-- Bagian 4 --

1.6K 235 27
                                    

Menatap langit - langit rumah sakit yang berwarna putih pucat. Sesekali ia memejamkan matanya kuat karena sakit yang ia rasa. Dalam benaknya sungguh ia ingin menghindari sentuhan dari benda yang dipegang oleh seseorang berperawakan Jas putih itu.

Tapi apa daya, rasanya untuk bangkit dari tidurnya saja ia belum mampu. Meratapi pengalaman pertamanya dengan status pasien rawat inap rumah sakit, mungkin hanya itu yang bisa Eunha lakukan saat ini.

"Dokter, bagaimana keadaan adikku? Jadi--- dia...?di--a akan sembuh cepat kan?"

Bukan bermaksud berlebihan, Sehun memasang ekspresi wajah yang begitu khawatir di hadapan sang dokter. Hatinya begitu begetar tak menyangka kondisi gadis mungil cantik bernama Eunha adik sematawayangnya akan sampai seperti ini,

Sang dokter melepas alat yang bernama stetoskop itu dari telinganya lalu mengalungkannya di leher. Ia meraih sebuah berkas dari tangan seorang perawat yang ada disampingnya. Ia hendak menunjukkan juga menjelaskan atas hasil yang telah ia dapat kepada Sehun,

"Ini hasil pemeriksaan lab juga rontgen dari pasien Eunha kemarin. Ternyata adikmu mengalami peradangan pada saluran bronkus paru-parunya juga dalam pemeriksaan lab terdapat kadar Hbnya rendah dibawah dibawah normal sehingga ia terdiagnosa bronkitis dan Anemia. Untuk waktu penyembuhannya aku rasa tidak bisa sebentar. Dia sangat butuh istirahat, asupan nutrisi juga pengobatan yang tepat karena kondisinya lemah saat ini. Kita tunggu saja perkembangnya, jika ia lebih cepat membaik itu akan lebih Bagus."

'Hah'

Sehun menghela nafasnya panjang, entahla setelah ia tau diagnosa dari Eunha ia tak bisa berkata banyak. Ia hanya mengucapkam terimakasih kepada sang dokter juga menaruh harapan kalau sang dokter itu menjadi penunjang kesehatan sang adik,

"Oh-iya dokter terimakasih atas penjelasannya.. Aku percayakan semuanya padamu dokter."

"Ya, sama-sama. Hmm, Ahya hampir lupa aku juga ingin berpesan padamu tolong jagalah adikmu. Lingkungan sangat berpengaruh untuk kesehatannya."

"I-iya dokter... Terimakasih sekalilagi untuk nasehatnya,"

Perlahan, Ketukan suara sepatu pantopel yang dikenakan sang dokter mulai meninggalkan area ruang rawat. Hingga tinggalah di dalam sampiran bed 1 itu hanya Eunha dan Sehun.

Teringat kata dari sang dokter yang menyebutkan kalau ia harus selalu menjaga Eunha, seketika ia terngiang nama 'Kim Mingyu' sosok nama yang ia gadang - gadang sebagai penyebab Eunha seperti sekarang ini

Sehun refleks menyiniskan matanya lalu ia berkata kepada Eunha, "Katakan padaku sekarang juga dimana manusia bernama Kim Mingyu itu berada?"

"Hiks." Eunha malah menanggapinya dengan isakan tangis

"Katakan pada oppa sekarang juga! Dimana dia ??!!?" ups. Tak sadar Sehun meninggikan suaranya.

"Eomma.... Eomma... Hikks. Uhukk! Uhuuuk!!!"

Mendapati sang Oppa yang sedang diselimuti rasa amarah Eunha jadi tambah terisak sambil kembali menyebut nama orangtuanya,

"Astaga, ma--afkan oppa.. Oppa terlalu emosi.."

Sehun pun merasa bersalah karena mementingkan emosi sesaat sementara Eunha dibuat kecewa karena ia merasa oppanya terlalu keras. Hingga akhirnya mereka saling diam tak berkata apapun itu.

Saat setelah jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang pun mereka masih saling bungkam. Namun kala itu Sehun bungkam bukan karena  masalahmya dengan Eunha, ia fokus tertunduk ke layar ponselnya sepertinya ia sedang dilanda gelisah karena memyimak hal penting.

Kau yang Memilih [ EUNKOOK | Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang