Part 9

22 1 0
                                    

Semua dinding bercatkan putih dan beraroma obat-obatan. Di ruangan ini terasa sepi yang berbunyi hanya alat patient monitor (untuk memonitoring keadaan fisiologis pasien). Ia ingin mengunjungi kakak laki-lakinya itu yang sedang koma layaknya mayat hidup. Kini hidupnya tergantung pada selang dan alat bantu medis lainnya.

Senja benci akan takdir yang membuat keluarganya diambang kehancuran. Sebelum kejadian 2 tahun yang lalu. Kebahagian Senja tidak akan direnggut oleh takdir yang kejam itu.

"Ga.. gue berantem lagi sama mama papa. Keadaan keluarga kita ancur. Semenjak lo terbaring disini."

"Seharusnya yang koma itu gue, bukan lo." Ucap Senja yang kini bola matanya berkaca-kaca.

Tidak ada balasan. Sepi.

"gue gak sanggup berhadapan sama mama papa. Gue selalu merasa bersalah sama lo dan mereka. Hidup gue gak seceria dulu. Sekarang hidup gue udah ancur Ga." dadanya terasa sesak.

Tidak ada balasan lagi. Sunyi.

"kejadian itu selalu berputar-putar dikepala gue terus-menerus." Ia mengacak rambutnya dengan gusar.

"Kenapa gue harus menanggung semua beban ini sendirian Ga? Kenapa?" air mata Senja kini sudah menetes satu-persatu.

Sekali lagi tidak ada balasan. Hening.

"kenapa lo diam aja? Lo jawab pertanyaan gue." ucapnya tersenyum miring.

"gue cuma mau kita kumpul bersama-sama lagi. Bareng mama sama papa kayak dulu." Ia menyeka air matanya.

"gue gak mau ketemu lo lagi. Kalau keadaan lo masih tetap sama kayak gini." raut wajah Senja berubah menjadi datar.

Ia pun pergi, meninggalkan Jingga sendirian.

**********************************

Senja mempercepat kecepatan motornya diatas 80km. berlaju lebih cepat lagi dan kini kecepatannya 120km.

Pikiran dan hatinya beradu. Di dalam pikirannya.

"seharusnya yang terbaring di rumah sakit itu gue bukan lo ga. Gue juga udah gak dibutuhin lagi sama mereka."

arghh....

namun di dalam hatinya berkata sebaliknya.

Lagi- lagi Senja mengacak rambutnya dengan gusar. Kebiasaannya itu jika ia sedang kesal.

Ia terus-menerus menambahkan kecepatannya.

Disaat kecepatannya bertambah. Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti mendadak di depannya. Ia pun segera mengurangi kecepatannya. Namun, rem ban depannya tidak kuat menahannya dan alhasil ia pun menabrak mobil sport itu.

Orang yang di dalam mobil itu pun keluar dan ia turun untuk melihat mobilnya tergores atau tidak dan ternyata mobilnya tergores parah. Orang itu mendekati Senja dan melihat wajah Senja lamat-lamat.

"Maaf mas, saya tidak sengaja. Saya sudah menahannya tapi tidak tertahan. saya akan ganti rugi." cerocosnya.

Pria itu masih saja melihatnya dan ia menghiraukan perkataan Senja.

"mas..." ucap Senja sambil melambaikan tangan kanannya ke dekat wajah pria itu.

"eh... sepertinya gue pernah lihat lo."

"hm maaf dimana ya?" tanyanya bingung.

"lo Senja kan?" tanyanya

"iya, kok anda tau nama saya?"

Senja bingung terhadap orang ini tetapi wajahnya sudah tidak asing lagi baginya.

"gue Zidan. Masa lo gak kenal gue?" tanyanya sambil menaik-turunkan alisnya.

Bola mata Senja menatap kearah alis orang itu. Alisnya naik-turun seperti kebiasaan sahabatnya itu yang kini tidak ada kabarnya setelah 10 tahun yang lalu.

"Zidan? Zidan Nugroho?" tanyanya untuk memastikan.

"iya gue Zidan. Udah lama kita gak bertemu lagi ja. Sampai-sampai lo lupa sama wajah tampan gue." Senja hanya tersenyum mendengar nyinyirnya itu.

*****************************

Mereka berada di cafe favorit Jingga~abangnya Senja. Sewaktu mereka kecil kira-kira berusia 8 tahun. Jingga sering mengajak mereka berdua ke tempat ini.

Bola mata Senja melihat disekeliling cafe itu dan ia masih berdiri ditempatnya. Zidan bingung melihat tingkah sahabatnya itu.

"ja..." tangannya melambai-lambai dihadapan wajah Senja. Senja masih terdiam dalam lamunannya itu.

"Senja" ucapnya kencang.

Senja pun tersadar dari lamunannya.

"lo kenapa?" tanya Zidan.

Senja menghiraukan pertanyaan Zidan dan ia langsung meduduki kursinya tanpa perlu disuruh.

Zidan melihat tingkah aneh sahabatnya itu bingung. Sifat Senja berbeda 90 derajat dari sifatnya yang dulu ia kenal.

"sepertinya ada yang gak gue ketahui dari Senja." Batinnya.

Zidan pun membuka percakapan terlebih dahulu.

"lo apa kabar ja? Gimana kabar orang tua lo sama bang jingga?" tanyanya.

Raut wajah senja berubah menjadi datar dan rahangnya mengeras ia menggertakan giginya. Mendengar pertanyaan itu membuat senja terdampar disebuah pulau yang jauh dan di pulau itu tidak ada seorang pun kecuali dirinya. Ia merasa sendirian dan menyedihkan.

"semuanya gak ada yang baik-baik aja dan. Semuanya udah gak kayak dulu." batinnya.

*************************
Hai!!!!
Maaf ya updatenya lama kemarin baru selesai ulangan. *eh curcol
Aku kasih jadwal ya.
"Cahaya & Senja" ini aku update 2 minggu sekali ya.
Oke. Thank you. See you again :*
Jangan lupa vote & kritiknya!!!!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cahaya & SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang