Wanita itu bercermin sambil memoleskan warna pink dipipinya, tubuhnya yang ramping dilapisi dress brokat berwarna merah yang elegan berpotongan rendah dibelakang punggungnya memperlihatkan kulit putihnya yang seputih salju. Wanita itu bernama Santi, kenapa hanya satu kata saja namanya itu karena aku memang punya itu yang diberikan oleh Ibu panti asuhan Lisa dulu saat waktu aku masih bayi.
Ya aku tumbuh dipanti asuhan, Ibu Lisa menemukanku didepan pintu panti tanpa ada satu pun petunjuk dari orang tua kandungku. Aku dibuang begitu saja seperti sampah got, sehari-hari aku biasa bekerja apa saja untuk membiayai sekolah dan keperluan pribadiku. Terkadang aku membagi penghasilanku kepada adik-adik pantiku, itu masa-masa kelam saat sebelum bertemu dengan mantan tunanganku Donald Blue Cullen.
Apakah aku akan bahagia setelah bertunangan dengan Donald? Kalian salah besar aku semakin menderita, Donald tidak mencintaiku dia hanya mencintai tubuh mulusku. Aku baru mengetahuinya setelah 3 tahun bersama pria brengsek itu, aku tidak pernah dipertemukan dengan keluarga besar Donald dan aku juga tidak pernah dipertemukan dengan teman atau rekan bisnis Donald, kegiatanku hanya satu yaitu diranjang bersama Donald selebihnya sekolah.
Dari pada aku gila, lebih baik aku meninggalkannya setelah lulus sekolah aku pergi dari kehidupan Donald dan setelah 4 tahun pergi ke London aku kembali ke Indonesia lebih tepatnya sekarang berada di kota Semarang.
Faisal muncul dibalik pintu, tubuhnya yang tegap dilapisi kemeja batik semarang dengan celana jeans sangat membuat dia gagah. "Ayo berangkat," dia lumayan ganteng, aku dan dia baru berhubungan 3 bulan.
Faisal asli orang Jawa dari kota Surabaya. Orangnya sopan, baik dan jujur. Aku dan dia pertama kali bertemu di Jepang 1 tahun lalu. Faisal bekerja di restoran cepat saji disana, aku tidak mempermasalahkannya status sosial Faisal yang terpenting hatinya hanya untukku dan aku tidak mau berbagi lagi seperti dulu.
Diusiaku yang sudah menginjak 21 tahun saat ini aku siap untuk melanjutkan hubungan kejenjang pernikahan, ya Faisal melamarku dan kami akan menikah disini bersama keluarga besarnya. Hari ini kami akan menghadiri acara resepsi pernikahan sepupu jauh Faisal. Kedua orang tua Faisal sudah lebih dulu berangkat beserta kakak ipar dan adik ipar Faisal, aku memegang tangan Faisal sambil memikirkan bagaimana nanti bila kami menikah akan sangat membahagiakan untukku tentunya senyumku langsung mengembang.
Perlehatan besar ini diadakan semeriah mungkin, buktinya dari beberapa pernak-pernik mewahnya yang terpancar diseluruh ruangan ballroom disalah satu hotel terkenal mahal di Semarang. Sang pengantin wanita dan prianya memakai pakaian mahal, seluruh keluarga besarnya juga begitu tak ada satu pun yang menunjukkan golongan susah.
Aku menyalami kedua pengantin itu dengan senyum mengembang, dibelakangku Faisal juga menyelami mereka setelah itu aku dan dia turun dari panggung untuk mencari makan.
Banyak yang diundang didalam resepsi ini dan makanannya pun enak-enak, Faisal tersenyum memandangku ya dari dulu aku hobi makan. Makan apa saja yang penting enak akan masuk kedalam mulutku, tapi yang aneh tubuhku tidak bisa gemuk seperti pada wanita normal lainnya. Aku tetap langsing walaupun tanpa olahraga, tapi aku tetap mau menjalankan hidup sehat aku berolahraga lari, berenang dan thai boxing.Mama duduk disampingku, "sayang apa nanti kamu jadi berangkat ke Jakarta?" Mama Ani ibu kandung Faisal, Mama Ani sangat baik terhadapku dan menyanyangiku sama seperti anak kandungnya.
"Ya mama, aku akan berangkat naik kereta diantar mas Faisal." Aku memberikan senyum kepada Faisal yang berada didepanku.
"Jadi naik keretanya? Kenapa ga naik pesawat saja kan biar bisa kau cepat sampai?"
Aku tersenyum mendengar kekhawatiran mama mertuaku, "kan biar bisa jalan-jalan ma.."
"Ya sudah hati-hati dijalan, nanti nitip salam sama Reno." Mama Ani kembali memelukku.
Perjalanan kereta api Jayabaya menuju Jakarta sangat cepat pemandangan indah aku lihat dibalik jendela kereta. Aku duduk seorang diri dikelas eksekutif ini memudahkanku untuk beristirahat dengan tenang sambil mengerjakan pekerjaanku yang tertunda. Dari layar Video online Skype aku melihat Faisal sudah tiba dirumah mama Ani, "aku turun dulu, nanti kita lanjutkan." Layar video menunjukkan Faisal turun dari mobil lalu masuk kedalam rumah bergaya sederhana.
Menjelang pagi aku sampai Jakarta Barron menjemputku distasiun, Barron itu assistenku pribadi semenjak aku buka restoran di Indonesia. Orangnya tinggi, asli keturunan Australia dan yang menambah nilai plusnya tubuhnya itu berkotak semua.
"Kita makan dulu babe," Barron menenteng koperku, aku menggayut manja dilengannya seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk kasmaran.
"Ok."
"Makan kesukaanmunya babe," Barron mencium keningku, dia berjalan pelan untuk mensejajarkan langkahku.
Saat mau menuju ke mobil aku terbentur dengan seseorang, "maaf mba..." pria itu membungkuk meminta maaf kepadaku.
"It's ok."
Pria itu berdiri dia tampak kaget melihat wajahku, aku sudah terbiasa seperti itu banyak pria yang mudah terpesona dengan wajahku tapi itu membuatku jijik. Barron membuka pintu mobil aku langsung masuk tanpa memperdulikan pria tadi yang masih memandangku.
Barron masuk memasangkan seltbel sambil menyalakan mobil, "pria tadi naksir padamu?" aku memutarkan kedua bola mataku, hal klasik yang membuatku jengah.
"Jalan.!"
"Siap bos," Barron mengemudikan mobilnya meninggalkan stasiun menuju restoran.
"Banyak masalah disini, salah satunya produk kita yang mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi." Barron membuka suara tentang masalah di restoran, restoran yang aku bangun 3 tahun lalu dari kerja kerasku selama merantau di London.
Aku ingin suatu hari nanti aku punya pegangan untuk dimasa tuaku nanti, restoran bergaya minimalis modern dengan menu makanan asli Indonesia seperti ayam goreng, soto dan sebagainya.
"Omset bagaimana? Ada yang komplain rasa tidak?" aku memakan makanan sop kambing dengan luar biasa rakus, aku lapar selama dikereta tidak ada yang bisa membuatku kenyang.
"Tidak ada, kau mau chek ke restoran kapan?" Barron memesan lagi sate kambing 2 tusuk beserta sop kambing semangkuk.
"Nanti sore, tapi aku mau ketempat panti dulu sudah lama aku tidak kesana." Barron mengangguk setuju, selang beberapa menit tiba-tiba saja tengkukku merasakan hawa panas seperti kedatangan iblis yang akan menggemparkan dunia.
Dan benar saja saat melihat kepintu masuk seorang pria tinggi besar dengan mata biru datang beserta pasangannya wanita berjilbab ayu dan ramah. Pria itu menyadari tatapanku, aku membalikkan kembali badanku menghadap Barron. Ya pria itu Donald mantan tunanganku dunia ini ternyata sempit sekali baru aku menginjakkan kaki di Jakarta aku bertemu kembali dengan dia dan wanita itu.
"Mba Santi, apa kabar?" Zahra menyapaku dengan senyum manis diwajahnya, berbeda dengan disebelahnya, Donald menatapku dengan tajam bahkan aku bisa melihat aura kebencian yang amat sangat dikedua matanya tapi aku tidak peduli.
"Baik, kau apa kabar?" aku hanya bisa tersenyum malas untuk menjulurkan tanganku untuk menjabat Zahra.
Tangan Zahra memegang erat tangan Donald kalau dilihat perkembangan hubungan mereka sudah tahap serius, "aku baik, mas Donald juga baik. Ya kan mas?" Zahra tersenyum manja kepada Donald dan itu membuat aku ingin muntah.
"Aku lapar, ayo kita makan," Donald menyeret paksa tangan Zahra menuju meja yang kosong, aku tersenyum saja jujur dihatiku kini hanya ada Faisal dia sudah tidak ada lagi dihatiku.
Continued...
06 Agustus 2017

KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid In Love
RomanceProlog Dibuang, dihina, diselingkuhi!!!! Kehidupan Santi benar-benar diambang kehancuran setelah mengenal Donald pria dewasa yang mampu membantunya dalam perekonomian. Hidup didalam dilema ketika status hanya untuk nafsu birahi Donald saja. Apa yang...