3. Kutukan

13 0 0
                                    

Ketika kau mempu untuk melakukan, tapi kau di paksa untuk tidak boleh melakukan... Itulah yang disebut dengan ketidakberdayaan...

*****

Emelly Merenung menatap cahaya bulan di jendela kamar nya. Sudah berapa lama ia disana? Jangan tanya, ia bisa menghabiskan bahkan berjam jam untuk menyendiri seperti ini. Apalagi ketika ia sedang merindukan orangtua nya yang sudah lama meninggal.

Tapi kali ini lamunannya beralih kepada seorang pria yang ia temui di toko bunga siang tadi. Dia masih mengingat dengan betul tatapan mata itu. Tatapan yang sangat sulit untuk di artikan. Dan debaran jantung yang berdebar tak menentu menandakan ada sesuatu yang janggal. Oh tidak, bahkan debaran ini tak pernah ia rasakan jika ia sedang bersama calon suami nya.

"Aku merindukan mu" bisikan lembut itu menelitik telinga nya. Seraya pelukan hangat dari belakang yang terasa begitu posesif.

Suara itu, ia jelas tau siapa pemilik suara itu. Suara yang sudah beberapa hari ini tak ia dengar secara langsung.

"Apa kau tak merindukan ku?" terdengar nada kecewa saat Emelly tak kunjung jua menganggap kehadirannya.

"Menurutmu??"

"Mungkin saja tidak. Ah, apa kau tau? Terkadang aku merasa hanya aku yang mencintai"

Serentak Emelly melepaskan tangan Bryan di perut nya dan berbalik menghadap calon suami nya ini. "Apa yang sedang kau katakan Mr. Franklin?"

Bryan tak sempat membalas, Emelly membungkamnya dengan mulut nya. Awalnya ciuman ini begitu lembut. Tapi kemudian Bryan yang mengambil alih hingga ciuman ini menjadi panas.

Bryan merapatkan tubuh Emelly ke tubuhnya saat Emelly mulai meremas remas rambutnya. Terdengar erangan-erangan kecil di sela-sela ciuman mereka.

Tapi kemudian Emelly melepaskan ciumannya. "Apa kau masih tidak percaya dengan cintaku Mr. Franklin?"

Emelly mencoba menggoda dengan sentuhan-sentuhan jemarinya membelai lembut wajah Bryan. Bryan mengerang menikmati permainan jari Emelly yang sudah sangat ia rindukan.

"Ah, kau menyerang titik lemah ku baby. Kalau sudah begini, mana mungkin aku bisa meragukan perasaan mu".

"Kenapa tidak memberitahuku kalau kau akan datang?" Tanya Emelly.

"Ini mendadak sekali"

"Apa kau akan menginap?"

"Yah, tapi besok aku harus ke kantor pagi pagi sekali. Aku harus menyiapkan beberapa bahan untuk meeting". Terdengar helaan napas panjang saat Bryan mulai menceritakan pekerjaannya.

"Kau sibuk sekali". Emelly mendengus kesal.

"Kau benar, terkadang kepala ku juga terasa ingin pecah. Bagaimana kalau aku berhenti bekerja saja dan kau yang akan membiayaiku".

Emelly tau Bryan hanya mencoba membuat lelucon. " aku tidak mampu". Emelly menjawab ketus.

"Oh hayolah, kau hanya menampung ku dan memberi ku makan . Tidak lebih, aku tidak akan meminta yang lainnya". Bryan mencoba memasang wajah serius.

"Aku tidak mau"

"Baiklah. Tapi mau kah kau membuatkanku makanan? Aku lapar sekali". Bryan menepuk nepuk perutnya. Emelly hanya mengangguk. "Spageti please".

"Ok, mandilah. Aku akan membuatkannya".

"Thanks baby".

*****

"Apa kau yakin kau akan kembali ke apartemen mu? Kenapa kau tidak tinggal disini saja?" Tersirat kekhawatiran dari seorang kakak perempuan terhadap adik laki-laki nya.

"Aku sudah tinggal disana semenjak aku kembali ke LA" kata sang adik lalu tersenyum simpul.

Sang kakak jelas tau bahwa senyuman itu adalah palsu. Tak ada lagi tawa dan senyum tulus yang ia lihat seperti dulu. Semenjak kejadian itu, jelas sudah merubah seluruh kehidupan adiknya.

"Apa kau sudah menemukannya?" tanya sang kakak penuh harap.

Sang adik menggeleng tak berdaya. "Bagaimana jika aku tidak bisa menemukan orang itu?"

Ini yang di takutkan sang kakak bahwa adiknya akan menyerah. Sang kakak menggenggam tangan adiknya untuk memberikan semangat dan dukungan.

"Ku mohon jangan katakan itu. Aku percaya kau pasti akan menemukannya".

"Sudah lebih dari tiga tahun aku mencarinya, tapi tak ada satupun informasi yang aku dapatkan. Bagaimana kalau pada akhirnya aku tak bisa merubah apa pun?"

Kali ini terdengar nada ketakutan dari sang adik. Sang kakak hanya menatap nanar adik kesayangannya. Dia jelas tau apa yang adiknya rasakan. Dia tak menyangka bahwa kisah cinta adiknya sama tragis nya dengan kisah cintanya.

Dia lebih dulu merasakan penderitaan ini. Bahkan sudah lebih dari 5 tahun dia harus melaksanakan kutukan ini. Pilihan yang dia ambil melahirkan kutukan yang kejam. Dan adiknya kini sama sepertinya.

Hanya ada satu orang yang bisa mematahkan kutukan itu. Dan adiknya bertekad untuk menemukan orang itu tapi seolah orang itu hilang  di telan bumi. Tak ada yang tau dimana keberadaannya.

"Terkadang aku muak dengan semua ini. Kenapa kita tidak lahir saja sebagai manusia biasa?"

Sang kakak tersentak kaget mendengar ucapan dari adiknya. Ucapan yang tabu di lontarkan oleh orang yang akan menjadi raja untuk bangsa mereka. Adiknya mungkin sudah berada di ambang keputus asaan yang mengerikan.

"Aku sudah menemui EL"

"Benarkah?? Lalu apa yang terjadi?" sang kakak merasa penasaran sebab untuk pertama kali nya bagi adiknya bertemu dengan EL setelah kejadian itu.

"Kau jelas tau apa yang ingin aku lakukan".

Tentu. Sang kakak tentu tau. Karna ia pernah mengalami nya.

"Aku hanya bisa menatapnya" kata sang adik dengan pelan.

"Kita sama-sama tak berdaya"

Sang adik hanya mengangguk setuju akan pendapat kakaknya. Entah mengapa dia merasa lebih lemah dibandingkan kakaknya. Kakaknya begitu tegar menghadapi kutukan ini.

Dicintai kemudian di lupakan...

Itulah yang disebut dengan kutukan.

*****




Love in Journal BooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang