Bab 6

207 13 0
                                    

Rin turun dari motor Meru, "Ayo masuk." Ajak cowok itu meraih tangan Rin menuntun nya masuk kedalam rumah. Kening Rin tampak mengerut memperhatikan sekelilingnya. Rumah berlantai Tiga ini tampak sepi. Apa Semeru tinggal sendirian?

Melihat raut penuh tanya Rin yang tengah menilik rumahnya yang sepi Semeru pun menyahut, "Bokap nyokap gue lagi ke luar negeri, ayo duduk dulu, gue ambilin minum bentar yah." Semeru menuju dapur sementara Rinjani memilih mendudukkan dirinya di sofa melingkar berbahan kulit berwarna Cokelat di ruang santai.

Sepanjang Rin jalan tadi, ia melihat foto-foto keluarga besar Semeru. Rin baru tahu kalau teman akrab Lembah itu memiliki dua orang kakak dan Satu adik. Keluarga bahagia, itu yang bisa Rin tangkap dari banyaknya foto-foto di dalam ruangan tempatnya saat ini berada. Di satu spot dinding terdapat banyak foto liburan mereka ke beberapa negara, bahkan di tempat eksotis di Indonesia. Mereka semua tampak bahagia dan tidak memiliki kebohongan dalam interaksi mereka, semua terlihat natural. Itulah mengapa Rin merasa iri karena keluarganya tidak lagi sebahagia keluarga Semeru.

Rin bangun dari sofa berjalan menuju lemari TV untuk melihat jelas sesuatu yang cukup menyita perhatiannya. Ia meraih Frame foto putih di mana di dalam Frame itu tampak Tiga orang saling merangkul dan tertawa bahagia sementara wajah mereka kotor oleh lumpur. Di dalam foto itu Ketiga anak laki-laki itu tampak masih muda. Mungkin sekitar tiga belas atau empat belas tahun. Yang menyita perhatian Rin bukan ketiganya melainkan background foto itu sendiri.

"Itu waktu kami ikut tujuh belasan pas SMP." Rin terlojak kaget tidak menyadari kehadiran Semeru. Meru terkekeh menyodorkan cangkir berisi teh hangat padanya.

"Sorry, lo kaget yah?" Rin menggeleng meletakan lagi Frame di tempatnya semula. "Minum dulu, biar badan lo anget."

"Thanks, Ru. Sorry udah ngerepotin."

Meru mengibaskan tangan, "ah, kayak sama siapa saja lo, sama sekali nggak, malah gue seneng lo bisa ke rumah gue, lo kan nggak pernah mau kesini tiap di ajakin." Rin tahu Meru cuma bercanda tapi dia tetap meringis tidak enak.

"Duduk yuk, kaki lo bisa sakit berdiri Mulu."

Keduanya kembali ke sofa. "Gue boleh nanya?" Rin mengangguk mengiyakan. "Kenapa lo di jalan sendirian kayak tadi? Apa lagi udah tengah malam kayak gini." Semeru bertanya dengan hati-hati takut membuat Rin tersinggung. Rin tidak langsung menjawab. Matanya menerawang jauh sebelum membuang nafas berat.

"Gue...gue cuma bosan di rumah, jadi gue cari angin di luar." Katanya pada akhirnya. Dia belum siap menceritakan pelik permasalahannya pada orang lain. Pun dengan orang terdekatnya. Papanya.

Semeru belum sepenuhnya yakin atas ucapan Rinjani barusan tapi ia juga tidak menuntut untuk Rin jujur, ia sadar Rin belum ingin menceritakan apapun padanya, tidak masalah asal Rin baik-baik saja, baginya itu sudah cukup. Semeru berjanji dalam hati akan menjaga Rin sebaik mungkin walau tanpa perempuan itu sadari atau tahu.

Keduanya tenggelam dalam hening beberapa waktu sampai suara seseorang mengintruksi membuat keduanya menoleh ke arah tangga. "Rinjani?" Dialah, Lembah. Cowok itu mendekati mereka lalu mengambil tempat di samping kiri Rin karena samping kanan di tempati Meru.

"Lo kok bisa di sini?" Pertanyaan itu di lontarkan Lembah di sertai Raut penasaran yang dalam.

"Gue nggak sengaja ketemu pas beliin lo obat di apotek." Meru menyahut mewakili Rinjani.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Laugh With ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang