Ji Ahn melangkah lemah, menelusuri jalanan di komplek perumahannya yang nampak sangat sepi, hanya tersisa suara hewan-hewan malam dan penerangan dari lampu-lampu di depan rumah warga. Ji Ahn menatap lurus ke depan, memperhatikan jalanan yang hanya ada dirinya seorang diri. Sesekali gadis malang itu menghembuskan nafas lelahnya. Ya tuhan, saat ini ternyata bukan hatinya saja yang kelelahan, bahkan tubuhnya pun juga, terasa sangat remuk dan ingin ambruk.
Ji Ahn mengangkat tangan kanannya, lalu melirik arlojinya yang melingkar manis di sana. Hati Ji Ahn mencelos melihatnya, astaga itu adalah arloji pemberian Kyuhyun. Ya, salah satu buah tangan ketika Kyuhyun berkunjung ke Paris akhir tahun lalu. Ji Ahn merasa miris dengan dirinya sendiri. Lihatlah, bahkan perkara arloji pun Kyuhyun yang memberikannya.
“Tsk!” Decak Ji Ahn dengan sedikit kesal. “Semuanya dari pria itu.” Gerutunya kemudian. Namun dibanding memikirkan benda pemberian Kyuhyun itu, kini Ji Ahn lebih suka pada waktu yang tertera di sana. Ah, ini sudah pagi. Pukul 3 pagi, harusnya di jam seperti ini, seseorang yang terbiasa bekerja di pagi hari seperti Ji Ahn pastinya sudah terlelap dengan nyaman di ranjang, bukan? Hanya saja sepertinya itu tidak berlaku bagi Ji Ahn, benar-benar sial hidup gadis itu.
Ji Ahn terus melanjutkan langkah kakinya, hingga kini ia memasuki area pekarangan rumahnya. Gadis itu hanya menatap lurus di depannya, tanpa menyadari jika di sisi kanan pekarangan itu ada 3 mobil mewah yang terpakir dengan rapi di sana. Ya, itu adalah mobil milik Kyuhyun, Hyukjae dan Donghae. Jika Ji Ahn melihat keberadaan mobil itu, percayalah, dia pasti akan lebih memilih untuk berjalan memutar serta mengurungkan niatnya untuk masuk. Namun sayangnya gadis itu tidak melihatnya sama sekali, fokusnya hanya ke depan.
Sejenak Ji Ahn menghentikan langkahnya tepat di depan pintu rumahnya. Gadis dengan penampilan yang lumayan kacau itu menghela nafasnya dengan pelan. Oh, baiklah, setelah ini ia hanya ingin masuk ke rumahnya, langsung ke kamarnya dan beristirahat. Ya, memang begitu seharusnya, mengingat kini ia hanya tinggal seorang diri, karena Yoojung telah sepenuhnya pindah ke rumah Hyukjae setelah mengadakan pemberkatan pernikahan dengan pria itu.
Ji Ahn mengulurkan tangannya, menggapai gagang pintu di depannya. Lalu dengan gerakan pelan, ditekannya gagang pintu itu.
Ceklek
Terdengar sebuah suara yang mengiringi gerakan tangan Ji Ahn. Hingga lambat laun ketika Ji Ahn melebarkan pintu di depannya, tubuh gadis itu membeku seketika. Ia seolah terpaku di sana. Hanya saja kemudian, kedua mata lentiknya kembali memancarkan kesedihan tatkala melihat orang-orang yang tengah berada di ruang tamunya, tepatnya di sofa. Rasa nyeri di hatinya pun kembali menyeruak begitu saja, terutama ketika melihat pria yang tengah menunduk dalam di sana.
Dan seolah sudah sangat putus asa, bahu Ji Ahn pun melemas. Keinginannya untuk segera beristirahat bahkan luntur begitu saja, tergantikan oleh rasa sedih, nyeri, gelisah dan semuanya campur aduk menjadi satu.
“Ji~ya, kau pulang?”
Suara Yoojung yang pertama kali terdengar mewarnai suasana hening di ruangan itu, nampaknya calon ibu muda itulah yang pertama kali menyadari kedatangan Ji Ahn. Hingga tak berapa lama kemudian, orang-orang di sekitar mereka pun mendongakkan kepalanya, menatap ke arah yang sama dengannya.“Ji~ya…” Yoojung beranjak dari duduknya. Ia pun melangkah mendekati Ji Ahn. “Ya tuhan, kau kemana saja? Kami mencarimu? Kau bahkan mematikan ponselmu. Kami semua mengkhawatirkanmu, Yoon Ji Ahn!”
Ji Ahn masih terdiam, lidahnya terasa kelu, bahkan ia tidak sanggup membalas cerocosan sahabatnya. Ji Ahn hanya mampu terdiam dan menatapnya lekat-lekat.
“Jangan diam saja, Yoon Ji Ahn!” Yoojung mulai berkaca-kaca, ia tidak tahan melihat sahabatnya yang hanya terdiam. Dan lebih parahnya lagi, hatinya seakan ikut merasa sakit. Lihatlah, sahabat itu! Wajah pucat dengan ekspresi dan pancaran mata yang dilengkapi gurat kesedihan, sungguh itu terlihat sangat buruk. “Katakan sesuatu! Kau memiliki kami semua. Kau pikir untuk apa kami berada di sini? Kami-“
“Maaf membuatmu dan yang lain khawatir.” Dengan menekan hatinya, Ji Ahn mencoba bersuara. Ia juga menyela kalimat Yoojung. “Beristirahatlah! Ini sudah hampir pagi.”
Ceklek
Dengan satu tangannya, Ji Ahn menutup pintu di belakangnya begitu menyelesaikan kalimatnya. Lalu ia melengos begitu saja, melewati Yoojung. Sungguh ia sedang tidak dalam keadaan yang baik untuk sekedar berbicara panjang lebar. Namun setelah beberapa langkah, Ji Ahn kembali menghentikan langkahnya. Ia menoleh pada beberapa orang lainnya yang masih berdiri di dekat sofa, dengan pandangan tertuju padanya. Hanya saja, itu berlaku hanya itu beberapa detik. Karena tak berapa lama kemudian, Ji Ahn melanjutkan langkahnya, ia berjalan menuju kamarnya.
“Ji~ya…” Yoojung memanggil sahabatnya itu dengan lirih. Ia merasakan kekecewaan mendalam. Lagi-lagi seperti ini, lagi-lagi Ji Ahn hanya terdiam dan menyembunyikan rasa sedihnya sendiri, padahal sudah terlihat jelas jika gadis itu sedang dalam kondisi yang sangat buruk.
“Sudahlah, sayang.” Hyukjae menghampiri Yoojung dan merengkuh tubuh istrinya itu. “Biarkan Ji Ahn sendiri, dia butuh waktu untuk merenung. Kita akan berbicara dengannya nanti, jika dia sudah merasa lebih baik. Sekarang kita tidur, hum?”
Yoojung tidak menjawab ajakan Hyukjae. Wanita muda itu hanya terdiam, namun menghembuskan nafasnya pelan, menandakan jika ia sendiri sudah sangat kelelahan.
“Donghae~ya, ajak Nami beristirahat. Kita bicara lagi besok.” Seru Hyukjae pada satu pasangan lagi di sana.
Sementara satu pria yang sedari tadi mengikuti langkah Ji Ahn, pria itu pun mulai melangkahkan kakinya menuju kamar gadis itu. Entah ini saat yang tepat atau tidak, ia hanya berpikir jika ia perlu berbicara dengan kekasihnya itu.
~~~ *** ~~~
Ji Ahn meletakkan tasnya di meja begitu menutup pintu kamarnya. Kemudian gadis yang sudah sangat kelelahan itu duduk di ranjangnya, kepalanya menunduk dalam dan terpejam. Lalu disusul dengan air matanya yang kembali menetes, entah untuk yang keberapa kalinya dalam malam ini. Melihat wajah kekasihnya di luar tadi, nampaknya itu memberikan dampak yang besar bagi hati Ji Ahn yang seolah sudah runtuh.
Ceklek
Seseorang membuka pintu kamar Ji Ahn, lalu nampaklah seorang pria masuk dan menutupnya kembali. Kyuhyun, pria itu memandang punggung sang kekasih yang tengah melengkung, menunduk dan terduduk di ranjang.
Sementara Ji Ahn, mendengar ada seseorang yang membuka pintu kamarnya, air matanya pun ia hapus dengan cepat. Ia juga mulai menegakkan tubuhnya, lalu berdiri untuk melihat siapa yang telah masuk ke dalam ruang pribadinya. Dan ketika mengetahui siapa di sana, Ji Ahn memandang orang itu dengan tatapan terlukanya. Sejenak ia mengerang dalam hati, kenapa harus pria itu yang masuk?
“Sayang…” Lirih Kyuhyun. Ia merasa miris melihat kekasihnya di sana, itu memberikan tamparan keras padanya. Lihatlah kekasihmu itu, Cho Kyuhyun! Gadis malang itu, mata yang sembab, tidakkah itu membuatmu merasakan sakit? Itu semua karenamu.
“Sayang…” Kyuhyun melangkah dengan perlahan, mencoba menggapai gadisnya. “Aku akan-“
“Aku… pasti gadis yang sangat membosankan.” Dengan suaranya yang terdengar berat, Ji Ahn memotong perkataan Kyuhyun.
~~~ CUT ~~~
Sampai sini aja yak! Kkkkkk
Full-nya nanti, barengan sama yang di blog 😂😂😂
See you, good readers 😘😂😝
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Professionalism (DIBUKUKAN)
FanfictionJi Ahn yang adalah seorang wartawan berusia 28 tahun dan Kyuhyun seorang penyanyi terkenal berusia 30 tahun yang tengah naik daun. Dua orang berbeda profesi ini adalah sepasang kekasih sejak 12 tahun yang lalu. Mereka sama-sama berjuang dan saling m...