Bagian 1

1.4K 164 61
                                    

Happy reading guys 😘😘😘

Langit malam ini tampak ramai dengan bintang yang berkerlip ditemani bulan yang bersinar terang. Seolah tengah mendukung suasana romantis di salah satu meja restoran yang sedang ditempati oleh Bella. Diam-diam dia memperhatikan Justin yang tengah memotong daging steak miliknya. Lebih tepatnya, membantu memotong-motong. Bella menggigit bibirnya saat melihat Justin tersenyum. 'Dasar kesayanganku ini! Apa dia tidak sadar kalau senyumannya itu sering mencurangi persaingan? Dia jadi makin tampan dan sempurna saja, padahal senyumku sepertinya tidak berefek sebesar itu di wajahku,' batin Bella sambil membalas senyuman Justin.

"Oke, siap untuk dimakan," ujar Justin setelah selesai memotong steak Bella. Bella mendadak gugup dan tersipu.

"Sepertinya tanganku ini memang merusak suasana dan penampilan.." keluh Bella pelan. Tangan kanannya tersiram air panas tadi pagi saat akan membuat kopi. Justin panik melihat dirinya kesakitan. Bella sempat khawatir karena malam ini Justin akan mengajaknya makan malam romantis dan kenyataan bahwa tangannya tidak bisa banyak digunakan untuk makan membuat penampilannya tidak bisa sempurna bukan? Memalukan dan menyedihkan secara bersamaan. Bella kembali menggigit bibirnya melihat Justin hanya terkekeh pelan.

"Siapa bilang? Kau tampak cantik dan sempurna di mataku, bagaimana pun keadaannya. Jangan terlalu khawatir, ada aku sebagai pengganti tanganmu," kata Justin sambil menggenggam tangan kirinya yang tidak terkena air panas. Bella lagi-lagi tersipu, wajahnya memerah malu mendengar kata-kata manis Justin. Padahal sudah 3 tahun dia selalu diserang kata-kata semacam itu oleh Justin, tapi entah kenapa dia tidak juga terbiasa.

"Ah kau curang. Jangan tersipu seperti itu. Rona di wajahmu membuatmu terlihat terlalu cantik, Bella."

Bella mendelik mendengar celetukan Justin, yang nyaris sama seperti apa yang batinnya katakan beberapa saat lalu. Tanpa sadar Bella mencubit punggung tangan Justin, membuat Justin memejamkan mata dengan kening berkerut menahan diri agar tidak memekik keras. Bella tersenyum geli melihatnya. Mereka pun melanjutkan acara makan malam itu, Bella melahap makanannya sambil sesekali melirik Justin yang menatapnya tanpa henti. 'Oh ya ampun, bagaimana bisa aku mengendalikan wajahku jika Justin terus saja menatapku seperti itu? Astaga wajahku terasa panas sekarang,' batinnya. Bella beranjak berdiri dari kursinya.

"Aku akan ke toilet sebentar," gumam Bella. Justin menaikkan kedua alisnya namun kemudian mengangguk.

"Melarikan diri hm?" bisik Justin lirih, namun Bella bisa mendengarnya. Sebelum wajahnya kembali memanas, dia segera melesat ke toilet diiringi kekehan pelan Justin. Bella berdiri di depan wastafel, menatap wajahnya di cermin.

"Ya ampun, kenapa kau bertingkah seperti remaja yang baru saja jatuh cinta, Bella? Memalukan," kata Bella gemas pada dirinya sendiri. Dia mencoba mengatur nafasnya agar tidak gugup. Sebetulnya dia menyadari apa penyebab kegugupan ini. Bella ingat perkataan Joy di telepon beberapa hari yang lalu.


(Flashback On)

"Bella, Justin akan melamarmu."

"Apa?!"

"Aku melihat Justin masuk ke toko perhiasan. Dia pasti membeli cincin untukmu," seru Joy yakin. Bella yang tadinya sedang mengetik sesuatu di laptopnya sontak berhenti untuk menyimak cerita Joy.

"Sok tahu. Memangnya kau melihat Justin membelinya dengan mata kepalamu sendiri?" tanya Bella tidak percaya. Dia mendengar suara decakan di ponselnya.

"Justin itu hidup sendirian. Dia tidak punya saudara dan hanya punya kau sebagai kekasihnya. Kau pikir Justin ke toko perhiasan untuk membeli cincin atau anting untuk dia pakai sendiri?! Atau kau pikir Justin-mu itu ke toko perhiasan untuk memesan perhiasan nenek moyangnya?! Tentu saja dia akan membeli cincin untukmu, Bodoh!!" seru Joy menggebu-gebu, "Taruhan, sebentar lagi dia pasti akan melamarmu."

Hunch (JB) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang