Karius tiba di kediaman Frankenstein langsung disambut hangat oleh si tuan rumah. Frankenstein pun sempat heran, ada gerangan apa Karius datang ke rumahnya.
"Aku sengaja datang kemari, atas perintah Lord." Mendengar dari pernyataannya saja pasti Karius datang membawa berita penting karena ini menyangkut perintah dari Lord Lukedonia langsung. "Aku diperintahkan untuk mengundang kalian semua ke Lukedonia. Ada berita penting yang harus dibicarakan dengan tuan Raizel." Ucapnya dengan nada serius.
"Memangnya ada berita penting apa?" Tak biasanya Raizel diundang ke Lukedonia tiba-tiba.
"Nanti kalian akan tau sendiri."
Raizel lalu bangkit dari kursinya pertanda bahwa dia siap untuk pergi ke Lukedonia sekarang.
"Frankenstein, ayo." Perintah Raizel. Frankenstein sudah tau bahwa Raizel tidak akan mungkin menolaknya. Sikap tuannya yang dingin itu sudah menjadi hal biasa yang diperlihatkannya sehari-hari. Seperti inilah cara Raizel menanggapi orang-orang disekitarnya. Seorang yang misterius penuh tanya yang membuat siapapun menjadi penasaran.
Frankenstein mengangguk. "Baik tuan." Ia lalu menatap Tao dan kawan-kawan " kalian bertiga tetap di rumah. Jaga rumah, jaga Roby, awasi dia jangan sampai dia berbuat hal yang tidak-tidak." Sepertinya Frankenstein lebih menyayangi dan mementingkan rumahnya daripada Roby. Buktinya ia mengatakan rumah lebih dulu sebelum Roby.
"Yah, bos. Kenapa kami gak boleh ikut?" Ucap Tao merengek.
"Kalau kalian ikut siapa yang akan menjaga rumah? Roby? Bisa-bisa setelah aku kembali rumah ini sudah rata dengan tanah." Frankenstein tetap tidak mengijinkan mereka untuk ikut.
"Yasudah. Baiklah kalau begitu." Dengan perasaan kecewa Tao terpaksa menerima kenyataan. Sebenarnya juga Tao enggan untuk mengawasi Roby, alasannya karena anak itu susah diatur, bandel, dan selalu membuat kerusuhan dimana-mana. Dengan penuh rasa sabar Tao dan lainnya menjaganya tapi tetap saja mereka tidak sanggup jika berlama-lama diberi tugas seperti ini.
"Kalau ada masalah, segera beritahu aku." Ucap Frankenstein.
Raizel, Frankensein, dan para bangsawan lainnya berangkat menuju Lukedonia meninggalkan ketiga RK.
***
Suara dering telepon berbunyi disebuah ruang kerja seseorang. Suaranya yang bising tentu saja mengganggu konsentrasi seseorang yang ada disana, ia berdecak kesal bisa-bisanya ada orang yang mengganggunya disaat sedang sibuk begini. Segera ia angkat telepon itu.
"Ya? Ada apa?"
"Ignes, ada berita mengejutkan!"
"Berita apa?"
"Tetua ke-10 telah tewas. Jasadnya tidak ditemukan, tapi ada saksi mata yang melihatnya."
Seketika Ignes terhenti dari gerakan mengetiknya, ia terkejut saat mendengar pernyataan itu. Ia bahkan tak percaya dan menganggapnya sebuah lelucon biasa. Tapi inilah kenyataannya.
"S-siapa pelakunya?"
"Seorang pemuda yang diketahui bernama Robynstein dan mungkin temanmu juga terlibat dalam hal ini."
Teman? Siapa? Vione? Mana mungkin? Pikirnya.
"Baik. Nanti aku telepon lagi." Sambungan langsung ia putuskan.
Pikiran Ignes saat ini terbagi dua dengan pekerjaannya, menambah beban masalahnya. Sebab tetua itu juga bekerja sama dengannya dalam hal eksperimen. Ia terus memikirkan siapa orang yang membunuh tetua ke-10, ia juga tak percaya jika Vione terlibat dalam hal ini. Robynstein? Siapa? Ignes sungguh asing dengan nama tersebut, ia bahkan tak tau bagaimana rupa Robynstein.
KAMU SEDANG MEMBACA
Noblesse (Next Generations) - Discontinue
FanfictionGenerasi baru hadir mewarnai Lukedonia. Bangsawan baru dari klan yang berbeda-beda lahir dan dibesarkan di Lukedonia. Menjalani kehidupan seperti manusia. Disisi lain pihak Union terus bergerak menghancurkan kaum bangsawan, melakukan segala cara unt...