Bagian 3

800 107 19
                                    

Happy reading 😘😘😘

Seorang gadis melangkah gesit menuju sebuah ruang kerja berdinding kaca buram keabuan sambil membawa sebuah kotak berukuran cukup besar. Tanpa mengetuk pintu, gadis itu mendorong pintu ruangan dengan sikunya dan mendapati seorang gadis lain tengah sibuk menulis sesuatu di secarik kertas sambil bicara di telepon.

"Oke, aku akan menghubungimu lagi nanti. Thanks, Robin," kata Bella seraya menutup telepon dan berdiri menghampiri gadis di seberang meja kerjanya, "Apa kau sudah menghubungi Leora lagi, Joy? Apa dia sudah membereskan soal undangan? Ah ya, bagaimana soal dekorasi? Catering? Dan--"

"Bella, tenanglah. Sudah banyak orang yang mengurus itu, kau jangan terlalu khawatir. Mereka orang-orang yang profesional dan bisa dipercaya," sela Joy sambil mengangkat kotak yang dibawanya, menunjukkannya pada Bella. Bella menyelipkan helai rambutnya ke belakang telinga.

"Aku hanya ingin semuanya disiapkan dengan baik. Aku tidak ingin ada kesalahan, Joy.." gumam Bella sembari menghela nafas. Joy menepuk pundak sahabatnya itu pelan.

"Everything will gonna be perfect, Bells. Calm down.." kata Joy menenangkan Bella seraya membuka kotak tadi dan mengeluarkan sebuah gaun pengantin bergaya simple namun elegan, berwarna putih dengan brokat menutupi bahu hingga pergelangan tangan. Joy tersenyum melihat Bella yang tampak terpukau pada gaun yang dia tunjukkan.

"Boleh aku mencobanya?"

"Tentu saja, ini gaunmu," kata Joy namun kemudian mencolek lengan Bella, "Eh tapi, bagaimana jika tiba-tiba Justin masuk? Kata orang jika gaun pengantin wanita dilihat oleh calon suaminya sebelum pernikahan, itu bisa jadi pertanda buruk," katanya dengan wajah seolah serius. Bella mengibaskan tangannya.

"Jangan berpikir yang buruk-buruk. Lagipula aku tidak percaya takhayul semacam itu," gumam Bella santai dan tidak peduli. Joy mengedikkan bahu seraya membantu Bella mencoba gaunnya. Joy berdecak kagum. Gaun indah itu membungkus tubuh ramping Bella dengan begitu pas. Bella pun tampak puas dengan gaunnya. Tiba-tiba pintu ruangan diketuk, Justin muncul dari balik pintu dengan terburu-buru.

"Hai sayang," sapa Justin sambil lalu, "Apa kau melihat flashdisk-ku? Kemarin aku membuka file dengan laptopmu disini dan aku melupakan flashdisk itu," jelasnya sambil membuka laci-laci di meja kerja Bella. Bella yang masih memakai gaunnya membalikkan buku-buku di atas meja, ikut mencarikan flashdisk yang Justin inginkan.

"Ini," ujar Bella, menemukan apa yang Justin cari. Justin tersenyum senang menerimanya.

"Love you, Babe. Aku pergi dulu," ujar Justin namun Bella segera menahan lengannya, membuatnya menoleh. Bella menyentuh gaun yang dipakainya.

"Bagaimana? Bagus tidak?" tanya Bella antusias dengan wajah berseri-seri. Justin menatapnya sepersekian detik seraya mengecup pipi Bella cepat.

"Apapun yang kau pakai, akan selalu bagus di mataku," kata Justin seraya berbalik kembali menuju pintu. Bella buru-buru meraih selebaran di atas meja.

"Justin, aku sudah melihat-lihat selebaran untuk tempat honeymoon kita, kau--"

"Pilihlah sesukamu, aku menurut. Aku pergi dulu," sahut Justin tanpa menatap Bella sedikitpun dan segera menghilang di balik pintu ruangan. Bella mematung dengan selebaran yang masih berada di tangannya. Kebahagiaan yang tadinya nampak jelas di wajah Bella, kini surut menghilang. Joy yang melihat semua itu ikut merasakan atmosfer yang kurang mengenakkan di sekitarnya. Dia merangkul bahu Bella yang kini menghela nafas lesu.

"Mungkin dia masih sibuk, Bells.."

"Apa dia lupa kalau pernikahan kami satu bulan lagi, Joy?"

"Apa dia lupa kalau pernikahan kami satu bulan lagi, Joy?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hunch (JB) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang