2

5.2K 630 73
                                    


Jaejoong yang sudah duduk berhadapan dengan Yunho menggebrak meja dengan putus asa. "Kau tidak waras rupanya! Kenapa kau memutuskan sesuatu secara sepihak? Aku tidak mau! Jangan memaksaku!" menikah katanya? Jaejoong bahkan sama sekali tidak pernah mengiyakan ketika Yunho memutuskan bahwa Jaejoong adalah miliknya.

Yunho tidak menyahut. Ditariknya laci meja kerjanya untuk mengeluarkan sebuah kartu mengkilat berwarna keemasan. Disodorkannya kartu itu pada Jaejoong. "Gunakan ketika kau ingin membeli sesuatu."

"Aku tidak butuh uangmu!"

"Kalau tidak mau aku akan meminta sekertaris Bae untuk mentransfernya ke rekeningmu setiap minggu."

"Ku bunuh kau kalau berani melakukannya!" ancam Yunho.

"Aku akan melakukannya bila kau menolakku."

"Yah!" Jaejoong berteriak kesal. Ingin melayangkan tinju pada wajah tampan nan menyebalkan itu –jikalau dirinya bisa melakukannya.

"Kita akan menikah secepatnya. Aku sudah mengatur semuanya. Setelah bertemu orang tuaku aku akan membicarakan pernikahan kita dengan mereka. Kalaupun mereka tidak setuju aku akan tetap menikahimu."

Jaejoong tersenyum bodoh. "Kau benar-benar tidak waras!"

"Kalau kau tidak mau cara baik-baik aku bisa menggunakan cara kotor untuk mengikatmu, Jae."

Jaejoong mendelik pada Yunho.

"Contohnya saja, membuat dirimu tidak sadar diri lalu menidurimu. Selama ku lakukan perbuatan itu ku rekam untuk mengancammu. Atau bisa saja aku menyuruh orangku untuk melukai ayah –orang tua asuhmu yang kini tinggal di Amerika."

"Berani kau melakukannya? Akan ku bunuh kau dengan tanganku sendiri!"

"Kau ingin aku melakukannya sekarang?" tantang Yunho.

"Jung Yunho!"

"Sudah ku katakan bahwa kau adalah milikku. Menikahimu adalah satu-satunya cara untuk bisa memilikimu seutuhnya. Kau tidak memahami perasaanku yang ingin menyentuhmu tetapi tidak mampu ku lakukan kalau kau belum menjadi 'istri'ku."

"Aku bisa gila bila bicara lebih lama lagi denganmu!" ucap Jaejoong yang bersiap untuk pergi.

"Ambil kartunya atau akan ku buat ucapanku barusan menjadi kenyataan?!"

Jaejoong menatap sengit Yunho alih-alih mengambil kartu berwarna emas itu sebelum menjulurkan lidah –mengejek Yunho− dan berlari pergi. Tak lupa membanting pintu dengan keras untuk melampiaskan kekesalanya.

"... apa boleh buat? Ku lakukan ini untuk melindungi kepolosanmu Jae...." Gumam Yunho.

***********************************

Jaejoong menyumpah serapah dalam hatinya guna melampiaskan kekesalannya. Ketika hendak pulang dirinya bertemu dengan Ahra di lobi dan menerima tawaran Ahra untuk minum kopi bersama di kantin perusahaan. Sialnya pada saat bersamaan Yunho pun muncul entah darimana dan ikut bergabung bersama mereka berdua. Ahra merasa senang-senang saja bisa minum kopi bersama teman-teman lamanya tetapi bagi Jaejoong itu sama dengan memakan duri ikan yang membuat mulut serta tenggorokannya tergores-gores.

"Semua memandang kemari. Bahkan tadi ada yang meminta tanda tanganmu Jaejoong sshi. Ada pula yang minta foto bersama. Kau populer sekarang." Puji Ahra,

"Em...." Gumam Jaejoong. Rasanya tidak nyaman ditatap sedemikian rupa oleh Yunho. Seolah-olah pemilik mata setajam mata musang itu hendak menelannya hidup-hidup.

"Kau ingin makan camilan? Di belakang gedung ada penjual deobboki. Bagaimana kalau kita pergi ke sana?" ajak Ahra.

"Aku tidak keberatan. Tetapi ku rasa bos kita...."

Alomorf Zero ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang