Happy reading guys 😘😘😘
Bella duduk sambil melihat ke luar jendela mobil. Justin mengemudi mobilnya dengan santai. Hari ini mereka akan kembali mencoba gaun pengantin untuk Bella dan tuksedo untuk Justin yang akan dipakai di acara pernikahan nanti. Pemikiran semalam masih menguasai Bella, membuatnya tidak banyak bicara. Justin menoleh sesaat, menatap Bella yang masih memandang ke luar jendela mobil dengan lesu.
"Apa kau sehat?" tanya Justin. Bella mengangguk pelan.
"Sehat," jawab Bella pelan. Justin mengangguk-angguk lalu suasana kembali hening. Bella memejamkan matanya. 'Keheningan ini bisa membunuhku,' batinnya. Suasana seperti ini tidak baik, dia harus bisa mengendalikan diri dan mengembalikan Justin seperti semula. Maka Bella membuka mata lalu mencoba menyunggingkan senyuman manis, seolah tidak ada apa-apa.
Tanpa terasa mereka sudah sampai di butik milik Joy, sahabat Bella yang membuatkan gaun khusus untuk pernikahan Bella. Mereka segera turun dari mobil, melempar senyum satu sama lain. Saat Bella mengulurkan tangannya untuk digenggam Justin dan berjalan bersama memasuki butik, ternyata Justin justru berhenti melangkah dan menempelkan ponselnya di telinga.
"Kau masuk dulu. Aku harus menjawab ini sebentar," jelas Justin menunjuk ponselnya seraya menyingkir dari Bella. Samar-samar Bella menangkap gelak tawa Justin dan obrolan entah apa yang Justin lontarkan pada orang yang meneleponnya. Seakan pembicaraan itu sangat seru. Bella menelan ludahnya yang sesaat terasa pahit seraya melangkah masuk ke butik tanpa menoleh ke belakang. Joy menyambutnya dengan gembira, namun Bella tidak bisa menyembunyikan kemurungannya. Dia mencoba gaun pengantinnya secara lengkap dengan high heels yang akan dia gunakan minggu depan. Beberapa saat kemudian Justin masuk ke dalam butik dan pegawai Joy langsung membantunya memakai tuksedonya. Bella menatap punggung Justin yang terlihat semakin tegap dengan balutan jas hitam polos dan kemeja putih yang begitu pas di tubuhnya. Diam-diam dia terkagum-kagum, namun kekagumannya sontak sirna saat mendengar celetukan Justin.
"Jas ini rasanya tidak cocok untukku, celana ini juga. Kupikir ada warna dan model lain yang lebih bagus," ujar Justin pada pegawai butik. Bella yang mendengar itu sebagai sindiran tajam untuknya, merasakan tangannya bergetar sehingga dia segera mengepalkannya.
"Tidak usah dipakai jika merasa tidak cocok. Tidak usah pakai tuksedo juga tidak apa-apa kalau kau tidak suka. Kau bisa pakai apapun semaumu," sahut Bella pedas dengan emosi tertahan. Justin berbalik dan menatap Bella dengan dahi berkerut.
"Bella.."
"Apa??! Kau tidak pernah mau memilih sendiri apa yang akan kau pakai dan selalu mengatakan, 'Aku akan memakai apapun yang kau pilih untukku,' tapi sekarang tinggal beberapa hari lagi kita menikah dan kau menolak seenaknya pilihanku? Apa maumu?! Apa kau tahu semua yang kau pakai itu dibuat khusus untukmu?!" seru Bella marah seraya berbalik menjauhi Justin. Para pegawai butik dan Joy segera menyingkirkan diri melihat pertengkaran itu. Justin mengejar Bella dan dengan sigap meraih tangan kekasihnya.
"Bella, maafkan aku. Tapi tidak perlu marah-marah seperti itu.." kata Justin pelan. Bella menyentak genggaman Justin kasar dan masuk ke ruang khusus milik Joy. Justin mengikutinya.
"Tutup pintunya!" seru Bella marah. Justin menutup pintu lalu kembali menghadap ke arah Bella yang kini tengah menatapnya tajam, menangis tanpa suara, seolah membiarkan air matanya mengalir begitu saja.
"Sebetulnya apa kau peduli pada pernikahan kita? Apa kau memikirkannya? Atau kau pikir ini hanya permainan? Atau lamaranku waktu itu hanya gurauan?" seru Bella dengan suara bergetar, "Selama ini kau bahkan tidak mau repot-repot untuk menanyakan padaku bagaimana perkembangan persiapan pernikahan kita. Apa lagi mengurusnya seperti yang selama ini aku lakukan. Padahal aku menolak Brian yang bermaksud membantuku karena kupikir aku akan mengurus semuanya bersamamu! Tapi apa?! Kau sibuk dengan urusanmu sendiri, mengabaikanku, seakan aku ini hanya pajangan yang tidak penting!" serunya lagi dengan mata memerah. Justin mendekati Bella, mencoba meraih bahunya namun Bella mundur menjauh.
"Lepas jas itu jika kau tidak merasa cocok dengan pilihanku. Pergi dari sini," gumam Bella memunggungi Justin. Justin menghela nafas panjang lalu melangkah ke luar ruangan tanpa berkata apapun. Sekilas sebelum pintu ruangan itu tertutup, Bella melihat gerakan Justin benar-benar melepaskan jas itu dari tubuhnya lalu melangkah pergi. Spontan Bella menutupi wajahnya dengan kedua tangan, menangis tersedu-sedu.
"Kau jahat, Justin.."
***************
Bella melangkah menuju apartemen Justin dengan langkah ragu. Perkataan Joy tadi siang kembali terngiang-ngiang di kepalanya.
"Mungkin ini semua hanya kekhawatiranmu yang berlebihan saja, Bells. Aku memaklumi, kata orang saat kita akan menghadapi hari pernikahan memang selalu saja ada masalah kecil yang seakan mencoba mengacaukan konsentrasi kita. Segera selesaikan jika memang kalian punya masalah. Jangan dipendam atau nanti akan meledak di saat yang tidak tepat. Kalian sebentar lagi akan menikah. Mungkin kalian perlu.. bicara secara terbuka atau jika kau mau, cobalah mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Jangan dikalahkan oleh perkiraan yang masih abu-abu, Bells.."
Dan inilah yang akan Bella lakukan. Dia ingin memeriksa apartemen Justin, jika saja ada suatu petunjuk disana. Bella ingin menanyakan langsung pada Justin, namun sebagian dirinya tidak berani. Dia takut dia salah. Dia takut Justin merasa tertuduh. Dia tidak ingin menyakiti perasaan Justin. Dia tidak sampai hati.
Tangan Bella gemetar saat mengeluarkan kunci duplikat dan membuka pintu apartemen Justin. Justin bilang hari ini dia ada pekerjaan sampingan di luar urusan kantor, jadi Bella berani masuk ke apartemen Justin tanpa memberitahu. Bella menutup pintu kembali setelah dia melangkah masuk. Sunyi dan remang-remang, belum ada satupun lampu ruangan yang menyala, hanya ada cahaya bulan yang masuk lewat jendela. Bella sengaja membiarkan lampu-lampu itu tidak menyala seraya melangkah masuk ke kamar tidur Justin. Berantakan, seperti biasa. Kali ini dia menyalakan lampu tidur di nakas samping ranjang. Matanya menelusuri setiap sudut ruangan. Alih-alih menemukan sesuatu, justru kenangan manis mereka di dalam kamar itu yang seolah terputar di depan mata Bella. Bagaimana mereka menghabiskan malam bersama, bercumbu dan berakhir dengan percintaan yang membuat mereka kelelahan dan terlelap nyenyak saling berpelukan keesokan harinya. Bella memejamkan mata, mengusir kenangan itu seraya berbalik, memeriksa ruangan lain. Tidak ada yang mencurigakan, sampai dirinya berdiri di depan pintu ruangan khusus milik Justin. Bella membuka pintu perlahan, menyalakan lampu kecil yang ada di samping pintu. Dan disanalah Bella tercengang.
Ada belasan foto wanita yang tidak dia kenali tergantung dalam ruangan itu, seperti baru saja tercetak. Wanita cantik berambut pirang panjang berpose menawan, khas jepretan kamera Justin. Selama ini Justin memang punya pekerjaan sampingan selain pekerjaan di kantor, biasanya dia akan menceritakan tentang model-model yang dia foto di luar sana pada Bella, menunjukkan fotonya dan sebagainya. Namun kali ini tidak.
Justin diam, menyembunyikan semua darinya.
Bella menggigit bibirnya kuat-kuat, menahan tangisnya sambil memperhatikan foto-foto itu. Dadanya bergemuruh tidak karuan. Saat tiba pada foto terakhir, foto Justin dan wanita itu duduk berdampingan, dengan dua orang lain di sisi mereka di sebuah bangku panjang, memamerkan senyum terbaik bersamaan, air mata Bella akhirnya jatuh di pipi.
Dia berharap matanya salah melihat. Dia berharap ini bukan Justin, ini bukan sesuatu yang sengaja Justin sembunyikan darinya. Namun sulit. Bella berusaha sekuat tenaga untuk tidak peduli pada apa yang dia temukan, tapi tidak bisa.
Apa ada wanita lain, padahal seminggu lagi dia dan Justin akan menikah?
Note :
😖😖😖😖😖Jadi harus bagaimana Bella bersikap, teman?
Justin tega 😭😭😭Part selanjutnya bakal lebih 'jelas' lagi. Ditunggu yah 😄😄😄
Vote vote vote vote dulu..😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Hunch (JB) ✓
Short Story"Andai aku tahu pasti mana firasat dan mana prasangka.." Bella seorang pemalu, seringkali tidak sampai hati untuk menyergap kesalahan orang lain. Namun kini Bella ragu, apa dia harus tetap begitu saat mendapati Justin yang begitu sempurna untuknya...