"Besok gue jemput jam set 8. Awas lo kalo lo udah berangkat sama kakak lo!" Justin mengancamku sambil mengacungkan jarinya kepadaku. Aku berdecak dan memutar bola mataku, "Ngancem mulu lo! Suka-suka gue napa sih! Udah ah gue mau masuk!" kataku sambil berbalik dan memegang pintu mobil.
Tapi sebelum aku membukanya, Justin menahan tanganku dan aku menoleh kepadanya lagi, "Apa lagi sih? Yaam-" belum sempat kuselesaikan kata-kata ku. Bibirnya muncul saja tiba-tiba menempel di bibirku. Aku membelalak kaget. Dan tidak membalas ciumannya.
Ini ciuman kedua darinya. Yang pertama adalah saat dia bilang akan menyumpel mulutku kalau aku cerewet, nyatanya cara menyumpelnya adalah dengan ciuman.
Dia akhirnya melepaskan ciumannya dan tersenyum kepadaku, "Have a nice dream, baby," katanya sambil mengelus rambutku dan mencium keningku sekilas. Aku membeku, dan tak mampu berkata apa-apa. Jadi langsung saja aku berpaling dan keluar dari mobil Justin yang super keren itu.
*
Kejadian hari ini membuatku merasa seperti bermimpi. Dia? Justin? Musuhku? Orang yang membenciku? Memacariku? Apa maksud dibalik semua ini? Apa alasan dia ingin memacariku? Pasti bukan karena mencintaiku...
Tapi aku tidak mengharapkan dia mencintaiku sih. Dia hanya cowok brengsek yang pastilah cuma memanfaatkanku. Dan.... Aku gak tau deh apa yang akan dilakukan geng MaJesA terhadapku kalau mereka mendengar ini...
Pintu kamarku menjeblak terbuka, membuatku terlonjak kaget. Ternyata Al. Wajahnya memancarkan kekawatiran mendalam.
"Kemana lo?! Jam berapa ini??? Mama-papa tau lo udah pulang??" tanyanya khawatir. Aku mengangguk, "Udah tau tadi. Kan gue udah bilang ada urusan. Gak lama kan? Buktinya sekarang masih jam set 7. Lebay amat," jawabku tak acuh.
Dia menggeleng kuat-kuat, "Gua takut lo kenapa-kenapa!! Lo tuh adek perempuan satu-satunya yang gue punya!! Kalo lo kenapa-napa gimana??" aku mendengus dan memutar bola mata, "Ya gak gimana-gimana. Udah ah, gue mau ambil makanan dulu, abis itu mandi. Bye."
Aku melambaikan tangan dan keluar meninggalkan Al yang masih penasaran, cemas, khawatir mungkin. Kakakku jauh lebih overprotective terhadapku sejak aku sekolah di Goodie Gold. Enak juga sih diperhatikan... Tapi terkadang sedikit menjengkelkan.
*
"Justice......"
Aku menoleh untuk mencari sumber suara itu. Dan ternyata dia lagi. Sedang tersenyum hangat dengan tangannya direntangkan seakan aku akan memeluknya.
Tapi..... Memang aku mau memeluknya. Aku berlari menuju tempat dirinya berdiri dan menggapai tubuhnya. Sambil memeluknya erat sekali.
"I love you babe. I don't wanna lose you," kata-kata itu terucap langsung dari bibirnya. Aku ingin menjawab "Sama gue juga," tapi tidak ada yang keluar dari mulutku. Kenapa?? Kenapa tidak ada suara yang keluar dari mulutku?
Dia melepaskan pelukannya. Dan mulai mencium bibirku, yang anehnya kubalas ciumannya. Lidah kami beradu. Lalu dia melepaskannya, aku merasakan sesuatu yang aneh.
Aku menginginkan dia untuk tetap disini, didekatku. Tapi dia tersenyum, dan makin lama dia seakan makin menjauh. Dan menghilang. Baru saat itu suara keluar dari mulutku, "Justin! No! Balik..... Just....In...."
"Justice!! Woi bangun!!" aku tersentak bangun dan menyadari bahwa aku berkeringat, dan kulihat samar-samar seseorang didepanku. "Albert? Ngapain lo dikamar gue?" tanyaku sambil mengusap mataku mengantuk.
Dia menatapku cemas. "Justru gue mau nanya, lo kenapa teriak-teriak?" aku? Teriak? Tentang apa? "Gue teriak ngomong apaan? Perasaan daritadi gue tidur biasa-biasa aja..." kataku santai. Tapi dia menggeleng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice and Justin [ PENDING ]
Teen FictionJustice Valencia Valery, cewek berumur 16 tahun, kelas 2C di sekolah barunya, Goodie Gold HS. Berawal dari kemarahan Justice terhadap kakaknya, Albert membuatnya membuang isi tong sampah lewat jendela. Sialnya, sampah itu kena Justin, penguasa ged...