Fira mengenakan gaun berwarna hitam yang melekat indah di tubuhnya. Ia harus menghadiri undangan yang di berikan Om Winata padanya.
Sebenarnya Fira setengah hati berangkat ke sana, karena bisa di pastikan bocah sialan itu pasti akan ada di sana. Tapi jika ia tidak menghadirinya maka bocah sialan itu pasti akan menganggap bahwa dirinya takut padanya. Seorang Fira tidak akan pernah mengenal rasa takut.
Fira ingin menghubungi Alex, namun ia tidak berani menanyakan perihal undangan ini padanya. Bagaimana kalau Om Winata termyata tidak mengundangnya. Pertemuan ini bersifat privat.
"Selamat malam Mbk. Silahkan." Seorang pelayan menyambut Fira dan mempersilahkannya masuk ke dalam ruangan VVIP di hotel itu.
"Fira sayang. Kau datang juga."
"Iya, Om. Tidak mungkin Fira tidak datang." ucap Fira menyambut pelukan dari Om Winata.
"Kau pasti sudah bertemu putraku." ucap Om Winata tersenyum bangga pada Dion yang berdiri di sampingnya.
Fira tersenyum tipis. Ia merasa eneg melihat Dion tersenyum manis padanya.
"Kami sudah sangat mengenal Ayah. Iya kan Fira?" ucap Dion.
Fira melongo. Bagaimana dia bisa memanggil namanya dengan begitu santainya. Memangnya dia siapa? Dan sejak kapan mereka saling mengenal. Bagi Fira, Dion bukanlah seorang kenalan. Dia hanya sebatas rekan kerja, itu saja dia sangat terpaksa.
"Nikmati acaranya sebelum kita mulai ke acara inti. Sementara itu putraku akan menemanimu" ucap Om Winata.
"Hell no." batin Fira.
"Ku kira kau tidak akan datang?" ucap Dion.
Fira menatap sinis pada Dion. "Aku hanya tidak ingin mengecewakan Om Winata. Lagipula, kasian jika undangan yang anda antarkan itu menjadi sia-sia." ucap Fira.
"Jadi," ucapan Dion menggantung, ia mendekat ke arah Fira hingga mereka hanya berjarak beberapa senti saja. Fira menunggu ucapan Dion tanpa rasa takut.
"Kau memikirkan aku?" ucapan Dion membuat Fira menaikkan alisnya. Ia tidak mengerti apa maksud dari ucapan Dion.
"Kau, memikirkan aku yang mengantar undangan itu padamu. Kau tidak mau mengecewakanku juga bukan?"
"Anda salah. Bukan itu maksudku," Dion memotong ucapan Fira dengan mengatakan. "Sudah pasti itu maksudmu sayang."
"Fira,"
Fira melihat ke belakang Dion melalui bahu pria itu.
Alex.
Dion berbalik dan menatap Alex dengan tatapan tidak suka. Alex melewati Dion dan menghampiri Fira. Ia memberi kecupan di pipi Fira dan disambut senyuman oleh Fira.
"Thanks Lex." batin Fira.
"Aku tahu kamu pasti di undang juga." ucapnya.
"Tentu saja. Aku tidak tahu kalau kau juga di undang." ucap Fira.
"Perusahaanku berkembang lebih cepat cantik, mungkin kita bisa menjadikannya lebih besar lagi kalau kita menikah." gurau Alex.
Fira tertawa. "Akan ku pertimbangkan." ucap Fira sembari melirik ke arah Dion. Fira tersenyum melihat kemarahan di wajah Dion.
"Sebaiknya kita mencicipi makanan yang sudah di sediakan." Alex menggandeng Fira, mereka melangkah ke meja makan yang sudah di sediakan. Sesekali mereka berbincang dengan undangan lainnya.
"Ada apa?" Pak Winata bertanya pada Dion yang terlihat kesal. Pak Winata mengikuti arah pandangan Dion.
"Mereka hanya berteman." ucap Pak Winata menepuk pundak Dion. Dion menatap Ayahnya dengan pandangan bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You _ Bocah Sialan
Romance18+ Kalau aku tidak bisa memiliki laki-laki yang aku cintai tidak apa-apa, tapi kenapa aku harus bertemu dengan bocah sialan ini. Ya Tuhan, apa ini balasan akan sikap jahatku dulu. _Fira Arzeta Hadinata_ Mungkin aku memang bocah sialan yang akan sel...