Part 7

79 11 2
                                    


Bagi Indra, melakukan apa yang dilakukannya selama ini adalah tak lebih dari cari perhatian sang mama. Dari kecil, hidup dengan satu orangtua membuat Indra selalu ingin dimanja oleh mamanya. Sementara mamanya sendiri harus banting tulang karena menjadi tulang punggung keluarga. Tak jarang, mama Indra sering pulang-pergi ke luar kota, mengabaikan Indra kecil yang kesepian.

Puncaknya, ketika Indra sekolah menengah pertama, mamanya akhirnya menikah. Indra memberontak karena tidak setuju akan keputusan mamanya. Tapi dia bisa apa? Bahkan teriakan tidak setujunya diabaikan oleh mamanya.

Indra jadi sakit hati. Dari kecil sudah diabaikan, dan sekarang dia harus ditinggalkan.

Dan pagi tadi, ketika Indra melihat mamanya masih di rumah, seketika menyulut kemarahannya. Dia tahu kalau mamanya berkali-kali ingin dia tinggal bersama keluarga barunya. Dia tahu kalau mamanya menyesal. Tapi dia selalu berusaha 'buta' hanya agar mamanya tahu selama ini dia begitu terpukul atas keputusan sepihak mamanya untuk menikah lagi.

"Indra, sampai kapan kamu akan seperti ini sama Mama?" ucap mamanya sedih.

Indra tak menjawab. Tubuhnya menegak kaku, dia enggan berbalik. Tahu kalau mamanya kini berdiri di belakangnya sambil berusaha menahan isak tangisnya.

"Mama sayang sama Indra...."

Indra menggertakkan gigi, sebisa mungkin untuk tidak termakan ucapan mamanya. Dia hanya berusaha mempertahankan apa yang diyakininya selama ini terbukti benar. Dia tidak mau hanya gara-gara ucapan itu, keyakinan yang dijaganya selama bertahun-tahun akan runtuh. Tanpa berbalik, Indra mengucapkan satu kalimat yang dia yakini akan semakin membuat mamanya menyesal.

"Kalau memang sayang ya perhatiin, jangan tinggalin."

Dan pernyataan itu akhirnya menyentakkan tangis sang mama. Indra tak peduli, dia segera berlalu dari hadapan mamanya yang tengah berusaha mati-matian meredam tangisnya.

Indra tahu kalau dia sudah keterlaluan, sangat keterlaluan malah. Tapi dia melakukan itu juga karena agar mamanya sadar dan teramat sadar, bahwa selama ini dia sangat membutuhkan mamanya.

Sikapnya yang kadang-kadang tak peduli itu adalah sebuah tameng hanya agar dirinya bisa terlihat kuat. Kalau dari awal dia sudah terlihat terpuruk, bisa dipastikan sampai saat ini Indra sudah hancur.

Karena itulah Indra menciptakan kelakuan-kelakuannya selama ini. Kenakalan-kenakalan yang dibuatnya. Sikap pemberontaknya. Itu semua tak lebih untuk menciptakan benteng pertahanan Indra sendiri. Tapi sampai di situ saja, dia tidak pernah berani untuk berbuat lebih jauh. Seperti membahayakan nyawanya sendiri dan Indra tidak mau mamanya memendam kekecewaan atau pun memendam perasaan menyesal seumur hidup.

Tapi, apa yang dilakukan si Cupu ini benar-benar membuatnya terperangah!

Tadi Indra datang pagi-pagi sekali ke sekolah. Setelah memarkirkan motornya di tempat biasa dan masih menyandang tas ranselnya, cowok itu bergegas melangkah menuju gudang belakang sekolah dengan sisa-sisa kemarahan yang menggantung di dadanya. Sampai di sana, dia langsung loncat ke atas pohon beringin dan duduk tenang di atas dahannya. Berkat daunnya yang tumbuh cukup lebat, sesorang yang datang lima menit kemudian tidak menyadari keberadaannya di atas sana.

Di bawah mata tajamnya, Indra duduk diam dan mengawasi gerak-gerik cewek itu. Dan tidak lama kemudian seseorang datang menghampirinya dan terlibat pembicaraan yang membuat si cewek menangis, seseorang itu tampak kaget, dan Indra terperangah seraya melompat turun.

Apa yang barusan didengarnya tadi tak pelak membuat perasaan asing yang dirasakannya kemarin terhadap cewek berkacamata bulat itu menggelegak. Tapi cowok itu berusaha untuk menutupinya. Dia menatap dua orang yang tengah duduk bersandar di dinding itu dengan pandangan tenang. Sementara Febi, cewek berkacamata bulat itu sudah menampilkan ekspresi kaget bercampur dengan ekspresi sedihnya yang membuat wajahnya nampak lucu sekali menurut Indra.

F.B.I [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang