JUSTIN'S POV
Aku bolak-balik mengecek jam tanganku. Kenapa Justice belum muncul juga? Apa dia sengaja berlama-lama di kamarnya? Aku berdecak kesal. Begitu menyadari orangtua Justice sedang ada di depanku, aku langsung berhenti berdecak dan tersenyum ramah palsu.
Ayah Justice menatapku tajam, "Jadi... Justin... Ayahmu yang punya Jesse Corp. bukankah begitu?" tanyanya sambil menunjukku. Aku berusaha tersenyum ramah lagi, "Iya, eh om..." jawabku singkat. Mata ibunya Justice berbinar-binar. Tampak sekali dia sangat senang menyadari putrinya berpacaran dengan anak seorang pengusaha terkenal selain suaminya. Kami akan jadi pasangan serasi, sederajat, blabla. Urusan ibu-ibu sosialita ribet.
"Sejak kapan kamu berhubungan dengan anak saya?" tanyanya lagi. "Beberapa hari yang lalu. Saya lupa," jawabku cuek. Asli, aku memang lupa tanggal dimana aku menyekap pacarku Justice. Pacar macam apa aku ini yang lupa tanggal jadian dengan pacarnya?
"Lupa? Tanggal jadian sendiri kok lupa! Saya gak yakin kamu lupa...." aku harus menahan wajahku yang sekarang berusaha membuat wajah marah. Dan kugigit lidahku supaya tidak menyemburkan kata-kata yang tak sopan kepada orangtua. "Inget... Ini orangtua pacar lo. Inget," pikirku berusaha menenangkan diri.
"Udahlah pa... Biarin lupa. Iya kan?" untung ibunya masih baik. Tapi tampaknya aku sudah ingat hari apa itu. "Eh, kalo gasalah kamis kemarin. Eh tanggal 7." Ayah Justice mengangkat alisnya, "Oh. Inget juga ternyata... Oh itu Albert!"
Nah... Pake ada Al segala. Kemana sih Justice?! Apa dia sengaja membuatku tersiksa seperti ini?? "Hi Al," sapaku sambil tersenyum pura-pura senang. Dia menatapku tajam dengan tatapan dinginnya, lalu membalas dengan kata-kata dingin juga, "Hey, Justin. Tumben. Mau ngajak Justice kemana? Anak buah lo ikut?" ingin rasanya kutonjok wajah meledeknya. Tapi kutahan tanganku dengan mengepalkannya. Aku tidak membalas kata-katanya sama sekali.
"Hahaha... Penasaran banget ya, kakak ipar?? Hehe. Ah!!!! Justice!!! Sumpah gue lega banget lo udah turun! Anjir lo gatau betapa tersik- betapa menyenangkannya ngobrol dengan keluarga lo ini!!" pekikku saat melihat Justice yang sedang turun dari tangga dengan.... Dengan anggunnya. Oke harus kuakui dia cantik sekali malam ini.
Aku terdiam sebentar setelah mengatakan beberapa kata tadi. Aku mengamatinya. Gaunnya warna merah sepaha dengan hiasan bentuk hati di sekeliling bagian roknya. Dia juga mengenakan sepatu high-heels warna merah juga.
Dan aku beralih kewajahnya, dia mengenakan riasan wajah natural biasa, tapi menurutku luar biasa! Bibirnya pink alami yang sedikit ditambah dengan lipbalm, kalo gasalah. Eyeshadownya juga oke, bulu matanya lah yang kuperhatikan saat dia berkedip. Pipinya dipakaikan blush on. Rambutnya!! Rambutnya digerai biasa, tapi dia memakai alat pengeriting sehingga rambutnya jadi kriting bergelombang, yah... Kau tau lah maksudku!
Pokoknya hari ini dia sangat-sangat-sangat cantik! Lebih dari siapapun di dunia ini! Bahkan mengalahkan ibuku! Aphrodite pun pasti kalah dibandingnya.
"Woi! Apaan sih! Liatnya gitu banget!! Ayo kalo mau pergi!!" tanpa kusadari dia sudah ada di depanku sambil menampar pipiku pelan. Aku langsung tersentak dan memfokuskan mataku padanya. "Ngapain pake nampar sih! Eh, maksudnya... Kenapa sih harus nampar? Kan gak sopan, beb."
Dia merona, dan langsung menarikku menjauh. Tapi saat itu ibunya berkata, "Eh, Justice! Udah cantik kok, gayanya kayak cowok gitu?? Gak pamit mama-papa-kakak kamu?"
Kami melakukan pamitan secepat kilat dan langsung menuju mobil. Kubukakan pintu untuknya, karna dia adalah putri untuk malam ini.
*
"Bisa banget lo! Akting di depan keluarga gue, sok baik! Tapi Al kan tau gimana aslinya lo! Dia pasti tadi komentar aneh!" celotehnya begitu kami di dalam mobil. Aku memutar bola mataku, "Dia gak ngomong apa-apa tuh. Yang penting sekarang itu adalah lo dan gue, okay? Btw, lo cantik banget banget banget hari ini. Sumpah gue gak boong," kataku sambil mengangguk-angguk saat dia menaikan alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice and Justin [ PENDING ]
Teen FictionJustice Valencia Valery, cewek berumur 16 tahun, kelas 2C di sekolah barunya, Goodie Gold HS. Berawal dari kemarahan Justice terhadap kakaknya, Albert membuatnya membuang isi tong sampah lewat jendela. Sialnya, sampah itu kena Justin, penguasa ged...