Bagian 2

1K 104 27
                                    

Happy reading guys 😘😘
Jangan lupa vote ya 😅😅




Bella membalikkan tubuhnya lalu membuka matanya perlahan saat menyadari ujung hidungnya mengenai sesuatu. Kulit seseorang. Bella mengangkat wajahnya dan melihat Justin tertidur pulas, mendekapnya hangat. Diam-diam Bella tersenyum. Tadi malam, akhirnya. Justin benar-benar melamarnya, seperti tebakan Joy. Dan Bella tidak punya alasan untuk menolak lamaran itu. Meskipun dia rasa keromantisannya berkurang karena Justin melamarnya di dalam mobil, bukannya saat makan malam romantis tadi di restoran. Tapi mungkin hanya perasaannya saja, karena Justin justru terkekeh saat mendengar protesnya.

"Aku ingin membuatmu terus mengingat bagaimana aku memintamu menjadi istriku. Meski tanpa tempat romantis, adegan berlutut yang romantis dan sebagainya. Setidaknya.. setiap kau naik mobilku dan setiap mobil itu berhenti di tengah jalan, kau akan selalu teringat lamaranku. Sesederhana itu. Siapa tahu aku beruntung, dengan semakin seringnya kau mengingat lamaranku, semakin besar juga cinta yang akan aku dapatkan darimu."

Bella merona sejadi-jadinya. Saat itu dia langsung menyembunyikan wajahnya yang memerah ke dalam pelukan Justin. Justin yang baik. Justin yang perhatian dan rupawan. Justin yang lembut dan humoris. Justin yang sempurna untuknya. Bella menggesek-gesekkan hidungnya di dada Justin, merasa gemas dan malu secara bersamaan. Tiba-tiba pelukan Justin mengerat, membuat Bella tersadar kalau Justin merasakan keusilannya.

"Kenapa Bella? Apa tanganmu masih sakit?" gumam Justin lirih dengan suara parau khas orang bangun tidur. Bella mengangkat wajahnya, hanya untuk mendapati mata Justin masih terpejam. Justin sudah mengobati dan membungkus tangannya yang tersiram air panas dengan perban sehingga tangannya aman dari gesekan atau semacamnya.

"Tidak. Tidak sakit.." bisik Bella. Justin mengusap punggung Bella lembut lalu mengecup kening Bella. Dia menatap Bella dengan mata setengah terpejam dan senyum miring yang tersungging berani.

"Tidurlah, Sayang.." gumam Justin, "Atau aku akan menerjangmu lagi kalau kau tidak segera tidur," bisiknya sensual membuat Bella tersipu, memerah sejadi-jadinya. Dia segera berbalik, memunggungi Justin untuk menyembunyikan senyum malu-malu. Justin terkekeh pelan, dia mencium bahu Bella lembut.

"Good night, Justin.." bisik Bella, bersamaan dengan dirasakannya hembusan nafas hangat Justin di permukaan tengkuknya, membuatnya merinding sesaat. Justin mengeratkan pelukannya, mengecup kepalanya sayang.

"Sleep tight, Baby.."

***********

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***********

"Apa kau yakin? Jenica tidak mempermasalahkan apapun, lagipula kami sudah mulai mencicil keperluan bayi kami sejak bulan lalu. Yang lainnya bisa menyusul."

"Tidak apa-apa, Brian. Aku akan mengurus semuanya bersama Justin. Kurasa sebaiknya kau selalu siaga di dekat Jenica mulai sekarang, siapa tau dia mendadak mulas dan melahirkan," sahut Bella sambil membuka halaman buku yang sedang dia lihat sedari tadi. Dia tengah memilih-milih dekorasi untuk pernikahannya dari buku katalog seorang Wedding Organizer kenalan Joy. Setelah minggu lalu Justin melamarnya, dia dan Justin mengabari orang terdekat mereka masing-masing tentang kabar baik itu. Justin hanya punya segelintir orang yang dekat dengannya, dia tidak mempunyai keluarga sedarah karena dia dibesarkan di panti asuhan. Sedangkan Bella, hanya Brian satu-satunya anggota keluarga yang tersisa, setelah orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat bertahun-tahun yang lalu. Ditambah Jenica, istri Brian yang tengah hamil. Selebihnya hanya teman-temannya saja. Sesaat Bella mendengar Brian terkekeh dari ponselnya. Ya, Bella sedang berbicara dengan kakaknya Brian via ponsel.

"Masih sebulan lagi perkiraannya. Ya sudah, jika kau perlu bantuan apapun, segera hubungi aku. Oke?"

"Ay ay, Captain," seru Bella dengan senyum lebar lalu menyudahi panggilannya dan meletakkan ponselnya di atas meja. Joy yang duduk di depannya menatap sahabatnya itu dengan wajah antusias.

"Aaaa.. Apa Jenica sebentar lagi melahirkan? Berarti sebentar lagi kau akan punya keponakan," ujar Joy sembari menopang dagunya dengan tangan, "Dan kau sebentar lagi akan menikah. Segera susul kakakmu itu."

"Susul apa?" tanya Bella tidak mengerti. Joy memainkan alisnya sambil tersenyum miring.

"Punya anak. Hamil dan melahirkan. Nanti setelah menikah, sering-seringlah membuatnya bersama Justin."

"Membuat apa?" tanya Bella lagi dengan wajah polos. Joy menepuk keningnya sendiri seraya memutar bola matanya. Ya ampun, kenapa dia bisa memiliki sahabat yang bodoh seperti ini sih?

"Membuat anak! Bercinta!" bisik Joy gemas, "Kau harus semangat, pakailah lingerie yang seksi, bersikap penuh godaan dan aktif saat kalian bercinta!! Jangan pasrah begitu saja, pokoknya buatlah Justin terus tergiur padamu. Sampai dia tidak bisa berpaling darimu dan ranjang," sambungnya dengan wajah mesum. Bella mendelik dan wajahnya memerah sejadi-jadinya mendengar kalimat vulgar Joy yang tanpa ditutup-tutupi. Joy memang sudah gila. Apa dia lupa kalau Bella selalu tidak begitu nyaman bicara sevulgar itu? Wajah Bella akan langsung berubah menjadi seperti tomat matang tiap kali mendengar itu.

"Hentikan omongan gilamu itu, oh Tuhan.." kata Bella sambil mencubit punggung tangan Joy kesal. Joy memekik kesakitan dan Bella hanya mendengus sebal saat mendengar Joy tertawa geli, tampak puas sudah menggoda Bella.

"Itu urusanku dan Justin nanti, aku tidak ingin meminta petuah darimu soal itu. Sekarang yang terpenting, bantu aku saja memilih dekorasi yang unik untuk pernikahanku," ujar Bella sambil kembali membuka buku katalog di depannya. Joy akhirnya ikut melihat-lihat namun kemudian menggumamkan sesuatu.

"Kenapa tidak meminta pendapat Justin? Memilih bersamanya? Toh itu untuk acara kalian berdua, kalian akan lebih puas jika memilih sendiri daripada orang lain yang memilihkan, bukan?"

Bella terdiam sejenak lalu menghela nafas pelan. Yah, sebenarnya dia ingin melakukan itu. Tapi Justin bilang sedang sibuk karena ada pekerjaan penting. Meski sedikit kecewa, namun Bella mencoba mengerti.


"Dia sedang sibuk," sahut Bella singkat lalu tersenyum tipis, "Mungkin lain kali."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Note :
Maaf ya pendek hihihi 😂😂😂

Jadi pengennya Hunch semanis Cold Jasmine apa serumit Jacklyn? 😁😁😁

See yaaa 😘😘

Hunch (JB) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang