oo7 ;

5.6K 679 26
                                        

Seminggu berlalu.

"Gue ga ngerti sama lo. Kita tuh udah kelas 12, ngapain ikut jadi panitia pensi? Itu tugasnya kelas 10 sama 11."

Hayi memutar mata mendengar ocehan Bobby. Ia fokus lagi ke layar laptop di hadapannya, melanjutkan menulis anggaran dana di proposal.

"Gue tuh ngebantuin sekretarisnya yang lagi sakit. Mumpung lagi gabut juga," jawab Hayi.

"Duuh, ngapain sih. Baik sama bego tuh ternyata beda tipis." Bobby mencibir. Ia mengeluarkan ponsel untuk mengusir rasa bosan. Kelas sudah sepi, tinggal mereka berdua. "Lo jadi bareng ga? Gue mau pulang nih. Kebelet boker."

"Tadinya kalo ga ada ini proposal, gue bakal pulang bareng lo, Bob. Ternyata, yah ...," Hayi menghela, kemudian mendongak untuk melihat kawannya. "Lo balik duluan aja, ntar lo ee di celana. Gue pulangnya gampang lah."

"Ngga, bercanda. Gue ngerasa berdosa ninggalin anak gadis sendirian. Gue tungguin aja."

Hayi menahan tawa sambil geleng-geleng.

Selama beberapa menit, hanya terdengar bunyi keyboard laptop yang diketik. Hayi fokus pada laptopnya, Bobby tiduran di bangku sambil scroll media sosial. Dari timeline Instagram, LINE, Path, kembali lagi ke Instagram. Begitu terus.

"Bob, sepatu lo nih! Anjir baunya buset dah!"

Tiba-tiba Hanbin nyelonong masuk ke kelas 12 IPA 3, membawa sepasang sepatu futsal.

"Yoi, yoi. Trims. Dah sana pulang lo."

"Kok lo ga cabut? Ngapain?"

"Noh." Bobby menunjuk Hayi yang duduk di belakang, sibuk di balik layar laptop. "Nungguin nona muda."

Pandangan Hayi dan Hanbin bertemu.

Gila, gue kangen lo, Bin.

"Oh. Kecil, di belakang, ga keliatan." Hanbin manggut-manggut. "Kalo gitu gue duluan."

Hanbin kemudian melangkah ke luar kelas. Di balik layar laptop, Hayi menunduk. Ada senyum yang ditahan di bibirnya. "Kecil," bisiknya. Udah lama nggak dipanggil gitu.

&&

"Kok lo ga cabut? Ngapain?"

"Noh. Nungguin nona muda." Bobby menunjuk eksistensi seorang gadis yang duduk di belakang.

Hanbin mengenalinya sebagai Hayi. Ia tidak sadar Hayi ada di sana. "Oh. Kecil, di belakang, ga keliatan," ujarnya. "Kalo gitu gue duluan."

Di luar kelas, pikiran Hanbin pergi ke mana-mana. Ia berusaha tidak berpikir jelek pada Bobby, sahabatnya. Lelaki itu tidak mungkin sedang memanfaatkan keadaan. Bobby cuma mengantar Hayi, titik. Hanbin tidak mau berpikir aneh-aneh.

Hanbin mengeluarkan ponsel dan membuka fitur LINE.

Hanbin: Titip Hayi

Bobby: Paansi lo kayak orang mau mati

Hanbin: Naek motornya jangan kenceng-kenceng, dia takut

Bobby: Bawel, iya. 

  ✦ ✦✦ 

pulang ✦ hanbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang