Prolog

684 26 1
                                    

Risal masuk ke kelas dengan raut panik. "Rin, Lembah berantem?!" Teriaknya di ambang pintu menunjuk ke arah lapangan. Rinjani yang tengah mengobrol dengan Sera menghentikan aktivitasnya beranjak dari tempatnya lalu berlari menyusul Risal menuju lapangan basket yang sudah di kerumuni anak-anak yang menonton adu jotos dua orang pentolan SMA Nusa dua belas. Rin menerobos kerumunan untuk sampai di tengah-tengah kerumunan dan melotot horor ketika melihat Lembah adu jotos dengan Cakra. Wajah mereka juga sudah lebam di sana sini. Bibir Lembah sobek, begitu juga dengan Cakra.

Rinjani berteriak saat Lembah dan Cakra akan kembali adu tinju. "Stop! Kalau kalian nggak berhenti, gue bakal laporin kalian ke polisi!" Ancamnya garang membuat kedua orang yang sudah saling mencengkram kerah baju menghentikan tinju di udara menoleh ke kiri di mana Rin berdiri dengan nafas terengah serta wajah merah padam.

"Lepas tangan kalian sekarang juga!" Tambahnya lagi. Patuh, keduanya menurunkan tangan menjauh selangkah sehingga mereka berdiri dengan jarak satu meter. Rinjani menghampiri mereka menilik penampilan mereka yang sudah babak belur.

 Rinjani menghampiri mereka menilik penampilan mereka yang sudah babak belur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lembah

Cakrawala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cakrawala

"Kalian ini kenapa sih pake berantem segala? Ini tuh sekolah, bukan ring tinju! Kalian pikir kalian sudah hebat karena sudah berantem di sini? Mau di puji hebat? Hebat apanya? Kalian cuma malu-maluin tau nggak!?" Serunya marah. Rinjani menoleh ke teman-teman sekolahnya melotot galak pada mereka.

 Rinjani menoleh ke teman-teman sekolahnya melotot galak pada mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rinjani

"Ngapain kalian masih di sini? Bubar!" Seketika mereka berseru kecewa tapi tetap menurut demi ke amanan hari-hari mereka selama bersekolah di SMA Nusa.

Tatapan Rin kembali pada dua manusia yang masih berdiri dengan posisi seperti tadi. "Kalian berdua ikut gue ke ruang BK, sekarang!" Serunya berjalan melewati Lembah dan Cakra menuju ruang guru yang berada di lantai dua Gedung seberang kiri lapangan. Keduanya mengekor dengan saling menyikut namun akan bersikap kalem begitu Rin menoleh melotot pada mereka.

Bu Imah menilik penampilan kedua siswanya seraya menghela nafas panjang. Beliau sudah bosan dengan kelakuan Lembah dan Cakra yang selalu saja berbuat ulah cuma gara-gara masalah sepele seperti Lembah yang melempar botol mineral ke arah tong sampah tapi meleset jadi mengenai kepala Cakra.

"Hukuman apa lagi yang harus ibu kasih ke kalian? Ibu capek tiap ada kasus kalian lagi, kalian lagi. Apa kalian nggak capek bikin masalah terus? Ibu sendiri sudah capek ngasih hukuman ke kalian." Keluh beliau pada keduanya.

Di luar kantor Guru, Rin berdiri menyadar pada dinding menunggu kedua bocah nakal itu di proses Bu Imah. Lima belas menit berselang keduanya keluar masih dengan aksi saling sikut mengikut membuat Rin mengurut pangkal hidung menyaksikan tingkah mereka.

"Sekarang hukumannya apa?" Sahutnya tegas, lugas, dan tajam. Lembah menggaruk pelipisnya kikuk di tatap seintens itu oleh cewek pujaannya.

"Di suruh bersihin kebun belakang sama toilet selama seminggu." Ujarnya meringis. Cakra berdehem mengalihkan tatapan saat Rin menyorot padanya.

Rinjani menghela nafas. "Terus tunggu apa lagi? Kerjain!" Perintahnya. Kedua cowok itu sontak langsung ngacir begitu di perintah oleh Rin.

-

Rin menunggu kedatangan Sera yang lagi mengeluarkan motor metiknya dari area parkir. Untuk membunuh kebosanan Rin mengeluarkan hape membuka aplikasi WhatsApp mencari tahu siapa saja yang mengirimkan pesan saat dirinya sedang dalam kelas tadi.

"Ayo naik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo naik." Sahut seseorang tiba-tiba membuat Rin mengangkat kepala memandang Lembah dengan alis terangkat.

"Gue bareng Sera." Tolaknya langsung.

Lembah menengok ke belakang masih belum melihat tanda-tanda kedatangan Sera seperti yang Rin katakan.

"Nggak usah bareng gue aja," bujuknya lagi. Rin menghela nafas menatap dalam Lembah yang tidak gentar dengan tatapannya membuat cewek yang kemarin baru saja berulang tahun itu terpaksa mengiyakan namun lebih dulu mengirim pesan pada Sera kalau dirinya pulang bareng Lembah.

Begitu naik ke motor Lembah Suara klakson mobil menginstruksi menyuruh Lembah untuk segera minggir.

"Bisa cepet nggak!?" Teriak Cakra mengeluarkan kepala dari jendela yang kacanya sudah di turunkan. Rin menoleh pada Cakra mendengkus jengkel pada cowok itu.

"Bisa sabar nggak sih!?" Omelnya. Cakra meregut memasukan kembali kepalanya, memukul keras stir mobil merasa marah melihat Rin di antar pulang oleh Lembah.

"Giliran gue mau nganter lo nggak mau, tapi kalau Lembah lo nggak nolak, segitu nggak sukanya lo Sama gue, Rin?" Geramnya mencengkram keras stir mobil sampai urat-urat tangannya terlihat.

Sementara Lembah tersenyum penuh kemenangan di balik Helm full face nya merasa memang selangkah dari Cakra. Setidaknya gue bisa nganterin Rin pulang. Girangnya dalam hati.

"Boleh nggak kita makan dulu sebelum gue anterin balik?" Izinnya menoleh sedikit pada Rin lalu kembali fokus pada jalan di depannya.

Memajukan sedikit badannya Rin berteriak di samping kiri kepala Lembah. "Nggak, gue harus pulang tepat waktu." Balasnya.

"Bentar aja kok," tawarnya lagi.

"Nggak bisa Lembah, bokap gue bakal nyariin gue." Tolaknya lagi, kali ini dengan nada yang tak ingin di bantah. Lembah mendesah panjang tapi tetap mengalah dari pada urusannya jadi panjang dan Rin makin sebel dengannya.

"Oke deh, kali ini gue bakal ngalah tapi nanti lo harus mau gue ajak jalan."

Rin tidak menyahut hanya mengetatkan pegangannya pada jaket Lembah.

Laugh With ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang