17

7.5K 277 7
                                    


Terkadang hidup itu mudah tapi terkadang juga hidup itu sulit. Zahra dengan keberanian yang cukup besar mengakui semua kesalahannya kepadaku hari ini. Dia menceritakan betapa besar obsesinya kepada Donald dan berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan suamiku.

Zahra juga bercerita bagaimana dia tahu sebelum kecelakaan anakku terjadi. Dia memang sengaja membiarkan anakku ditabrak mobil saat itu dengan mengalihkan perhatian Donald hanya untuknya.

Sedih dan marah tentu saja semua itu aku rasakan sekarang. Tapi aku bisa apa semua kemarahanku sudah dibalas oleh Tuhan.

Donald dari tadi hanya diam memperhatikanku, dia tidak berani mendekat atau pun bersuara sepatah kata pun sejak tadi. Dari wajahnya dia terlalu takut untuk mengetahui aku akan mengamuk dan pergi meninggalkannya lagi.

Semua sudah jelas sekarang kenapa aku bisa mengalami depresi dan kenapa pula hatiku selalu takut akan sesuatu. Aku menghela napas beberapa kali untuk menghilangkan rasa sakit didadaku.

Donal berlutut dihadapanku, dia menangis meminta maaf kepadaku dengan seribu penyesalan yang sangat besar.

Aku mengelus wajah tampannya, "aku mau bertemu dengan Adam apakah boleh?" Donald semakin terisak begitu nama Adam keluar dari mulutku.

Donald mengangguk, dimulutnya selalu mengatakan beribu maaf.

Disebuah pemakaman umum aku duduk sambil membaca doa untuk anakku Adam. Adam yang masih kecil harus menanggung akibat perbuatan seseorang yang begitu egois.

Tuhan memang ternyata begitu adil padaku, aku mengalami kehilangan yang sangat besar dan menggantikannya berlipat-lipat besarnya.

Adam, mama disini bersama daddy dan kedua adik kembarmu. Mama selalu berdoa selalu berusaha untuk memaafkan daddymu dan wanita itu sayang.

Mama berharap kamu bahagia disana.

Aku menangis memeluk kuburan Adam dengan sangat erat. Donald langsung memelukku dengan eratnya, tubuhnya bergetar hebat menangis penuh penyesalan.

Selama dirumah sakit banyak orang yang menungguku, mama Ani duduk disampingku sambil memangku salah satu bayi kembarku. Bayi kembar perempuan yang aku lahirkan dengan normal tadi malam.

Donald sebenarnya panik saat aku mulai kontraksi tapi karena beribu alasan yang aku berikan kepadanya dia mulai tenang.

"Kamu tahu mas Faisal udah baikkan dengan Zahra?" aku memang beberapa kali menasehati mas Faisal untuk berbaikkan dengan Zahra.

Aku mau mereka saling memaafkan satu sama lain. Aku cukup bahagia bahwa mereka bersama kembali, aku tidak ingin menyimpan dendam.

"Mama, aku tahu ini tidak tepat apakah mama mau menerima Zahra sebagai keluarga mama sama seperti aku?"

Mama terdiam, aku tahu mama tidak akan begitu mudah memaafkan Zahra.

"Mama, aku tahu wanita itu banyak memberikanku kesakitan selama ini. Tapi mama aku ingin semua berakhir sampai disini. Tuhan saja mau memaafkan semua umatnya yang berbuat dosa mama." Mama Ani menghela napas sangat berat berkali-kali.

"Mama akan coba san, tapi mama enggak janji bisa cepat memaafkan dia." aku mengangguk pelan, aku juga sama mama dia terkadang membuat aku enggak bisa move on dari masa kelam.

Beberapa hari ini Donald selalu berada didekatku, dia seakan-akan takut aku menghilang tanpa jejak kembali sejak ingatanku sudah normal.

"Mau bicara?" aku mau Donald jujur mulai sekarang.

Donald tampak ragu saat aku menarik tangannya, aku dan dia duduk berhadapan wajahnya tambah tampan disaat usianya bertambah tua.

"Mari mulai?" dia menghela napasnya berkali-kali sebelum siap berbicara didepanku.

Donald mulai bercerita sejak awal pertama kali bertemu memang dia tidak berniat memperkenalkan aku kepada publik. Menurut dia aku ini adalah harta berharganya yang tidak boleh disentuh oleh orang lain.

Aku hanya bisa mengangguk saja selama dia bercerita. Tentang Zahra bukannya dia tidak tahu sifat wanita itu, hanya saja dia tidak mau peduli selama tidak mengusikku.

Dan ternyata Zahra lebih berpikir pintar dari pada dia sehingga Adam meninggal. Kalo bukan Zahra wanita sudah habis dia dihajar oleh Adam saat itu juga.

Tapi Donald tahu batasannya, dia tidak mau mengulangi kesalahan yang diperbuat oleh ayahnya melukai wanita.

"Lalu kamu mau apa sekarang?" aku mengusap wajahnya, dia memejamkan mata aku tahu didalam pikirannya sudah pasti aku tidak akan boleh pergi lagi dari sisinya.

"Jangan pergi." tuhkan!

"Apa jaminannya bila aku tetap bersamamu?" Donald memeluk erat tanpa ampun.

Aku merasakan tubuhnya bergetar menahan emosi yang selama ini yang dia pendam. "Nyawaku."

"Apakah selama ini kamu mencintaiku?" Aku hanya ingin memastikan saja perasaannya sama denganku.

"Aku sangat mencintaimu."

"Apakah kamu yakin?"

"Ya."

Oh Tuhan aku bahagia. Terima kasih Tuhan...

Tamat.

Terimakasih sudah menyempatkan waktu kalian untuk membaca, memberikan vote dan komentar. Saya masih dalam tahap belajar mohon untuk dikoreksi bila ada yang tidak nyambung dengan bab sebelumnya.

Ada epilog nantinya.

🙏🙏🙏🙏🙏🙏

Sekali lagi Terima Kasih.

Yanie Ibrahim

Stupid In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang