9

7.6K 319 4
                                    

Aku sangat marah, sejak saat itu aku mendiamkannya. Berulang-ulang dia tidak pernah mengatakan kalau ada rasa kepada Zahra, tapi didalam kenyataan tidak seperti itu hampir tiap hari mereka jalan bersama tanpa ada rasa bersalah sedikit pun kepadaku.

Disaat kehamilanku yang sudah membesar aku memberanikan diri untuk mandiri, tidak terlalu tergantung dengan sosok dia yang tidak bisa aku harapkan.

Apalagi saat aku melahirkan bayiku, 1 jam setelah aku dibersihkan oleh perawat aku diberikan bayi laki-lakiku dipangkuanku. Namanya Adam Nugraha, aku menamakannya sesuai dengan nama mas Faisal Nugraha.

Aku melihat Reno mencoba menelepon Donald dari tadi tapi tidak bisa, "ga aktif mba." Wajahnya lelah semalaman menungguku, aku tahu kenapa Donald tidak bisa datang karena Zahra sedang demam dan dirawat dirumah sakit besar lainnya.

"Sini," kau meminta handphone yang dipegang Reno, Reno memberikannya lalu aku memegang dan menghempaskannya begitu saja ke lantai. Handphone itu hancur berkeping-keping dilantai.

"Aku pulang ke apartementmu," Reno mengangguk, dia mengerti kenapa aku melakukannya.

Sejak saat itu aku tidak pernah tinggal bersama kembali dengan Donald, aku menyuruh pengacara pribadiku untuk mengurus perceraianku lagi dengan Donald.

Donald datang kembali dengan surat gugatan cerai ditangannya dan kali ini dia bersama dengan pengacara. Dengan tanpa bersalah dia masuk kedalam apartement Reno bertemu denganku.

"Maaf, sebelumnya perkenalkan saya Banni pengacara Donald. Untuk gugatan surat ini Nyonya Santi seperti tidak bisa dilanjutkan lagi kepengadilan agama." Alisku naik satu tingkat. "Alasannya tidak masuk logika dan Anda sendiri sedang masa nifas jadi tidak bisa diteruskan ke pengadilan."

Bermacam alasan membuat surat perceraian itu tidak bisa dilanjutkan kata Banni. Aku tahu ini pasti akan sulit, sudah 2 kali aku melakukannya untuk berpisah tetap saja tidak bisa. Donal berengsek!!!!

Sekarang aku memilih menyibukkan diri dengan mengurus Adam saja.
Saat potong rambut dan aqiqah Adam mas Faisal dan Mama Ani datang, mereka sangat bahagia begitu melihat wajah malaikat anakku. Donald dan keluarganya juga datang ditambah dengan kekasihnya Zahra yang selalu menempel erat pada Donald.

Saat ibu-ibu bertanya siapa suamiku, aku menjawabnya dengan enteng yaitu mas Faisal. Ibu-ibu langsung tersenyum senang melihat sosok mas Faisal yang ramah dan alim.

"Anak mba gantengnya," aku tersipu sambil memangku Adam ditengah-tengah ibu-ibu pengajian.

Acara potong rambut aku menyewa sebuah restoran khusus, Reno dan Barron juga membantuku.

"Kenapa kamu memperkenalkan Faisal sebagai ayah dari Adam San?" Donald berdiri depanku dengan wajah kesal.

"Menurut lo kenapa gue lakukan itu?" aku menatapnya dengan marah.

"Jaga omongan kamu San, aku ini suamimu seharusnya kamu menghormati aku." Suara Donald mulai meninggi aku tidak takut.

"Mantan suami!!!!" aku berdiri meninggalkan Donald, aku menyuruh Barron untuk mengusir Donald dari hadapanku bagaimana pun caranya.

"Dia marah?" Faisal duduk didepan jendela didalam kamarku.

Aku mengangguk, "aku sudah bosan dengan keegoissannya mas."

"Sepertinya wanita itu benar-benar tidak bisa lepas dari Donald," aku mengangguk lagi lalu duduk disamping Adam yang sudah terlelap diranjang tidurku.

"Bantu aku berpisah dari Donald mas..." Aku menatapnya dengan penuh permohonan kepada mas Faisal.

Mas Faisal diam cukup lama sampai akhirnya dia setuju dengan permohonanku.

Continued...
24 Agustus 2017

Stupid In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang