3. Ini baru awalan.

567 34 2
                                    

AUTHOR'S POV

"Hah... Hah... Boss, dapet infonya boss! Hah....," teriak Julian dengan napas terengah-engah. Justin melirik kearahnya dan menaikan sebelah alisnya. "Katakan kalau begitu," balasnya sambil menatap tajam Julian.

"Cewek itu, cewek itu adiknya Albert! Dia pindah kesini gara-gara di SMA lamanya dia suka berantem dan jadi penguasa disana!," Justin tampak berpikir sejenak.

"Oh.... Adiknya Albert. Gak jauh beda sama kakaknya yang bego itu.," batin Justin sambil mengerutkan keningnya. "Bagus kalau gitu. Rencana kita malah makin bagus dengan adanya fakta itu," Kata Justin akhirnya.

"Boss, yakin mau nyiksa anak cewek cantik, kaya, adiknya penguasa gedung A kayak gitu?" tanya Jeremy takut-takut. Justin mengepalkan tangannya dan menggeram, "Lo takut? Atau lo naksir cewek itu? Ingat gak sih? Al itu siapa dan apa yang bikin dia jadi musuh gue?"

Jeremy hanya mengangguk singkat sambil menunduk.

"Pokoknya ikutin gue aja dan jangan banyak banyak bantah!"

AUTHOR'S POV END

*

JUSTICE'S POV

"Sial!!!! Kenapa gue bego banget yak? Harusnya tuh sampah gak gue buang begitu aja lewat jendela!" raungku sambil melempar bantal kearah lemari kaca dikamarku.

Ya... Ini memang hari buruk buatku, dan mungkin buat Justin yang sudah kena sampah-sampah yang tadi kubuang dari lantai atas.

Aku merasa, bahwa besok, saat aku sekolah... Keadaan akan berbeda 99% Oh... mudah-mudahan aja pikiranku ini salah. Biasanya kalo lagi stres kayak gini, aku langsung ke dapur mencari cemilan-cemilan simpananku.

Dan yup! Oreo, Ferero Rocher, Pocky coklat, dan Pringles rasa original siap menemani masa-masa stresku sekarang.

Drtttt... Drttt...

"Apaan sih! Ganggu banget orang... Nyam... Nyam... Lagi... Nyam... Makan!," omelku sambil mengunyah. Dengan kesal aku menyambar Smartphoneku dan memencet tanda Answer tanpa melihat nama penelpon.

"Haloh?"

"Hi, ini aku. Kamu kenapa pindahnya mendadak gitu? Sekolah sepi banget gaada kamu tau. Aku kangen banget sama kamu!"

"Anjir! Ngapain dia nelpon gue segala?! Gue juga udah ganti nomor keleus," batinku kaget.

"Apaan sih lo! Dapet nomor gue darimana lo?! Lagian lo ngapain sih nelpon gua segala??," tanyaku sambil membentak-bentak. Aku bisa mendengarnya mendecak.

"Ckckck... Justice sayang, aku dapet nomor kamu dari... Umm .. Kepo deh ah. Itu gak penting deh. Yang pasti aku nelpon kamu karena kangen, sayang. Kamu lupa semua tentang kita?"

Aku mulai mengacak-acak rambutku frustasi. "Udah stres tambah dibikin stres. Gila emang," batinku kesal.

"Kita? Bego dah lu. Ga pernah ada kata 'kita' diantara LO sama GUE. Bye!," kataku mengakhiri kalimat dan memutus sambungan.

JUSTICE'S POV END

*

JUSTIN'S POV

Cewek itu membuat tidur malamku gak nyaman! Maksudku, karena kekesalan ku kepadanya! Bukan karena lain-lain.

Bayangkan saja, sampah-sampah kotor tiba-tiba terjatuh ke kepalamu. Bagaimana tuh rasanya? Hii jijik lah. Ah tapi aku gak terlalu mementingkan kotor atau baunya. Yang terpenting itu adalah harga diri ku yang rasanya sudah terinjak.

Justice and Justin [ PENDING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang