part 7

255 12 7
                                        

"Lebih baik kau memikirkan bagaimana kau akan nengatasi rasa bosanmu. Daripada memikirkan bagaimana cara untuk kabur dari sini." Kata Deren sambil memakai jas arminya. Sedangkan Rayana sekarang ini didik di sofa ruang tengah dengan bersila dan memasang wajah cemberut, karena selalu gagal kabur.

Mendengarnya membuat Rayana mendengus.
Deren menggunakan kunci gembok di jaman moderen ini, dan diapartemen mewah ini hanya karena tak ingin Rayana kabur. Benar-benar menjengkelkan.

Melihat gadis itu yang tak menanggapi dan terkesan acuh membuat Deren sedikit tersenyum. Dulu, gadis itu seperti gadis pemula pada umumnya. Namun setelah beberapa kali selalu berinteraksi. Membuat cara pandangnya berubah. Biasanya para pemula yang berhadapan dengannya, semakin lama akan semakin jadi atau akan stres kalau tak bisa menerima didikan darinya. Namun Rayana seakan kebal akan semua penyiksaan-penyiksaan yang di berikan padanya.

Pernah sekali Rayana, ia kurung di dekat sebuah mayat yang baru di buatnya. Awalnya memang ia ketakutan, tapi lama-lama bukannya trauma. Malah marah-marah, karena dikurung seharian tanpa di beri air dan minuman.

Dari itulah Deren mulai tertarik pada Rayana. Yang menurutnya unik. Pernah beberapa kali dia pikir, mungkin sebenarnya Rayana memiliki jiwa psichopath dalam dirinya. Membuat mentalnya kebal, dan mungkin dengan sedikit didikan yang bermanfaat membuatnya bisa tercontrol. Sepertinya.

"Aku akan pulang malam." Kata Rayana."Jika kau butuh sesuatu kau bisa menelfonku." Rayana hanya diam.

Namun saat Deren akan membuka pintu..
Tiba-tiba Rayana berdiri menghadap Deren.

"Aku butuh ponselku!" Bukan sebuah permintaan. Tapi sebuah perintah. Deren berbalik dan menanggapinya santai.

"Kau bisa nonton Tv."

"Aku tidak suka nonton drama!."

"Ada beberapa kaset filem di laci sebelah kanan di lemari bawah Tv."

"Aku tidak mau nonton!!"

"Ada ps 3 di laci sebelah kiri"

"Aku tidak bisa dan tidak mau main game. Aku mau ponselku!!!" Mendengar kekeras kepalaan gadis di depannya ia pun mendesah.

"Hah...baiklah."ia membuka sebuah laci di lemari sebelah pintu. "Ini...kau bisa menggunakan ponsel ini." Kata Deren dengan santainya memberikan sebuah ponsel kepada Rayana.

Wajah rayana sudah memerah menahan jengkel.

"Aaaaaaa!!! Kau menyebalkan!!! Brengsek!! Keluarkan aku dari sini!!" Rayana melempari Deren dengan bantal sofa. Deren memberinya ponsel JADUL. Ya PONSEL JADUL. Yang bahkan tidak ada kameranya. MENYEBALKAN.

Dengan mudah Deren menghindar. Ia terkekeh melihat kelakuan Rayana yang menurutnya lebih mirip seorang istri yang mengetahui suaminya selingkuh.

Merajuk.

"Sudah?"

Dengan santainya ia bertanya. Membuat Rayana tak tahan lagi.

"Huuaaaaaaaa~!!! Akan ku balas kau~! Huaaa!!" Rayana mengatakannya dengan nada keras, sambil berjalan ke kamarnya. Ralat. Kamar Deren yang sekarang juga menjadi kamarnya. Karena ia tak boleh pindah dan Deren juga tak mau pindah.

Deren terkekeh geli melihat tingkah kekanakan Rayana. Sebelum keluar ia masih bisa nendengar tangisan Rayana yang dia yakin sengaja di keraskan. Deren hanya bisa menggeleng menghadapi tingkah Rayana.

'"$"'

"Deren, ada kenalanku yang menginginkanmu di pusat kota." Pria di depannya menyesap kopinya nikmat "dia ingin kau bekerja di sana."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Doctor(psychopath)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang