Termehek-Mehek

48 4 0
                                    

Endah yang kini menjadi pusat perhatian para penonton itupun kini pun menepukkan tangannya, dan pelayaan kerajaan--Tamara--datang tergopoh-gopoh.

"Ampun, Paduka Ratu, ada apa gerangan Paduka Ratu memanggil hamba?" tanya Tamara alias Piyem.

"Udahlah, kalo nggak ada Si Akang mah, nggak usah kaku-kaku amat bahasanya. Santai aja, Yem," jawab Endah--ratu sotoy.

"Iya juga, ya. Tumben elu pinter"

"Ya nggak gitu-gitu juga, gue tuh majikan elu, bego!" sungut Endah sambil menjitak kepala Tamara.

"Ratu-ku sayang, di mana etika bahasamu?" tanya Sang Raja pengganti--Riki--yang dikuntit Candra selaku pengawalnya.

Raynald cuma bisa gigit jari pas lihat posisinya digantikan anak buahnya itu. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi tape berair.

Raynald gerah hati.

Raynald gerah bodi.

Raynald masuk tipi, jualan teh ijo bareng mantannya.

"Lihatlah bayi yang kubawa ini, Ratu sayang. Mengingat bahwa kita tak bisa mempunyai keturunan, mulai sekarang aku akan mengangkatnya sebagai anak. Kau setuju 'kan, Ibunda Ratu?". Pertanyaan Riki menyeret Raynald kembali ke dunia nyata. Mau nggak mau dia harus terima kenyataan.

"Iya, Ayahanda Raja," jawab Endah sambil menimang-nimang boneka Barbie yang diserahkan Riki kepadanya.

"Kalau begitu, aku akan memberinya nama dari bahasa Latin singkong kesukaanku, Manihot utilissima"

"Aku tidak setuju, Ayahanda. Bagaimana rakyat kita memanggilnya kelak? Putri Util? Putri Hot? Atau Putri Man-"

"Cukup, jangan dilanjutkan,"potong Riki. "Kamu benar, lalu bagaimana?"

Endah berpikir sejenak. "Bagaimana kalau Dayang Sumbi?"

"Nama yang manis, Ibunda," jawab Riki sambil menepuk lembut kepala si boneka.

Well, semua tau kan, kami nampilin drama apa? Simpen dulu tebakannya, nanti di akhir chap aku kasih hadiah, kalau tebakannya betul :)

>>>*<<<

Yang namanya drama, pastilah nggak perlu nunggu bertahun-tahun buat nunggu para tokohnya tumbuh dewasa. Cukup lima menit, Dayang Sumbi yang perannya udah benar-benar aku hayati ini bermetamorfosis dari yang awalnya buluk jadi dewasa dan cantik.

"Ibu, Ibu. Bangun, udah siang," kata Arjuna sambil membangunkan aku yang pura-pura tidur.

"Ibu, aku mau berburu. Aku mau berangkat sendiri, aku akan buktiin ke Ibu kalo aku bisa dapet hati rusa tanpa bantuan Tumang," lanjutnya.

Aku langsung tergeragap bangun. "Sangkuriang, berapa kali Ibu harus bilang, jangan pergi ke hutan sendirian! Kamu harus tetap sama Tumang ke manapun kamu pergi"

Tepat saat itu Nanang datang sambil menarik boneka rubah ekor sembilan yang dikalungin kardus lebar, bertuliskan huruf besar-besar yang bunyinya "Sebut Saja Ini Tumang".

Arjuna, eh, Sangkuriang maksudnya, tampak kecewa. Namun ia tetap berangkat berburu sambil menarik tali kekang si boneka.

"Kenapa kau harus selalu bersamaku, Tumang? Maksudku, aku tak enak hati bila kau harus menjagaku ke mana-mana. Aku udah akil balig, dan kadang aku butuh privasi juga, kau tau? Misalnya pas aku lagi boker, atau pas aku diam-diam ketemuan sama gebetan aku dari desa sebelah," kata Arjuna.

Nanang yang memerankan suara hati Tumang menjawab, "Oh, anakku. Andai kau tau, aku rela melakukan apapun untukmu, asalkan kau bahagia. Aku hanya ingin melindungimu, walau sampai kapanpun juga kau tak akan pernah tau bahwa aku ini ayah kandungmu"

Kalang Kabut ClassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang