11

7.3K 288 2
                                    


"Aku tidak mau." Aku tidak mau mengikuti Donald ketempat orang tuanya, disana pasti ada wanita sialan itu dan aku akan dibanding-bandingkan lagi dengan wanita sialan itu arrgggggg.....!!!!!

Donald melempar vas bunga dengan kasar, aku diam saja tidak akan membalas kekasarannya. Orang keras kepala tidak bisa dilawan dengan sifat yang sama diantara kami salah satunya harus diam dan tetap memberikan pengertian kepada keras kepala itu bahwa segalanya tidak bisa dipaksakan sesuai dengan keinginannya.

"HARUS..." setelah Donald berbicara dia pergi meninggalkanku dengan kekesalan luarbiasa dihatiku.
"Mama, bagaimana ini aku tidak bisa seperti ini terus menerus ma?" Aku menyalakan skype dilaptopku menghubungi Mama Ani untuk mencurahkan isi hatiku.

Mama Ani hanya menghela nafas dengan berat, aku tahu dia sangat tidak setuju dengan status pernikahanku dengan Donald jika bukan tentang Adam anak aku dan Donald.

"Jalani saja dulu San, aku tahu kau memang tidak bisa menerima ketidakadilan terhadap sikapnya yang selalu plin-plan menghadapi Zahra. Tapi bukankah Tuhan akan memberikan kesempatan kepada siapa saja yang ingin mengubah kehidupannya menjadi lebih baik, kamu bisa memberikan kesempatan itu sampai dia berubah San. Tapi bila kesempatan itu dia merusaknya dengan hal meniduri Zahra baru kamu bisa melepaskannya dan Mama akan siap membantu kamu sekuat tenaga San." Aku terdiam memikirkan semua perkataan Mama Ani, memang selama ini Donald dan Zahra tidak ada hubungan ranjang.

Aku memejamkan mata mencoba membuka pikiranku tentang kesempatan lagi yang aku berikan kepada Donald. Mencoba meraba apa saja yang aku dapatkan bila aku memberikan kesempatan itu, "baik ma. Aku mencoba melakukannya doakan aku mama." Mama mengangguk memberikan semangat kepadaku walaupun aku tahu bahwa ada orang yang akan tersakiti lagi. Maafkan aku mas Faisal...

Aku membuka pakaianku dikamar mandi, setelah menghadiri jamuan makan malam bersama keluarga besar Donald aku dan dia pulang membawa Adam. Tidak terlalu lama disana hanya basa-basi yang diperlukan untuk bersosialisasi antar keluarganya saja. Aku mencuci wajahku dengan sabun pembersih wajah saat selesai aku melihat Donald berdiri dibelakangku menungguku dengan menggunakan boxer saja.

Badannya sekarang sangat kurus, wajahnya semakin menyeramkan setiap hari mungkin terlalu banyak masalah diotak cerdasnya itu. "Tidak terlalu menyeramkankan keluarga besarku?" aku menaikkan alisku dia membahas pertemuan tadi sekarang tidak biasanya, seharusnya dia tidur dan bersikap angkuh lagi.

"Lalu mau apa lagi kau?" aku bersidekap kedua tanganku didada membalikkan tubuhku menghadapnya.

Donald tertawa melihat kelakuanku yang masih suka marah-marah, dia maju mendekat melihat langsung dikedua mataku dengan lembut berkabut hasrat. Aku harus segera pergi dari hadapannya sebelum aku dan dia tidur bersama diranjang sampai pagi.

Adam sedang mencoba merangkak pelan-pelan dihadapanku, sejak bisa membalikkan tubuhnya lalu mengangkat dia benar-benar berusaha untuk bisa merangkat walaupun dengan susah payah. Aku hanya bisa mengawasi perkembangannya saja, sebenci apa pun aku kepada ayah kandungnya aku tidak bisa membenci Adam. Sebagian didalam tubuh Adam ada bagian tubuhku juga, aku berusaha untuk mencoba memaafkan sikap ayahnya yang menyebalkan itu.
Donald duduk disampingku dengan wajah gembira, "sudah bisa merangkak toh sekarang. Ayo kesini sekarang anak ayah yang ganteng..." Adam sangat gembira melihat Ayahnya datang dengan semangat dia mencoba untuk merangkak menghampiri ayahnya.

Saat Adam sudah sampai kepangkuan Donald, kedua pria beda usia itu tertawa senang. Binar-binar dikedua matanya menunjukkan kebahagian tak terhingga dan aku akan merasa bersalah bila keduanya aku pisahkan.

"Aku ingin bertemu dengan mas Faisal boleh?" Donald mengangkat Adam kedalam gendongannya, dengan sekali lihat wajahnya yang masam aku tahu kalau keinginanku tidak akan dikabulkan.

Aku menghela nafas dengan berat, "kalau kamu nekad menemuinya aku langsung akan membunuhnya dengan kejam!" memang dia teroris apa yang bisa membunuh orang.

"Diapartement saja menemani Adam," memang selama ini aku tidak diapartement apa, kalau pun keluar pasti hanya sekitar apartement saja tidak kemana-mana dia begitu banyak menyewa pengawal untuk menghalangiku bertemu dengan mas Faisal dan Mama Ani.

"Aku bosan..."
Donald menghampiriku dengan pelan setelah memberikan Adam kepada babysister yang dia sewa untuk membantuku, "ini tidak akan membuatmu bosan." Dia membuka pakaiannya satu persatu dan aku tahu apa yang diinginkan diotak cerdasnya kepadaku sekarang.

Entah kenapa beberapa hari ini aku mempunyai firasat buruk, sesuatu akan terjadi nanti dan aku tidak tahu itu apa. Aku selalu ingin memeluk Adam bahkan hampir tiap detik aku tidak melepaskannya untuk jauh dariku. Selalu ada firasat sebelum terjadi tapi aku tidak tahu apa itu semoga saja tidak terjadi dengan Adam atau aku.

Reno duduk didepan memerhatikan Adam dipangkuanku yang tak berhenti berceloteh bahasa balitanya, "mba sudah ga pernah ketemu lagi sama mas Faisal?" aku mengangguk.
Ya sudah beberapa bulan sejak Donald memaksaku pulang keapartement aku tidak pernah bertemu dengan mas Faisal. Aku merindukan sosoknya yang sangat pengertian dan dewasa.

"Kamu ketemu dia ga Ren?"
"Ketemu kemarin waktu kerja direstoran, kata mas Faisal mba tenang saja mas Faisal sekarang tinggal didekat sini kok ga jauh-jauh dari mba." Aku tersenyum lega, setelah masalah diantara kami aku pikir dia akan membenciku tapi ternyata tidak. Dia mengkhawatirkan aku dan aku bersyukur Tuhan.

"Lalu Barron?"

Reno menghela nafasnya dengan berat pasti ada masalah dengan Barron, "Barron lagi ada masalah sama kekasihnya mba. Rumit kayak telenovela, 1 bulan yang lalu wajahnya kayak tempe busuk sudah ga sedap deh." Aku tertawa sekencang-kencangnya dan Adam pun tertawa mengikutiku dengan senang.

"Kamu tahu kenapa de?"

Reno mengangkat bahunya, "ga tahu. Barron ga pernah cerita masalah pribadi sama aku mba, kan dia mau ceritanya sama mba dan itu pun sudah kepepet banget masalahnyakan." Iya aku mengangguk mengaminin perkataan Reno, bersahabat lama dengan Barron mana mungkin aku tidak tahu kelakuan sahabat pria itu.

"Adam akan dirayakan ulang tahunnya mba?"

"Iya, Donald mau mengadakan dirumah orang tuanya yang besar itu." Donald sudah membicarakan tema apa yang akan diadakan oleh kedua orang tuanya untuk mengadakan acara ulang tahun Adam kemarin kepadaku.

"Mba mau?"

Aku menggeleng, tapi tetap saja Donald pada pendiriannya. Dia tidak akan tergoyahkan bila menginginkan sesuatu dan aku benci itu dari dulu sampai sekarang.

"Aku akan datang sama mama Ani." Aku mengangguk setuju.

"Ya sudah, mas Faisal juga kamu ajak ada mba yang akan bicarakan dengan mas kamu itu."

"Iya mba."

Continued...
25 Agustus 2017

Stupid In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang