ILU_BS. 3 // Fuck Off VS Fuck Me

6.7K 473 34
                                    

"Dasar bocah sialan." Fira uring-uringan di kantornya setelah pertemuannya dengan Dion Winata.

"Dion Winata" Fira mengulang nama bocah sialan yang menciumnya seenaknya waktu itu. "Dan demi apapun, bagaimana mungkin dia putra om Winata" ucap Fira dengan nada tidak percaya.

"Sialan" umpat Fira melempar bolpoinnya di atas berkas-berkas yang berserakan di atas mejanya.

"Mulut kalau nggak di pake marahin karyawan pasti ngumpatin orang. Kamu kenapa sih?" ucap Galuh yang masuk ke dalam ruangan Fira.

"Lo nggak lihat. Gue udah kayak mau makan orang" ucap Fira dengan napas yang memburu.

"Keliatan banget" ucap Galuh.

Fira menatap Galuh lama kemudian berkata. "Lo nggak tahu betapa menyebalkannya putra Om Winata" ucap Fira.

"Gue belum ketemu sama dia" ucap Galuh santai.

"Lo bakal ketemu. Lusa ada meeting lagi dengannya dan lo gue tugasin buat ngadepin dia" perintah Fira.

"Hei, sejak kapan gue ngurus meeting kayak gitu?" tolak Galuh.

"Sejak sekarang" ucap Fira tegas namun Galuh memberinya tatapan tajam.

"Please." Fira akhirnya mengeluarkan jurus andalannya. Memohon dengan wajah memelasnya yang tidak akan mungkin bisa di tolak Galuh.

Galuh melemahkan tatapannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Membuat Fira melonjak senang karena dia menang.

"Sekali ini saja" ucap Galuh ketus.

"Sure baby, thank you so much. I love you" ucap Fira memberi kecupan jauh pada Galuh.

"Ih, Najis. Nyesel gue masuk ke ruangan lo" ucap Galuh meninggalkan ruangan Fira.

"I love you" teriak Fira saat pintu ruangannya tertutup.

Hah ia menarik nafas lega. Akhirnya dia tidak perlu bertemu dengan bocah sialan yang sinting itu.

"Kenapa makhluk seperti dia masih ada di muka bumi ini? Apa rantai makanan belum berubah ya? Biar dia segera menjadi santapan harimau kemudian punah di muka bumi" gumamnya.

"Siapa yang akan punah?"

Fira terlonjak kaget mendenganr ýsuara berat yang tiba-tiba muncul di ruangannya. Tidak hanya itu, orang yang berdiri di depannyalah yang membuatnya lebih terkejut lagi.

Dion Winata.

"Apa yang kau lakukan di kantorku?" ucap Fira menahan rasa marah dan juga rasa kagetnya sekaligus.

"Sorry. Aku kemari bukan karena merindukanmu. Ya, ada sih. Tapi sedikit saja, kan baru tadi ketemunya" ucap Dion yang kini sudah duduk tanpa repot-repot menunggu untuk di persilahkan.

"Jangan repot- repot untuk mempersilahkanku duduk. Aku rekan kerja yang fleksibel kok" ucapnya.

See.

"Dasar bocah" ucap Fira pelan dengan tatapan sinis.

"Hei, berapa kali aku bilang kalau aku bukan bocah. Tidak baik mengatakan hal seperti itu pada rekan kerjamu bukan?" ucap Dion.

"Fuck that shit."

"Wow. Anda ternyata sangat lugas dalam berbicara Nona. Sepertinya Ayahku belum tahu siapa kau sebenarnya." Fira mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat. Matanya memancarkan kemarahan level 11 yang di milikinya.

"Ayahku menceritakanmu sebagai seorang gadis yang cantik dan pekerja keras. Disiplin dan juga profesional. Dan jelas, saat ini Ayahku berbicara tentang gadis lain. Bagaimana mungkin yang di maksudnya adalah kau, benar bukan?"

"Katakan saja apa yang kau inginkan dan segera keluar dari kantorku" ucap Fira.

Ckckckck Dion berdecak. "Apa sikapmu selalu ketus seperti ini?" Bagaimana perusahaan ini bisa bertahan sampai sekarang?" ucap Dion yang sebenarnya tidak peduli dengan semua itu. Namun karena sikap angkuh gadis ini membuatnya ingin sedikit bermain-main.

"Alasannya hanya satu" ucap Fira mulai tenang. Ia akan melawan bocah sialan ini dengan caranya.

"Apa itu?"

"Selama aku tidak berurusan dengan bocah sepertimu, maka perusahaanku akan baik-baik saja bahkan akan berkembang lebih maju" ucap Fira dengan tatapan intimidasinya pada Dion.

Dion yang belum pernah mendapat tatapan seperti itu merasa sedikit terintimidasi. Namun dengan cepat ia merubah ekspresinya menjadi seperti biasa.

"Katakan apa keperluanmu kemari?" ucap Fira.

"Sebenarnya aku juga tidak mau bertemu lagi denganmu. Kalau saja Ayahku yang baik hati dan kaya itu tidak memintaku untuk mengantarkan undangan tidak penting ini, aku juga tidak akan mau kemari" ucap Dion menyerahkan sebuah undangan berwarna gold.

"Pelan-pelan Nona, anda tahu kan undangan itu mahal dan limited edition" ucap Dion begitu melihat Fira menarik undangan itu dengan keras dari tangan Dion.

Fira membuka kartu undangannya dan membaca isinya. Setelah selesai iapun menatap Dion kembali. "Kenapa acara pengangkatan sebagai CEO di lakukan dua kali?" Ucap Fira

"Well? Banyak rekan kerjaku yang belum mengetahui tentang pengangkatanku sebelumnya. Pertemuan kali ini melibatkan orang-orang penting dalam bisnisku" ucap Dion. Fira mengangguk tanda bahwa ia juga mengerti.

"Pertemuan ini di adakan secara eklslusif" terang Dion.

"Terima kasih sudah mengantarkan undangannya. Itu berarti, anda sudah tidak ada keperluan lagi bukan?" ucap Fira yang terdengar sebagai sebuah pengusiran halus untuknya.

Dion tertawa. "Sepertinya Ayahku harus memeriksakan kembali kacamatanya karena telah salah menilaimu."

"Silahkan bicarakan itu dengan Ayah anda. Pekerjaan saya masih banyak" ucap Fira kembali menyampaikan pengusiran halusnya.

Fira melanjutkan mencatat undangan yang di berikan Dion padanya ke dalam buku agenda kecil miliknya. Mengabaikan Dion yang tengah menatapnya tajam.

"Anda kurang sopan Nona" ucap Dion menahan tangan Fira yang tengah menulis.

Fira yang sudah kehabisan kesabaran menarik tangannya kasar dan menatap Dion tajam. Kemarahan yang sudah di tahannya sedari tadi kembali memenuhi dadanya.

"Just Fuck off Child" ucapnya dengan sangat kasar.

Dion yang berada dalam kondisi sama dengan Fira mencondongkan kepalanya ke depan, tangannya dengan cepat menarik kepala Fira kemudian mencium bibir Fira kasar. Fira yang terkejut tidak sadar membuka mulutnya membuat Dion dengan leluasa mengeksplorasi mulut Fira.

Fira berusaha mendorong tubuh Dion namun hal itu membuat Dion memperdalam ciumannya. Lidah Dion membelit lidah Fira. Dion menghisap, menggigit dan melumat bibir Fira dengan liar.

Ia tidak membiarkan Fira menghirup udara sedikitpun. Bahkan erangan Fira tertahan di balik belitan panas lidah Dion di mulutnya.

Dion menghentikan ciumannya karena mereka butuh oksigen. Kalau saja mereka sedang berada dalam kamar tidur maka detik ini juga Dion sudah menarik Fira ke ranjangnya.

Fira terlihat sedang memperbaiki sirkulasi udara pada tubuhnya terutama pernapasannya. Napasnya tersengal-sengal setelah menerima ciuman brutal dari Dion. Ia belum mampu mengucapkan satu patah katapun karenanya.

"Aku tidak mau mendengar kalimat Fuck off dari mulut manis ini lagi" ucap Dion mengusap bibir Fira yang kini terlihat memerah dan membengkak.

"Lain kali aku ingin mendengar kau mengucapkan Fuck me." bisik Dion di telinga Fira.

🐄🐄🐄

Haiiiiiiiii guyyyyyyyssss
Lama nggak jumpe ya heeee maafkeun lah author gaje ini yang sok sibuk wkwkkwk

Makasiiiiii udah pada sabar nungguin ne cerita luph you dah semuanya apalagi dikasi vote sama comment kyaaa gubrakk

Boleh dong yaaaaa

Boleh

Bolehlah

Heeeee

I Love You _ Bocah SialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang