7. Journal 03 : Roadez's Family

7 0 0
                                    

Ini menceritakan tentang isi journal nya Emelly. Pov Emelly.

_----------------------------------------------------------

"Apa ini rumah mu?" Tanya ku saat di depan sebuah pintu besar yang mewah. Kurasa ini bukan rumah tapi mansion.

"Iyah, ayo kita masuk" Lagi-lagi seenaknya dia menarik tanganku.

"Tunggu dulu, untuk apa kau membawa ku kesini?". Aku menarik paksa tanganku dari genggamannya. Aku meringis kesakitan. Kulihat dia sempat melirik pergelangan tanganku yg memerah. Wajahnya melunak.

"Ibu ku mengundangmu untuk makan siang bersama"

Aku menatap nya penuh curiga. Lelucon yg tidak lucu. Aku tidak dekat dengan Mrs. Warren. Bahkan berbicara dengannya saja seingatku hampir tidak pernah. Di kampus dulu, aku hanya beberapa kali menemani Bryan menemui nya. Itupun aku hanya menemaninya tanpa ikut dalam percakapan mereka.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Seolah Roadez tau apa yg aku pikirkan. "Aku tidak berbohong Emelly".

"Kenapa ibu mu tiba-tiba mengundangku?"

"Nanti kau tanyakan sendiri pada ibuku".

"Kenapa kau tidak bilang dari awal kalau ibumu mengundangku untuk makan siang bersama dirumahmu? Kau lihat aku? Pakaian ku lusuh dan kotor seperti ini". Aku mengoceh yang meratapi keadaan ku yang seperti ini. Rambut yang ku ikat asal menambah buruk penampilanku. Aku memang tidak tau ada apa ini. Tapi setidaknya aku harus berpenampilan baik.

"Apapun yang kau pakai kau tetap terlihat cantik" katanya enteng.

Aku berdecak "dasar pria sinting"

"Yah, pria sinting yang mulai jatuh hati padamu" bisiknya di telingaku.

Kata-kata nya seperti mantra yang sukses membuatku mematung. Apa benar yang baru saja dia katakan? Kurasa dia pasti bercanda. Ini pertemuan kedua kami. Bahkan di pertemuan pertama kami pun sangat menjengkelkan dan saat itu dia juga terkesan cuek dan mengacuhkanku. Dia mirip Bryan yang tidak bisa terpesona dengan parasku.

Dia kembali memegang tanganku. Kali ini dengan lembut. Aku merasakan seperti ada aliran listrik yang mengalir. Entah kenapa jantungku kembali berdebar-debar. Pria macam apa dia ini bisa sekali mengaduk-aduk perasaan ku.

Dia menuntun ku masuk. Aku memperhatikan tangannya yang menggenggam tanganku. Entah kenapa aku menjadi tersipu malu. Apa wajahku memerah? Kuharap tidak. Aku juga melihat gelang yang dia kenakan bersinar. Lagi-lagi gelang itu. Ah, aku akan menanyakan itu nanti dengannya.

Kami sampai diruang keluarga yang begitu luas. Disini dipenuhi barang-barang antik. Ada guci besar dengan ornamen khas negara tirai bambu yg ku taksir harganya sangat mahal.

Aku sadar ada tiga orang yang memperhatikanku dengan amat sangat seksama. Salah satu nya Mrs. Warren.

"Oh Emelly, terimakasih sudah bersedia datang kerumahku". Mrs. Warren memecah kesunyian

Bersedia? Aku di paksa oleh anakmu yang sinting ini.

"Aku merasa tersanjung anda mau mengundangku Mrs. Waren". Aku mencoba bersikap sopan.

"Oh tidak Emelly, jangan panggil aku seperti itu jika kau sedang berada disini. Suami ku akan marah jika kau memanggil ku seperti itu. Panggil saja aku eliza"

Astaga aku lupa. Warren itu nama orangtuanya. Sedangkan suaminya bermarga Walcott.

"Maaf aku sungguh tidak tau"

"Tidak masalah sayang, oia kenalkan ini anak sulungku. Namanya Travis dan ini istrinya yang sedang hamil nama nya July".

Satu persatu aku berjabat tangan dengan mereka sambil menyebutkan namaku. Aku melihat wajah Travis yang mirip dengan wajah si sinting Roadez. Oh tentu saja mereka kakak beradik. Yang berbeda hanya Travis terlihat lebih dewasa dengan kacamata yg bertengger dan pakaiannya lebih formal dari Roadez.

Istrinya July, dia wanita yang cantik. Menakjubkan sekali dikehamilan yang kutaksir berusia tujuh bulan, dia terlihat begitu seksi. Bagaimana bisa wajah, tangan, dan kakinya tampak kurus sedangkan hanya perutnya yang membuncit. Terlihat sangat sexy. Suatu hari nanti aku akan bertanya apa rahasia nya hingga bisa seperti itu. Aku ingin di kehamilan ku nanti seperti nya.

Tiba-tiba July menghampiriku dan mencubit gemas kedua pipiku. "Ya Tuhan Emelly, kau sangat cantik. Kau punya warna kulit yang paling di idamkan jutaan wanita di Amerika. Bagaimana bisa kau mendapatkannya?".

Seketika aku tersipu malu mendengar pujian yang sebenarnya ribuan kali aku dengar. "Ibu ku berasal dari Asia. Mungkin aku mewariskan kulit coklat dari ibuku".

"Oh kau terlalu sempurna untuk Roadez". Dia melirik ke arah Roadez

Untuk Roadez??

"Kurasa kau benar July". Kata Roadez yang kemudian menatapku. Tatapan yang sulit ku artikan. "Duduklah Emelly" pintanya. Aku hanya mengangguk dan duduk disamping Roadez.

"Jadi, ibumu berasal dari negara mana?" Travis angkat bicara

"Indonesia. Sebuah negara Tropis di di daerah Asia Tenggara".

Kulihat Travis mengernyitkan dahi, astaga aku lupa. Sebagian orang amerika mungkin tidak tau negara asal ibuku itu.

"Bali island. Ibuku berasal dari Bali dan Bali adalah salah satu pulau di negara Indonesia".

"Oh kalau Bali tentu saja kami tau, aku dan Travis berbulan madu disana". July memasang wajah ceria.

" Yah, itu pulau yang sangat indah dan kaya akan budaya daerah nya. Dua minggu kami disana". Travis pun memasang wajah ceria. Kurasa mereka berdua kembali terkenang momen indah honeymoon mereka.

"Yah, itu tempat yang sangat indah. Tapi semenjak kedua orangtua ku meninggal, aku sudah tidak pernah kesana lagi".

" Jadi kau tinggal sendirian sekarang?" Tanya Mrs. Warren dengan simpatik.

Aku hanya mengangguk pelan.

"Emelly, aku tidak tau harus bagaimana mengatakannya. Tapi kumohon sekarang anggaplah kami adalah keluarga mu. Kita akan belajar saling mengenal".

Aku diam sejenak mencerna kata-kata nya. Aneh, itu hal pertama yang ada dipikiran ku. Aku harus menceritakan ini semua pada Bryan. Aku berharap dapat menggali banyak informasi tentang keluarga ini dari Bryan.

"Apa tamu istimewa kita sudah datang?" tiba-tiba terdengar suara berat dari arah luar.

Aku menoleh dan mendapati seorang pria paruh baya yang tinggi gagah dengan stelan khas gaya dokter. Tiba-tiba menghampiriku dan kini berada di hadapanku. Ini kah Mr. Walcott?

"Aku Adam Walcott, aku ayah nya Roadez" dia mengulurkan tangannya. Aku menyambut tangannya untuk berjabat tangan.

"Emelly Kayden. Senang berkenalan dengan anda Mr. Walcott".

Mr. Walcott mencium punggung telapak tanganku menandakan kesopanannya. Aku serasa seorang putri bangsawan.

" Adam, aku lebih suka kau memanggilku Adam".

Aku mengangguk dan tersenyum. Kurasa dia mempunyai sifat yang bertolak belakang dengan Roadez. Tapi harus aku akui wajah tampannya berasal dari ayahnya.

"Kau cantik sekali Emelly, aku senang kau mau datang menerima undanganku. Mungkin ini terlalu mendadak. Tapi malam nanti aku dan istri ku akan terbang ke Paris. Kami tidak bisa menunggu lama untuk ingin mengenalmu". Kata Mr. Walcott dengan lembut.

Lagi-lagi aku tak mengerti dengan maksud perkataan nya. Sebenarnya ada apa ini?

"Baiklah kenapa kita tidak mulai makan siang nya. Aku merasa sudah sangat lapar. Jangan biarkan tamu kita menunggu dengan lama". Kata Mr. Walcott lalu tersenyum manis kepadaku. Aku berani bersumpah, Mrs. Warren sangat bahagia mempunyai suami sepertinya.

Kami berjalan menuju ruang makan. Ruang makan yang sangat indah dengan sentuhan klasik yang sangat kental. Aku merasa seperti berada di masa Romawi.

Semua menempati tempat duduk. Dan dengan manisnya Roadez mempersiapkan ku duduk sebelum dia.

"Tunggu dulu, dimana G?"

"Kurasa dia masih di atas dikamarnya".

"Aku akan memanggilnya. Emelly, ini akan menjadi kejutan untuk mu"

Roadez berlalu dengan cepat sebelum aku benar-benar mencerna kata-katanya. Kejutan apa yang akan ia berikan padaku?

********

Love in Journal BooksTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang