part 6

193 10 1
                                    

"Emmm.."

Rayana menggeliat nyaman. Rasanya nyaman dan aman. Matahari mengintip dari sela-sela korden, menghangatkan pagi yang indah. Lengan yang menjadi bantalnya juga nyaman. Ditambah lengan yang lain memeluknya. Sungguh jika ini mimpi, tolong jangan di bangunkan. Ini persis seperti kehidupan yang dulu ia impikan.

Pagi yang indah, di awali dengan senyum bahagia, sebagai sebuah keluarga. Sebagai istri yang membangunkan suaminya untuk bekerja, kemudian mengantarkan anak mereka ke sekolah. Sungguh itu kehidupan yang Rayana impikan.

Ia tersenyum memikirkan kemungkinan yang mungkin hanya angannya. Ia lebih merapatkan tubuhnya ke belakang. Dan di sambut dengan senang hati oleh orang yang kini memeluknya.

"Masih ingin bermalas-malasan?" Suara serak khas bangun tidur, terdengar menggelitik telinganya karena jaraknya yang dekat. Namun Rayana sepertinya masih belum sadar dengan eurovia impiannya. Dan hanya menjawab...

"Heemm.."

"Aku tak ingin melarang tapi sekarang ini sudah pukul 09.30 kau yakin masih mau bermalas-malasan?"

"Hemmm.."

"Jangan salahkan aku jika kau nanti kelaparan."

"Heemm.."

Setelahnya pelukan tadi mengencang, mengurungnya dalam kenyamanan angannya. Butuh waktu 10 detik untuk menyadari kenyataan.
Dan seperti kesetrum, dengan cepat ia membuka mata dan memberontak dari pelukan Deren.

"Lepas!! Apa yang kau lakukan padaku!??" Triaknya histeris, terus memberontak.

"Kau laki-laki gila menyebalkan!!"

"Tolong!! Tolong!! Tolong!!"

"Lepaskan!! Tolong!! Siapapun tolong!!"
Tak ada yang menanggapinya walau ia sudah berteriak-triak seperti orang gila. Malah tenggorokkannya jadi sakit sendiri.

"Kubilang lepas!! Kau..laki-laki gila..tak punya perasaan.. pembunuh..psichopat gila..dan sekarang kau menculik ku!!"

Rontaannya malah membuat Deren semakin membelit tubuhnya. Bahkan kakinya sekarang ini tak bisa bergerak setelah tadi ia menendang membabi buta. Walau begitu, kekuatannya tak sebanding dengan Deren. Terbukti dengan ia yang dari tadi menggeliat, menendang, memukul, mencakar, mencubut, bahkan menggigit tangan Deren namun Deren sendiri seperti selow-selow wae. Walau tangannya menjadi merah.

Malah dia sendiri yang lelah.

"Sebenarnya apa maumu?!?" Ia frustasi sendiri. Ia bahkan sudah lemas, karena banyak mengeluarkan tenaga yang berubah jadi kesia-siaan. Tapi itu tak membuat Deren melonggarkan belitannya.

"Aahhh...kau ini sangat menyebalkan." Rasanya ia ingin sekali mencakar wajah pria menyebalkan, yang sialnya tampan ini.

"Longgarkan sedikit. Aku tak bisa nafas.. uhukk..uhukk..uhukk.." suaranya dia buat seperti tercekat. Ia pikir Deren akan melepaskan, atau setidaknya melonggarkan belitan pada tubuhnya.

"Uhukk..uhukk..kau membuatku sesak.. uhukk..uhukk.." pintanya memelas.

"Aakk..kau mencekikku..uhuk..uhuk.."

Namun nihil. Tak berpengaryh, tak berubah, apalagi lepas.

"Aaaaaagggkkhhhhh!!!" Triakan frustasinya malah membuat si bangsat tadi terkekeh. Benar-benar.

"Tadi kau sendiri yang tidak mau bangun." Bisik Deren tepat di belakang telinga Rayana.

"Aku tidak!!"

"Benarkah?" Kenapa sura Deren sekarang terdengar menyebalkan?. Eh... bukannya Deren itu memang menyebalkan? Aish..

"Lepaskan!! Kau membuatku sesak!"

"Tapi ini nyaman."

"Tidak untukku!! Lepaaass!!"pekik Rayana. Ia sungguh kezell. Berbeda dengan Deren yang Rayana yakin sekarang ini memasang wajah WATADOSnya (wajah tanpa dosa)

"Sebantar lagi. Aku masih ngatuk" Deren memilih tidur lagi, tak peduli ocehan Rayana. Ia anggap itu sebagai kicauan burung di pagi hari yang indah.

Namun tak bertahan lama. Deren membuka matanya saat mendengar suara perut Rayana yang berbunyi sangat keras. Membjat Rayana yang tadinya mengoceh diam terkacip. Sedangkan Deren sendiri hanya mengulas senyum.

"I-itu tadi bu-bukan aku." Cicit rayana. Sebenarnya ia sangat lapar sedari ia bangun tadi. Di tambah lagi sedari tadi dia berteriak terus. Membuat perutnya protes lebih keras.

Tiba-tiba Deren bangun dan melepaskan Ryana. Melihat kesempatan itu, Rayana langsung bangun
Dan hampir saja kabur. Tapi hanya HAMPIR. Karena Deren lebih dulu menangkapnya.

"Aaaaaa!!! Lepas!! Lepaskan!!!" Rayana memberontak dan berteriak. Bahkan menggigit tangan Deren.
Membuat Deren menggeram namun tetap menyeret Rayana keluar seperti ia menyeret Rayana kemarin.

"Aaaaahhh!! Kepalaku..kepalaku terjepit!!"

Deren memiting kepala Rayana juga menutup matanya dengan tangan kanan. Ia harus menyeret perempuan ini dengan sedikit paksaan.

Deren melepaskan pitingannya saat mereka sudah sampai di dapur. Deren mengangkat Rayana ke atas meja pantri di dapurnya.

"Diam di sini! Jangan kemana-mana apalagi turun dari meja! Mengerti!?!" Deren mengatakannya melototi mata Rayana. Memberi penekanan di setiapkatanya. Rayana mengangguk dengan patuh.

Rayana mengarjapkan matanya cantik. Ia memperhatikan Deren yang sekarang sibuk membuat bumbu untuk nasi goreng. Tak di sangkanya pria yang diketahuinya kejam dan berdarah dingin seperti Deren  ternyata bisa masak juga.

Dengan cekatan Deren membhat omelet untuk melengkapi nasi gorengnya. Setelah selesai ia menaruhnya ke piring dan menaruhnya ke meja makan.

Melihat sudah terhidangnya makanan. Rayana hendak turun namun di dului Deren yang mengangkatnya dan mendudukkannya ke kursi. Apa coba maksudnya Deren yang tak membiarkannya berjalan.

Walau tak dipungkiri Rayana, jantungnya berdetak saat berdekatan seintim ini dengan Deren. (Rayana-Rayana....ya iyalah berdetak, kalau gak berdetak ya berarti kau mati.😑).

Bahkan sekarang ini, suasana yang ia rasakan ini seakan menggambarkan ia dan Deren sepasang kekasih yang hidup berdua. Namun di enyahkannya pemikiran itu. Ia lebih baik mengisi perutnya yang terus keroncingan.

Saat ia menyuapkan nasgor tadi. Ia terdiam sejenak, sedikit terkejut merasakan nasi goreng yang berada di mulutnya. Rayanya enak.

Ia menoleh pada Deren yang sibuk menyantap nasgornya, tak menghiraukan Rayana.

Dan hari itu kehidupan baru yang akan di lalui Rayana  di mulai.

●□●□●□●□●□●□●□●□●□●□●□●

Hai aku balik lagi nih....
Masih ada yang baca gak sih??..
Ah masa bodoh.

Sorry for tipo ya......
See you next time.....

Alfihusnia.

The Doctor(psychopath)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang