ILU_BS. 8 // Kakek Winata

4.1K 325 56
                                    

Pagi yang sejuk dan menenangkan setelah semalam di guyur hujan deras. Fira tengah berdiri di taman belakang rumah. Ia memejamkan mata sembari menghirup bau tanah dan juga rumput basah.

Mengingatkannya pada suasana pedesaan yang asri. Mengingatkannya saat mereka kecil dulu. Kak Angel, Adrian, Alan dan dirinya yang bermain kejar-kejaran di bawah hujan.

"Fira."

Fira membuka mata dan menoleh ke arah tantenya.

"Iya tante." kata Fira.

"Apa kamu benar-benar ingin pindah ke apartemen?" tanya nyonya Hadinata.

Fira mendekati tantenya yang duduk di sebuah kursi panjanh yang terbuat dari anyaman bambu.

"Maaf tante." ucap Fira menyentuh tangan tantenya.

"Kamu nggak sayang lagi sama tante." tanya tantenya.

"Fira selalu sayang sama tante. Tante pasti nggak akan kesepian lagi. Setiap akhir pekan Adrian dan....istrinya pasti menjenguk tante kemari. Apalagi sebentar lagi akan ada cucu tante, iya kan?" kata Fira.

Nyonya Hadinata mengusap kepala Fira dengan penuh kasih sayang. "Buka hatimu untuk orang lain, dengan begitu kau akan melupakan cinta yang sebelumnya kau puja." sarannya.

"Mungkin tante, suatu saat nanti." ucap Fira.

"Kapan kau akan pindah?" tanya tantenya.

"Nanti malam. Pakaian dan barang-barangku sudah di apartemen semua." kata Fira.

"Baiklah. Jangan sungkan menghubungi tante."

"Tentu saja tante." jawab Fira memeluk tantenya.

***


"Dioooooooonnnnn."

"Ya Tuhan." gumam Dion menarik selimutnya lebih tinggi dan semakin meringkuk di atas ranjangnya. Suara lantang yang memanggilnya di luar tidak membuatnya serta merta membuka matanya.

Brak.

Pintu kamar terbuka kasar. Seorang laki-laki berumur hampir menyamai usia bangsa Indonesia itu berjalan dengan langkah tegas ke arah ranjang tempat Dion bergelung.

"Ayo bangun, dasar pemalas." suara renta itu terdengar menyakitkan di telinga Dion.

"Ini hari minggu kakek, aku masih ingin tidur." sahut Dion dari balik selimutnya.

"Ayo bangun, temani kakek main golf." ucap kakeknya. Generasi kedua dari keluarga Winata.

"Biasanya juga sama ayah."

"Ibumu tidak mengijinkannya. Ayo bangun, kakek beri waktu dua puluh menit untuk siap-siap. Kalau tidak maka silsilah keluarga Winata hanya akan sampai di generasi ketiga." ancam kakeknya sebelum meninggalkna kamar Dion.

"Kakeeeeeeeeeekkkkk." teriak Dion kesal.

Hahahahaha. Kakek Winata tertawa di balik pintu.

Dua puluh menit kemudian Dion dengan pakaian golfnya turun dan menghampiri penguasa Winata yang tengah duduk di ruang tamu bersama ayah dan ibunya.

"Sudah siap?" tanya kakek Winata.

"Iya." jawab Dion malas.

"Temani kakekmu, jangan biarkan dia sendiri, ibu nggak mau ya salah satu cady itu datang ke rumah ini minta di nikahin sama kakekmu." pesan ibunya.

"Ayolah sayang itu tidak akan terjadi." kata kakek Winata pada menantunya.

"Iya sayang jangan berlebihan." ucap Andy Winata.

I Love You _ Bocah SialanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang