4. Journal

8 0 0
                                    

Aku masih mengingat dengan jelas bagaimana caramu menatap ku...
Kau menatap ku dengan penuh cinta

Aku masih mengingat dengan jelas
Bagaimana caramu memeluk ku...
Kau memeluk ku dengan sangat erat

Aku tau bahwa setiap detik
kau mengatakan betapa kau mencintai ku dan selalu ingin bersama ku

Itu yang menguatkan ku... Untuk terus bertahan..
Aku bahagia, karena aku pernah menjadi pusat dunia mu...

*****

Emelly mengacak ngacak lemari pakaiannya. Banyak pakaian berjatuhan pun tak dia hiraukan. Yang saat ini sedang dia pikirkan adalah bagaimana dia menemukan kalung peninggalan ayahnya. Kalung yang sangat berharga bagi nya.

"Ya Tuhan dimana aku meletakkannya?" Emelly bergumam kecil.

Lupa adalah kebiasaan buruk yang tak bisa di hilangkannya. Terlebih mengenai barang. Dia selalu meletakkan barang seenaknya, setelah itu dia bisa lupa tempat terakhir barang yang dia letakkan.

Di sela sela pencariannya, dia menemukan kardus kecil yang terletak paling dalam lemarinya. Dia tidak mengingatnya kapan dia meletakkan kardus kecil itu di dalam lemarinya.

Harapannya pupus ketika kardus yang dia buka hanya berisi sebuah jurnal dan tak ada kalung di dalam nya. Dengan sedikit penasaran, Emelly membuka jurnal yang tampak sedikit usang itu.

Betapa terkejutnya ketika Emelly melihat tulisan tangan di halaman pertama. Pikirnya bagaimana bisa tulisan tangan itu sama dengan tulisan tangannya. Dia memang hobi membaca novel, tapi dia bukan tipikal orang yang senang menulis. Entah menulis cerita, diary, atau pun jurnal. Dia tak pernah menulis itu semua.

Emelly... Percayalah ini adalah tulisan tangan mu. Dan yang harus kau yakini bahwa semua cerita yang kau tulis di jurnal ini adalah nyata.

Apa kau tak mengingat nya?
Jika benar, maka karena itu kau menulis jurnal ini. Untuk mengingat kan mu tentang kenangan yang hilang.

Sebuah kenangan berharga.

Emelly tersenyum geli setelah membaca. Dia tak habis pikir dia menulis kata-kata seperti ini. Dia menulis jurnal untuk dirinya sendiri. Sedetik kemudian Emelly memicingkan mata nya ke kata-kata 'kenangan yang hilang'.

Emelly pernah mengalami koma tiga tahun yang lalu akibat kecelakaan. Tapi dia tidak mengalami amnesia ketika terbangun. Dia merasa tidak melupakan apapun.

Emelly meletakkan jurnal itu diatas kasur nya. Dia merasa bukan saat nya membaca jurnal yang aneh itu. Dia bisa membaca nya lain waktu. Dia juga merapikan kembali pakaian yang terjatuh di lantai. Pencarian kalungnya pun berakhir nihil. Dia harus melanjutkannya besok karena sekarang sudah sore dan harus menemani Ashley di toko. Siang tadi Emelly sempat pulang kerumah dan berjanji pada Ashley sore akan datang lagi.

*****

Seorang laki-laki termenung di depan sebuah toko bunga yang sangat ia kenal. Dia memperhatikan seorang wanita yang Sedang sibuk memindah kan pot-pot bunga yang ada di luar untuk di masukkan ke dalam toko. Sudah malam, dan mungkin sudah waktunya toko bunga ini tutup.

Ingin sekali rasa nya dia membantu wanita itu. Tapi pikirannya seolah mematikan pergerakannya untuk melangkah. Batinnya merintih pilu karena tak ada yang bisa dia lakukan, sementara wanita itu terlihat lelah harus bolak balik memindahkan pot-pot bunga. Sesekali wanita itu harus mengelap keringat di dahinya.

Dia hanya mengepalkan kedua tangannya dan mengencangkan rahangnya tanda bahwa dia sedang menahan perasaannya yang bergejolak. Akhirnya dia menyerah dari pikiran waras nya. Yah laki-laki itu sudah tak tahan hanya berdiam diri saja.

"Apa aku bisa membantu?"

Emelly tercengang tiba-tiba seorang laki-laki yang dia yakini Mr.X itu berada di sampingnya. Lagi-lagi debaran jantung itu berdetak tak karuan.

"Tidak apa-apa Sir, saya tidak mau merepotkan. Saya bisa melakukannya sendiri" Jawab Emelly mencoba bersikap normal.

"Tidak masalah Ms. Kayden, jangan sungkan. Walaupun anda berkata tidak, tapi saya tetap akan membantu". Mr.X itu segera mengangkat pot dan melenggang ke dalam tanpa mendengarkan persetujuan Emelly.

Emelly tak bisa berbuat apa-apa. Walaupun ini dirasa nya tak pantas seorang customer membantu nya, tapi dia juga tak menampik jika memang saat ini tenaga Mr.X dibutuhkan. Emelly memilih bungkam dan meneruskan pekerjaannya. Sesekali dia melirik Mr.X yang selalu memasang wajah datar.

Emelly mengunci pintu toko setelah semuanya selesai. Dia mencoba mengatur nafas nya dan berbalik menghadap Mr.X.

"Terimakasih banyak Sir"

"Tidak apa-apa, kebetulan saja saya sedang lewat. Oia bukannya seharusnya ada satu orang karyawan disini?"

"Oh itu Ashley, yah biasa nya dia ada disini sampai tutup toko. Tapi beberapa jam yang lalu dia meminta izin ada urusan mendadak". Emelly tersenyum kikuk. Pasalnya ini kali pertama dia dan Mr.X mengobrol panjang.

"Baiklah kalau begitu, saya pergi dulu"

"Sekali lagi terimakasih".

Laki-laki itu melenggang pergi meninggalkan Emelly yang masih terpaku menatap punggungnya. Dengan bodohnya Emelly baru teringat mengapa dia tak bertanya nama si Mr.X.

Nama? Tunggu dulu, Emelly mengingat bagaimana tadi Mr.X mengucapkan nama keluarganya. Bagaimana dia bisa tau?

*****

Emelly melempar tas nya di kasurnya. Dia sendirian dirumah ini. Sepertinya Ashley  belum pulang. Emelly mengecek ponselnya yang tadi bunyi saat dia sedang menyetir mobil dalam perjalanan pulang. Dilihatnya satu pesan dari Bryan yang mengatakan besok pagi dia akan datang untuk ikut sarapan.

Dia butuh mandi untuk menyegarkan badannya. Hanya 15 menit Emelly sudah rapi dan mengenakan piyama nya bersiap untuk tidur. Dilihat nya jurnal yang tergeletak di kasurnya. Jurnal yang sempat dia baca sedikit sore hari tadi.

Emelly kembali tertarik dengan jurnal aneh itu. Dia penasaran dengan isi dari jurnal itu. Mungkin ada suatu cerita yang menarik mengingat bahwa jurnal itu menerangkan bahwa dia lah yang menulisnya padahal dia meyakini tidak pernah menulis jurnal tersebut.

Emelly takkan pernah menyangka apa isi cerita jurnal ini. Cerita yang bisa menjungkir balikkan dunia nya dan mungkin saja bisa merubah takdir nya.

*****



Love in Journal BooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang