Bab 3

268 13 0
                                    

Warning!! Plagiat di larang mendekat!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warning!! Plagiat di larang mendekat!!!

Begitu memasuki kelas Rin di tarik Sera ke bangku untuk di interogasi perihal kedatangannya bersama Cakra yang menghebohkan seluruh penghuni Sekolah.

"Jadi, bisa lo jelasin kenapa bisa bareng Cakra?" Tuntutnya ingin tahu.

Rin meletakan Tas di dalam laci meja, "dia jemput gue." Mata Sera membola.

"Gimana, gimana?"

Rin menghela nafas menyangga dagu menatap Sera santai. "Dia jemput gue ke rumah, kita nggak janjian, dia tiba-tiba aja nongol depan rumah gue terus kita barengan ke sekolah." Jelasnya bikin Sera mengerjab, beberapa detik kemudian langsung memekik.

"Gile, sweet banget!" Pujinya berbinar berbeda dengan Rin yang tampak tidak setuju.

"Dari Hongkong! Yang ada gue risih." Gumamnya.

Sera mencibir. "Ei, jangan gitu nanti lo jadi suka baru tau rasa."

Sera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sera

Rinjani menoyor kepala Sera, "sembarangan."

Rinjani

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rinjani

Sera meringis kecil namun ia mendelik jahil ke Rin. "Atau lo sukanya yang bad boy kek Lembah?" Godanya menaik-naikan alisnya.

Rinjani menggeleng mengabaikan celotehan Sera yang makin ngasal. Kedatangan Bu Seruni membuat para siswa serentak kembali ke bangku masing-masing. Di depan meja Bu Seruni meminta ketua kelas mengumpulkan tugas Minggu kemarin. Rin dan Sera menyerahkan buku mereka ke Nuki sementara di bangku belakang Abi mendumel karena lupa mengerjakan tugas yang di berikan oleh Bu Seruni. Alhasil dia dia suruh berdiri di depan kelas sampai pelajaran usai.

Sepanjang pelajaran Rin memperhatikan dengan serius penjelasan Bu Seruni bahkan menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh sang guru.

Di lain tempat Lembah kehilangan mood ketika melihat Rin jalan di koridor bersama Cakra. Cowok berparas Ganteng perpaduan antara Indonesia-Jerman itu berkali-kali mengumpat bahkan tak jarang meninju mejanya membuat Guru yang mengajar kaget namun malas menegurnya. Di belakangnya Meru dan Bara menggeleng prihatin melihat kegalauan Sohibnya itu.

"Gue nggak nyangka dia sebucin ini ke Rin." Bisik Bara. Meru menarik sudut bibir mengabaikan keingin Tahuan Bara.

Sementara itu Cakra tampak santai di lirik berkali-kali oleh beberapa Siswi sambil berbisik. Samar-samar Ia mendengar namanya dan Rin di sebutkan. Cakra mengabaikan itu memilih fokus pada mie ayamnya. Namun ia tidak bisa acuh lagi begitu Rin di jelek-jelekan.

"Gue denger-denger Rinjani suka mainin cowok. Pertama dia Deket sama Lembah terus sekarang Cakra. Dia emang cantik sih ... Tapi salah nggak sih kalau gue bilang murahan?" Ocehnya terkikik-kikik seperti Kunti.

Di sebelahnya temannya menabok lengannya ikut terkikik. "Jangan gitulah, di denger Rinjani bisa berabe, dia kan suka mukul orang." Timpalnya.

Brak!

Gebrakan meja membuat kedua cewek yang tadi menggosipkan Rinjani terlonjak kaget. Mereka melirik ke belakang dan baru menyadari kalau Cakra sudah berdiri di belakang mereka dengan tatapan menahan marah.

"C-cakra ...?" Cicit mereka menciut merasakan aura mencengangkan di sekitar tubuh Cakra.

"Tolong jaga omongan kalian, Rinjani tidak seperti itu, kalau tidak tau apa-apa tentangnya jangan asal bicara, itu namanya fitnah." Ujarnya dingin.

Kedua cewek yang menggosipkan Rinjani tadi mengkerut kikuk. "I-iya, kami minta maaf ..."

"Maaf itu harusnya bukan buat gue, tapi buat Rin." Tegasnya. Mereka mengangguk serempak.

"Baiklah, kita bakal minta maaf ke Rinjani." Ujar mereka kompak.

Cakra mendengkus lalu memutar tumit menjauhi mereka tapi tidak kembali ke mejanya melainkan keluar dari area kantin.

Cakra perlu menenangkan pikiran. Begitu tiba di area belakang gadung tak terpakai Cakra mengeluarkan bungkus rokok dari dalam saku celana merogoh korek lalu membakarnya dan mengisapnya dalam-dalam. Ia hembuskan asap ke udara seraya menyandarkan kepala di tembok.

"Gue kira setan, ternyata kembarannya." Celetukan seseorang membuat Cakra reflek menengok ke asal suara.

Lembah mendekat mengambil tempat duduk di samping Cakra.

"Gue kira lo anak baik-baik, alim, Sholeh, nyatanya lo sama aja kayak gue." Sindirnya terang-terangan.

Cakra berdecak. "Mindset dari mana itu?" Cibirnya membalas. Ia menyodorkan bungkus rokoknya yang di tolak oleh Lembah.

"Thanks, gue masih mau hidup panjang."

"Cih, ngerokok nggak bakal ngebunuh Lo."

Lembah mengangguk, "tapi merokok jelas bisa jadi jalan lo mati kena kanker." Sahut cowok itu yang di timpali decakan oleh Cakra.

Mereka terdiam beberapa menit memandang ke semak-semak belukar dengan pikiran masing-masing sampai Cakra memecah keheningan.

"Kenapa sih kita harus suka sama cewek yang sama?" Ujarnya menghisap dalam rokoknya lalu membuang puntungnya dan menginjaknya sampai Baranya mati.

"Gue juga bingung, kenapa tiap gue suka cewek lo juga ikutan suka tuh cewek, selera kita nggak sama padahal tapi kalau urusan cewek selalu kompak." Sahutnya menimpali.

Cakra menghela nafas panjang menoleh pada Lembah menyorot tajam rivalnya itu. "Tapi gue nggak akan nyerah sama lo."

Lembah menyeringai. "Gue juga ... Siapapun yang berhasil dapatin hatinya Rin harus ngalah dan jauhin dia ..." Cakra mengangguk setuju.

"Ini bukan taruhan, kan?" Canda cowok berlesung Pipit itu.

"Yah, enggak lah ... Rinjani terlalu berharga buat gue."

"Dasar bucin.."

Lembah mencibir Sarkas. "Situ juga bucin."

Mereka saling menatap kemudian terkekeh bersama.

Terkadang Musuhmu bisa menjadi Temanmu di saat-saat tertentu. Seperti situasi mereka saat ini contohnya.

Laugh With ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang