Aku begitu lelah sampai menjatuhkan tubuhku langsung ke kasur. Ini gara-gara Al tidak memberitahukan ku kalau dia ada rapat OSIS, membuat ku harus jalan kaki pulang. Kenapa jalan kaki? Karena isi dompet ku habis buat jajan sepulang sekolah. Bodoh ya?
Menurut ku Gedung B gak seseram khayalanku. Buktinya aku gak dibully, padahal biasanya anak baru kan dibully dan aku juga punya teman. Si kembar, Paul dan Paula. Mereka baik juga lagi.
Tok... Tok..
"masuk aja, gak dikunci,"
Dan seseorang pun duduk di tempat tidur ku, aku sibuk memainkan Ipadku, jadi aku gatau itu siapa. "So? Hari pertama lo gak digangguin siapa-siapa kan?," aku menoleh dan mendapati kakakku, Al sedang memasang wajah cemas. "kagak elah... Gue malah dapet temen tuh, Paul ama Paula. Tau gak?"
"Enggak, gak kenal tapi bagus deh kalo gitu. Seharian ini gue cemas tau sama lo! Takutnya lo diapain gitu," aku tertawa renyah mendengar kata-kata Albert. Sejak kapan dia perhatian sama aku? "Kok lo malah ketawa sih? Serius gue," tambahnya lagi sebal. "Ampun deh... Sejak kapan lo perhatian ama gue? Haha", godaku sambil tertawa.
"Yee jangan geer dulu, iblis. Gue cuma gamau aja, orang bilang kalau, adeknya penguasa gedung A dibully ama anak-anak gedung B," katanya kepada ku. "Halah alasan aja.. Btw emang misalnya gue dibully, lo gak bisa bantu gitu?," tanyaku penasaran.
Dia menggeleng, "mana bisa. Itu bukan daerah kekuasaan gue. Kecuali kalo gue penguasa gedung B, baru deh lo bakal dihormatin dan bener-bener ditakutin."
"Oh," jawabku singkat.
Karena aku orang waras, makanya aku gak akan cari masalah disekolah baru ini, walau aku jago berantem dan bekas jagoan di SMP dan SMAku yg lama. Karena aku tau, jika aku nyari gara-gara, lawanku gak akan mudah. Beda sama SMA ku yang dulu, semuanya lemah.
"Yaudah, gue tinggal ye.. Sorry ya, abisnya tadi rapatnya bener-bener mendadak sih!!" katanya sambil beranjak pergi. "Gapapa... Tapi lain kali kasih gue ongkos pulang ye! Gue jalan kaki tau, tadi!," kataku sambil merengut.
Mata Al membesar dan berkata, "Masa?! Boong lo ah! Kan jauh egee".
"Yee gepercaya, udeh sono pergi lo ahh", kataku sambil melempar bantal terdekat. Dia pun melet dan berjalan menuju pintu kamarku.
*
AUTHOR'S POV
"Sayang, baik-baik disekolah ya... Jangan nakal!," ucap seorang ibu paruh baya yang cantik sambil mengecup kening kedua anaknya. "Iya ma, aku kan udah tobat. Dah mama," jawab Justice dengan senyumannya.
"Iya, aku jagain dia kok, ma-pa. Udah ya dah!", Kata Albert sambil membuka pintu mobilnya dan melambaikan tangannya, diikuti Justice.
"Hari kedua! Ckck... Mudah-mudah'an sama baiknya kayak kemaren," kata Justice sambil berdecak pelan. "Iya, gue doain deh, Just. Hati-hati melangkah aja," jawab Albert sambil tetap fokus dengan jalanan.
"Thanks, Al. Sejak gue masuk sekolah lo, lo jadi baik ama gue," kata Justice sambil menyenggol bahu Albert. "Dari dulu udah baik kali gue... Lo nya aja gak nyadar," dia menengok sebentar kearah Justice dan tersenyum konyol.
"Yee pede banget buset dah. Udah sono nyetir aja gih. Gue mau denger musik dulu," Justice langsung memasukan earphone ke smartphonenya.
"Ckck adek gue yang satu ini emang gak pernah berubah. Dengerin musik adalah hobinya deh pasti," batin Albert sambil melirik kearah adiknya yang sedang menggumamkan lirik lagu Radioactive dari Imagine Dragons.
*
Mereka sampai setengah jam kemudian dan berpisah. Al ke gedung A, Justice ke gedung B. Justice pun berjalan kearah kelasnya sambil tetap memakai earphone nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice and Justin [ PENDING ]
Ficção AdolescenteJustice Valencia Valery, cewek berumur 16 tahun, kelas 2C di sekolah barunya, Goodie Gold HS. Berawal dari kemarahan Justice terhadap kakaknya, Albert membuatnya membuang isi tong sampah lewat jendela. Sialnya, sampah itu kena Justin, penguasa ged...