part 3

254 16 5
                                    

"Kau terlalu lembut. Lakukan dengan benar." Kata Derek dengan nada dingin dan ekspresi mengancam.

Ia mengambil pisau yang di pegang Rayana. Dengan kasar ia mendorong Rayana, sampai Rayana sendiri terjengkal ke belakang. Seperti halnya orang gila ia menguliti suster itu dengan kasar, bahkan sampai dagingnya ikut terkelupas.

"Aaaaaaaaakkkhhh" suster itu berteriak kesetanan.

Suster itu meronta sampai melukai bagian tubuh lainnya yang diikat. Dan bukannya berhenti atau merasa terganggu akan gerakannha ia malah semakin brutal menguluti tangan suster tersebut sampai tulang yang berada di perhelangan tangannya terlihat, namun berwarna merah.

"Aaaaaaaaaakkkkkhhhh"

"Aaaaaaaaakkkkkhhhhh"

Suster itu menjerit terus sampai teriakannya membuat Rayana ngeri sendiri. Ia menutup mulut melihat ke bringasan Dokter Derek. Tubuh Rayana bergetar, air matanya mengalir dengan sendirinya.

"Aaaaaaaaaaaaaakkkkkhhhhhh"

Cukup. Ini gila.

Sudah cukup. Ia sudah tidak tahan lagi, sudah di pastikan ia akan berakhir gila jika ia masih bertahan di sini barang semenit saja.

Ia beringsut mundur namun punggungnya menabrak sesuatu. Sangking takutnya ia tak mampu menoleh dan hanya bisa memejamkan mata sambil berdoa, semoga ia bisa cepat keluar atau kalau tidak,ia ingin mati saja. Jika memang tidak bisa keluar dari sini.

"Bagai mana kau bisa belajar jika kau menutup matamu?" Suara bas di belakang trlinganya menambah ketakutan yang di alami Rayana, selain suara teriakan dari suster yang sekarang ini tangannya, dari pergelangan tangan sampai sikunya tidak berwarna merah karena tak adanya kulit bahkan dagung di beberapa bagiannya.

"Deren!! Hentikan!! Berhenti dulu!!" Pinta Rayana.

"Kenapa? Apa kau tidak menikmatinya?! Padahal ini hal yang menyenangkan!"

Deren menghentikan aktifitasnya. Saat ia menolehkan kepalanya melihat Rayana yang bergetar, wajahnya banyak terkena cipratan darah dan senyum evilnya menambah nuansa keji yang di keluarkan pria itu.

"Kemari...aku akan mengajarimu menikmatinya."

Deren menuntun atau lebih tepat menyeret Rayana mendekat dan menguncinya dalam kungkungan tubuh Deren yang berada di belakangnya. Rayana terus meenggeleng dan berontak. Ia tak mau melakukannya. Deren memegangi kedua tangannya dan menuntun tangan Rayana agar memegang pisau bedah lagi dan mengarahkannya pada suster yang sekarang ini sudah lemas.

Dan jeritan suster itu kembali menggema di ruangan yang pengap dan bau darah yang membusuk di mana-mana.

__-------__-------___-------__-------__

Rayana sedang memandangi cermin di depannya yang menampilkan pantulan dirinya. Saat ini dia sangat kacau. Setelan seragam putihnya
sekarang menjadi merah. Rayana membasuh mukanya yang terkena darah. Tak lupa mencuci tangannya yang dipenuhi akan darah tadi saat deren memaksanya untuk menguliti mangsanya.

Ini sudah sangat tidak manusiawi. Setelah menguliti manusia ia di suruh memutilasi si suster. Dan itu belim semua.

Ia menangis. Menangisi nasipnya yang begitu rumit.

Dari arah belakang seseorang memeluknya. Membuatnya tersentak. Namun ia tak bisa melihat dengan jelas, karena air mata yang menggenang mengaburkan pemandangan.

"Seharusnya kau diam saja waktu itu........dengan begitu kau bisa keluar dari sini."orang itu mengeratkan pelukannya. Dan karena kata-kata pria ini, air mata Rayana semakin deras.

"Maaf, aku tidak bisa membantumu."

"Karena aku....... suka di sini~ kau nanti juga pasti menyukai tempat ini. Di sini kita bisa berexperimen sayang."

Kata-kata itu bagaikan listrik yang mengejutkan Rayana. Experimen.? Rayana menyeka air matanya dan tubuhnya mematung melihat pantulan bayangan orang yang memeluknya sekarang ini.

"Kau.. kau pun juga salah satu dari mereka?" Tanyanya tak percaya. Ia mencoba melepaskan pelukannya, namun orang tersebut masih kekeh.

"Lepas.!!! Lepaskan aku.. ku mohon...aku...ku mohon..hiks..hiks.."

"Shuuutt....tenang sayang. Ini hanya permainan kecil." Bisiknya menyeramkan di akhiri dengan kekehan beratnya.

==============================================

Maaf ya...lama up nya.
Saya lagi nyusun tragedinya.

Saya pengen tau adegan kekerasan yang kalian sukai itu seperti apasih? Tolong komenannya.

See you next time.

The Doctor(psychopath)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang