam; memori masa kecilnya.

"Anak sialan! Kenapa kau lahir disaat aku masih ingin bersenang - senang?!"

"Ibu, maaf..."

"Kau dan ayahmu sama saja, sama-sama brengsek!"

"Ibu, Seongwoo tidak akan nakal lagi.."

"Ah, berisik! Kau hanya membuang-buang uangku karena mengurusmu."


Seongwoo membuka matanya. Ia menghela nafas dengan keras. Dengan kasar ia menurunkan lengan baju yang sempat ia gulung tadi. Ia mengangkat laptopnya dan masuk ke kamarnya. Ia akan tidur hingga siang; hari ini ia tidak ada kelas.

🍁🍁🍁

Daniel tersenyum ketika merasa ada yang naik ke perutnya. Setelah ia membuka mata, cahaya matahari masuk ke pengelihatannya. Ia melirik jam di nakasnya; jam 9 pagi.

"Papa papa!"

Sejenak, Daniel menutup matanya lagi namun bibirnya tak kuasa menahan senyum.

"Papa dah anun! Papa ayo main cama Ujin!" Kata anak itu kesal sambil menepuk-nepuk pipi sang ayah.

Daniel tertawa kencang dan langsung memeluk tubuh Woojin dan mencium pipi Woojin. "Pagi jagoan Papa! Mau main ke mana hari ini?"

"Ujin mau main mbem mbem!!" Kata anak itu lalu menirukan gerakan menyetir mobil. "Mbem mbem teyus mam ekim okyat!"

Daniel, masih dengan telanjang dada, menggendong tubuh Woojin ke kamar mandi dan mendudukkan anak itu di washtafel. Ia mengusap wajah anak itu dengan telaten. "Mau naik mobil sama Papa? Terus kita beli eskrim coklat?"

Anak itu mengangguk antusias dan menepuk tangannya. Ia melirik bebek karet mainannya yang tergeletak di sebelahnya duduk. "Papa," panggilnya, "Ujin mau mandi duyu!"

Daniel mengangguk dan menyalakan air panas di bathtub sebelum menurunkan boxer yang dipakainya. Ia melepas piyama Woojin dan mengambil bebek karet kesayangan anaknya. Mereka mandi bersama sambil sesekali bermain air.

Setelah selesai, Daniel kembali mendudukkan Woojin di washtafel. Ia memakaikan minyak telon ke tubuh Woojin dan memakaikan bedak.

"Papa napain?" Tanya Woojin penasaran melihat Daniel mengeluarkan alat cukur dan melapisi daerah dagunya dengan foam.

"Ini dilakukan pria dewasa. Nanti kamu juga begini, oke?" Kata Daniel sebelum mulai mencukur.

Woojin menatap bayangan ayahnya di cermin dengan penasaran. Ia mengikuti gerak-gerik ayahnya dan mengusap-usap pipi gembilnya sendiri.

Daniel hanya terkekeh sambil mengelus rambut Woojin.

Mereka selesai sarapan ketika waktu hampir menunjukkan pukul 12 siang. Baru saja Daniel hendak mengambil kunci mobilnya, sebuah pesan masuk.

Bibirnya mengukir senyum. "Woojin, bagaimana kalau hari ini kita bertemu teman baru?"

Yang ditanya hanya mengernyit bingung dengan wajah belepotan saus tomat.





Seongwoo
Hey Kang
Adikku bilang kau bisa berkunjung ke kelasnya hari ini
Kau bisa langsung membawa Woojin
(Emoji thumbs up)

🍁🍁🍁

Maaf ya pendek huhuhu soalnya aku mau menggalnya emang di sini!!!

Ongniel ; Sweet CreaturesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang