"Kenapa Ayah memberikan proyek itu pada Fira dan Alex?" tanya Dion pada Ayahnya.
"Apanya yang salah?" kata Ayahnya santai.
Dion mendengus kasar. "Ayah tahu saya sedang mendekati Fira. Dan Alex, Ayah sendiri yang bilang kalau dia juga sedang mendekati Fira."
"Masalah pribadi tidak bisa di campur aduk dengan pekerjaan. Kita harus profesional." kata Pak Winata.
"Masalah pekerjaan juga bisa merembet ke masalah pribadi." gerutu Dion yang saat ini tengah berada di ruangan Ayahnya.
"Harusnya kamu bisa bersikap profesional kalau tidak mau perusahaanmu hancur." kata Pak Winata dengan bijaknya.
"Iya tapi kan," belum selesai ucapan Dion Ayahnya sudah menyela.
"Kamu yang akan mengawasi proyek itu secara langsung."
"Apa?" seru Dion terkejut, namun tidak lama wajahnya berbinar senang.
Baru saja ia akan berdiri menghampiri Ayahnya dengan niatan untuk memeluknya. Namun dengan cepat Ayahnya memajukan tangannya meminta Dion untuk tidak mendekat.
"Tidak perlu berterima kasih. Ini tanggung jawab pertamamu. Bukan karena Ayah ingin mendekatkanmu dengan Fira." kata Ayahnya.
Dion tertawa. "Baiklah Ayah. Walau bagaimanapun, terima kasih." kata Dion dengan senyum di wajahnya membuat Ayahnya menggelengkan kepalanya.
Dion bersiul senang saat keluar dari ruangan Ayahnya. Beberapa karyawan yang berpapasan dengannya menundukkan kepalanya sopan.
Dion berhenti di depan pintunya. Tangannya yang sudah memegang handle pintu tertarik kembali. Ia menoleh ke arah meja tunggal di seberang ruangan dan melihat seorang gadis yang terlihat sedang merapikan meja.
"Ehem," dehem Dion ketika sudah berada di depan gadis itu yang masih menunduk dan memasukkan sebuah buku ke dalam laci meja.
"Ya," ucap gadis itu mendongak dan menatap Dion yang tengah berdiri tepat di depannya.
"Kamu siapa?" tanya Dion.
"Perkenalkan nama saya Zia Pak. Saya sekretaris baru anda." katanya mengulurkan tangannya pada Dion.
"Dion." ucap Dion menarik tangannya setelah berjabatan tangan.
"Baiklah, kau sudah tahu tugas-tugasmu bukan?" ucap Dion datar.
"Sudah Pak. Ibu Shally sudah memberitahukannya pada saya." kata Zia tersenyum.
"Apa agendaku hari ini?" tanya Dion.
Gadis itu membuka buku agendanya dan melihat jadwal Dion hari ini.
"Untuk hari ini, anda tidak memiliki janji dengan rekan anda Pak. Besok pagi jam sepuluh, anda ada meeting dengan Ibu Fira dari Perusahaan Adina Karya di kantor Ibu Fira.
"Terima kasih."
"Sama-sama Pak." ucap Zia.
Dion kembali ke ruangannya dan mulai mempelajari proyek yang di berikan Ayahnya. Jangan di tanya betapa semangatnya ia menjalankan tugas pertamanya ini.
Turun langsung mengawasi proyek pembangunan sebuah Mall. Dan, itu bersama Fira. Bayangkan berapa banyak waktu yang bisa ia habiskan bersamanya. Kemarin dia memang agak kesal tapi itu tidak berlangsung lama. Karena Fira tidak akan bisa membuatnya menyerah.
Besok mereka akan bertemu kembali dan Dion akan memikirkan acara apa yang bisa ia atau mereka lakukan setelah membahas proyek.
"Aku sudah tidak sabar lagi." guman Dion.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You _ Bocah Sialan
Romance18+ Kalau aku tidak bisa memiliki laki-laki yang aku cintai tidak apa-apa, tapi kenapa aku harus bertemu dengan bocah sialan ini. Ya Tuhan, apa ini balasan akan sikap jahatku dulu. _Fira Arzeta Hadinata_ Mungkin aku memang bocah sialan yang akan sel...