Miss Ty merajalela, Tanpa Edit. Ingatkan Yuuki kalau ada salah ketik ya.
©©©©©
©©©©©
©©©©©
©©©©©
Jaejoong membuka matanya, langit-langit kamar yang pucat adalah hal pertama yang tersapu penglihatannya. Lama ia menatap langit-langit muram itu sebelum menoleh ke samping. Memandang pria tampan yang tengah tertidur dengan tengkurap, mulutnya sedikit terbuka dan dengkuran halus teratur menjadi irama sendiri dalam tidurnya. Tangan Jaejoong terjulur, menyentuh rambut yang menjuntai pada wajah sang pria. Mata indah itu lekat menatap wajah damai pria yang menikahinya beberapa bulan lalu. Pria yang selalu mengucapkan kata-kata cinta padanya walaupun Jaejoong tidak –belum− pernah membalas kata-kata tersebut.
Turun perlahan, Jaejoong segera melangkah menuju kamar mandi. Mengabaikan tubuhnya yang tidak terbungkus selembar kain pun. Begitu masuk ke dalam kamar mandi, Jaejoong menatap refleksi dirinya pada cermin yang tergantung pada salah satu dinding. Matanya menatap wajah pucatnya, leher dan dadanya yang penuh ukiran cinta. Tentu saja Yunho yang mengukir tanda cantik berwarna merah keunguan itu, tidak mungkin pria lain.
Jaejoong melamun cukup lama di dalam kamar mandi sebelum akhirnya mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Sudah seminggu sejak syuting film pendeknya berakhir. Yunho sama sekali tidak membiarkannya bekerja. Pemotretan untuk katalog majalah atau wawancara singkat masih diperbolehkan walaupun bodyguard yang mengikutinya lebih dari 5 orang selebihnya tidak. Jaejoong menganggur sekarang dan itu membosankan.
Usai mandi Jaejoong segera menyibukkan diri di dapur. Dengan galak dan angkuh layaknya nyonya rumah yang garang ia meminta para pelayan tidak ikut campur urusan dapur. Ia mengijinkan para pelayan menyiapkan alat makan tetapi untuk urusan masak sepenuhnya diambil alih oleh Jaejoong. Bahkan urusan membuat kopi untuk Yunho pun ia lakukan. Yunho sendiri datang ke ruang makan ketika Jaejoong sedang menuangkan air putih ke dalam gelas.
"Bisakah siang ini kau ke kantorku, Boo?" tanya Yunho.
Jaejoong melirik penampilan Yunho. Berdecak kesal kemudian menghampiri kepala rumah tangganya itu dengan tatapan galak. Jemarinya terjulur mengancingkan kemeja Yunho yang belum terkancing pada bagian lengan sebelum memenahi dasi yang Yunho pakai. Merapikan kerah kemeja berwarna dark blue itu sebelum membantu memakai jas berwarna senada dengan kemejanya.
"Kenapa? Bukankah biasanya sekeraris Bae yang akan mengambilkan bekal untukmu?" tanya Jaejoong.
Yunho duduk di atas kursi yang sebelumnya sudah ditarik oleh Jaejoong. Meminum kopi hangat yang Jaejoong berikan kepadanya. "Ada acara di kantor. Pesta kecil-kecilan. Aku ingin kau datang sebagai pendampingku. Hari ini tidak perlu membuatkanku bekal." Yunho tersenyum ketika Jaejoong meletakkan semangkuk sup kimchi hangat di depannya.
"Acara apa?"
"Ulang tahun perusahaan. Jam kerja hanya setengah hari selebihnya seluruh karyawan akan makan bersama, tentu saja tanpa alkohol karena hari masih siang." Jawab Yunho. "Sekertaris Bae akan menjemputmu nanti."
'Aku bisa pergi sendiri.' Jaejoong ingin berkata seperti itu tetapi ia sudah terlalu hafal pada kekhawatiran tidak beralasan Yunho sehingga ia memilih mengangguk singkat sebagai jawaban. "Lusa ayah pulang. Aku juga heran hampir 3 bulan di Amerika apa yang ia dan Abojie –Mr. Cuevas− lakukan di sana?"
"Memancing, berkuda, dan kegiatan yang sering dilakukan para orang tua. Itu yang dikatan Tia dalam emailnya."
Yunho mendengus mendengar nama Tia. "Bagaimana kabar adik jadi-jadianmu itu?" ketus Yunho.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alomorf Zero ✔️
FanfictionKetika tangan takdir sudah memutus benang merah kehidupan, tiada satu pun yang bernyawa di dunia ini mampu membuat keajaiban.