Terlambat

41 4 0
                                    

"Gimana kalau langsung kita mulai aja? Kayaknya adek-adek kita udah pada nggak sabar banget pengen liat perform dari temen-temennya"

"Oke, untuk menyingkat waktu langsung saja kita tampilkan peserta pertama! Welcome please, Gugus...Ka...ba...yaaannnnnnn!!!"

Dua MC-betah-ngomong-berjam-jam itu akhirnya memulai juga acara yang ditunggu-tunggu. Mungkin mereka merasa udara di sekitarnya mulai melembap akibat banyaknya peserta MOS yang menguap bahkan mendengkur.

Tiga anak gugus Kabayan menaiki panggung dan berpakaian hitam-hitam. Satu orang membawa golok, satu orang membawa tongkat, dan satu orang--yang cewek--nggak bawa apa-apa.

Ketika musik ala-ala ninja Jepang mengalun, si cewek tadi mulai memeragakan seni tunggal pencak silat. Seisi auditorium pun bergemuruh merdu, kadang-kadang juga diselingi cuitan-cuitan nyaring.

"Gimana nggak heboh, udah cantik, jago silat, lagi," puji Nanang dengan mata love-love.

"Ya iyalah, kan cewek gue," sahut Candra.

"Beneran? Kapan jadiannya?"

"Belom sih sebenernya. Hehe," jawab Candra sambil nyengir lebar.

"Terus, elu udah PDKT sama dia?"

"Belom juga"

"Kalo gitu, dapet sertifikat dari mana elu, ngaku-ngaku dia cewek elu?" tuding Nanang.

"Yaelah Nang, apa sih salahnya kalo gue berharap?"

"Terus aja gitu sampe janur kuning melengkung di depan rumah dia sama rumah gue," jawab Nanang lalu terkekeh.

"Pasti gue setrika lagi biar lurus," balas Candra menyeringai.

"Hust, diem dong. Perhatiin mereka yang di depan," Stefani menengahi.

Di depan, dua cowok sedang memainkan seni ganda. Kemudian mereka mengambil golok masing-masing, lalu mulai beraksi layaknya samurai-golok.
Namun, tiba-tiba salah satu golok itu terlepas dari genggaman dan terpelanting ke atas. Para penonton histeris.

"AWAASSSS!!!!"

>>>*<<<

Sementara itu, di tempat lain...

"Apa? Libur?"

"Iya Nak, hari ini PAUD libur karena ada imunisasi," jawab pak tua yang ternyata adalah tukang kebun di PAUD Si Kecil.

Raynald mengusap wajahnya frustasi. "Terus imunisasinya di mana, Pak?"

"Di Posyandu"

Setelah mengucapkan terima kasih, Raynald langsung memacu motor Ninja-nya ke Posyandu yang sebenarnya ia lewati saat menuju ke PAUD Si Kecil tempat adiknya sekolah.

"Permisi, Bu"

Ibu Bidan yang sedang menimbang bayi itu pun menoleh. "Iya Nak, ada yang bisa saya bantu?"

"Ada, Bu. Tadi apakah ibu saya ke sini sama adek saya?"

Ibu Bidan mengerutkan kening. "Namanya?"

"Raynald, Bu"

"Maksud saya, nama ibu dan adik Anda"

Raynald salah tingkah. "Ibu Utari Andrian, kalau adek saya Dzulfikar Pradana Andrian"

"Sebentar, ya. Vina, tolong carikan di daftar pengunjung hari ini," kata Bu Bidan sambil melambaikan tangan pada asistennya.

"Baik, Bu"

Setelah agak lama memindai, si asisten menatap Raynald. "Maaf Mas, Ibu Utari dan Adik Dzulfikar sudah pulang sejak satu jam yang lalu"

Jadilah Raynald kembali lagi melewati rute ke PAUD tadi, sebab rumahnya hanya berjeda satu rumah dengan PAUD.

Kalang Kabut ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang