10

7.7K 315 3
                                    

Aku dan mas Faisal kembali dekat, mas Faisal membantuku merawat Adam. Donald tidak bisa berbuat apa-apa saat ini, wanita itu sangat-sangat menguras waktu sehari-harinya. Aku mendengar dari beberapa sumber berita wanita itu telah masuk kedalam keluarga besar Donald, diberita majalah dan televisi wanita itulah yang diberitakan menjadi istri Donald bukan aku.

Semarang kota besar yang memproduksi Bandeng Presto yang sangat banyak, sudah seminggu aku tinggal disini membawa Adam bersamaku. Mama Ani memberikan beberapa pendapat yang baik mengasuh Adam yang masih merah.

"Mama, aku ingin potong rambut pendek." Aku duduk disofa menyusui Adam.

"Rambut kamu sudah pendek San." Mama Ani mengupas buah apel kecil-kecil untukku.

"Mau potong kayak pria, biar ringkas dan ga berat dikepala."

Mama Ani berdiri mendekat kepadaku, "ya sudah kamu potong rambut saja dulu yang penting kamu ga bunuh diri." Aku ketawa untuk apa aku bunuh diri, nanti aku mau potong rambut lalu berbelanja kebutuhan sehari-hari. Aku akan mengirim pesan ke Mas Faisal meminta ijin pergi keluar rumah.

Keberuntungan tidak selalu berpihak kepadaku, Donald marah besar kepadaku sekarang didepan semua orang yang ada dipasar tradisional saat aku membeli sayuran.

"Kenapa pergi dari apartement San?"

"Itu bukan urusanmu!!!" Aku menyentak tangannya dengan kasar lalu berjalan pergi, tapi Donald sangat cepat langsung menggendongku dan membawaku pergi dari pasar tradisional.

Donald benar-benar pemaksa, dengan kasar dia menyeretku pulang ke Apartement di Jakarta. Selama diperjalanan aku terus memakinya dan memberontak terus memberontak tanpa henti. Donald benar-benar patung tidak bisa digoyahkan, aku sampai dikamar diapartemant entah jam berapa sekarang karena diluar langit sudah gelap.

"Tinggal disini," Donald duduk didepanku dengan wajah pucat, aku tahu kalau wajah seperti itu dia pasti sedang sakit dan aku tidak peduli.

Aku menamparnya dengan keras, "aku sudah tidak menjadi istrimu. Jadi biarkan aku pergi Donald, tolonglah biarkan aku pergi."

"KATA SIAPA? KATA SIAPA KAU BUKAN ISTRIKU HAH....!!!!!" Donald berkata kasar kalau sedang marah sama seperti dulu waktu kami masih tinggal bersama tanpa status.

"Kau buta atau tuli, ada berita dimana-mana yang mengatakan aku bukan istrimu." Aku berdiri ingin pergi tapi sekali lagi dengan sangat kasar Donald menarikku duduk dikasur lalu berlalu pergi setelah itu mengunci pintu kamar agar aku tidak kabur darinya.

Aku membanting semua barang yang ada dikamar, aku tahu Donald masih berdiri didepan pintu dia tidak berani beradu argument denganku saat ini karena semua bukti sudah didepan mata.

Kenapa pria sangat susah menetapkan hatinya pada satu wanita saja? Kenapa Tuhan? Aku terus mempertanyakan itu diisi kepalaku yang buntu saat ini. Aku memang berusaha bersikap realitis saja dalam dunia nyata, bila aku tidak bisa membuatnya jatuh cinta kepadaku maka aku akan melepaskannya. Aku sudah memberikan Donald pilihan yang tepat untuk kehidupan masa depan kami tapi sekali lagi segalanya dipatahkan dengan sikap egoisnya yang ingin menguasai dua wanita.
Dasar Donald berengsek...!!!!!!

Beberapa hari kemudian aku dan Donald bersikap layaknya keluarga harmonis, Adam selalu berada pengawasan Donald sekarang dan wanita itu entah kemana tidak ada yang tahu.

Aku tahu Donald sedang tidak sehat, aku memang membencinya tapi tidak menginginkan kematiannya. Bila aku membunuhnya bisa dipastikan aku masuk penjara dan plus masuk neraka.

Aku membawa piring yang diatasnya aku isi dengan nasi, ayam goreng dan tempe untuk sayur sop ayam aku pisah dimangkuk. "Makanlah," aku menaruhnya dimeja kerja didepan dia, dia pura-pura tidak mendengar aku menghela nafas lalu menarik paksa kertas yang ada ditangannya. "Makanlah Tuan Donald yang terhormat..." aku memaksanya dengan enggan dia makan. Yah walaupun sedikit dia tetap makan perlahan-lahan.

"Kenapa proses perceraian kita tidak kau urus?" masalah sensitif aku ungkit, walaupun aku tahu ujungnya bisa membuat aku dan dia bertengkar kembali.

Donald melemparkan piring dan mangkuk sekali kibas dengan tangannya, wajahnya merah padam menahan amarah dan aku hanya bisa diam saja tetap menunggu jawaban darinya.

"Jika kau menginginkan Zahra bersamamu kenapa kau harus mempertahanku?" Donald memukul meja kerjanya dengan kencang, meja kerjanya langsung terbelah dua dan aku membayangkan tubuhku terbelah bila aku tetap memaksanya untuk berbicara perpisahan kami.

Aku berjalan perlahan pergi meninggalkan Donald yang masih menghancurkan barang-barang diruang kerjanya. Aku menginginkan curhat ke Mama Ani untuk keputusan yang akan aku ambil nanti, apakah aku harus tetap bersama Donald? Ataukah aku pergi?

Aku Dilema Ya Tuhan...

Continued...
25 Agustus 2017

Stupid In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang