(d)

2K 120 4
                                    



Batam, 8 Januari 2016


Aku benar-benar kewalahan! Selama tujuh hari ini aku harus bangun jam setengah lima pagi untuk membersihkan rumah sebisanya. Tepat jam enam aku harus membuat susu untuk anak-anak, dan kemudian jam 6.20 aku mengantar mereka berdua ke sekolah barunya. Lalu tepat jam tujuh aku ke binatu, dan jam 7.35 aku harus sudah berangkat ke kantor supaya bisa tiba di sana tepat jam delapan.

Saat istirahat makan siang, aku harus cepat-cepat kembali pulang untuk menjemput anak-anak. Aku juga harus menyiapkan makan siang mereka. Aku tidak memasak, itu sudah jelas. Tapi aku jelas juga tidak bisa asal begitu saja membeli makanan untuk makan siang mereka berdua.

Jam lima sore, saat aku sudah pulang dari kantor, aku langsung mengajak anak-anak untuk makan malam lebih awal. Lalu aku dan Iing akan menyuci piring bersama. Aku yang mencuci, Iing yang mengeringkan. Iing sendiri awalnya yang mememaksa untuk membantuku mencuci piring. Dan sejauh ini ia sudah memecahkan tiga piring.

Setelah itu, kami berdua akan membahas kembali pelajaran yang putri kecilku dapatkan di sekolah tadi pagi. Dan tepat jam delapan aku menyuruhnya untuk tidur. Tapi aku sendiri tidak bisa tidur, karena aku harus menunggu Basil. Anak tengil itu biasanya jam setengah tujuh malam sudah pergi lagi dan baru pulang sekitar jam sepuluh.

Di suatu malam, aku pernah bertanya padanya "kenapa kamu selalu pulang larut malam?" dan dia menjawab, "karena aku sudah bekerja, Yah. Ayah gak perlu nungguin aku setiap malam. Aku punya kunci duplikat."

"Tunggu dulu, mulai kapan kamu kerja? Memangnya kamu kerja apa?"

"Selamat malam, Yah!"

Sejak saat itu, di rumah baruku yang sertifikatnya masih atas nama perusahaan Muse Multimedia ini, ada sebuah kamar yang selalu terkunci. Aku sudah pernah mencoba untuk membahas lagi masalah ini saat sarpan. Tapi, seperti yang aku ceritakan sebelumnya, aku benar-benar kewalahan! Bahkan aku baru sempat menulis hari ini!

Aku jadi teringat perkataan Mama Muzun kalau keluarga kecilku ini masih membutuhkan perhatian 'perempuan dewasa'. Apa aku harus mencari istri baru? Tapi rasanya masih terlalu dini untuk memutuskan hal itu.

Tentu saja di sini, aku sudah berkenalan dengan beberapa 'perempuan dewasa' itu. Tetangga sebelah—keluarganya bapak Ferdi Salim, memiliki seorang putri yang cantik bernama Juliany Moka. Keponakaannya—Rianty Kerber, yang kebetulan tinggal bersama mereka, juga tidak kalah cantik.

Oh, di kantor baruku sendiri ada bos GM yang bahkan lebih cantik lagi. Namanya Laura Palmer. Juga ada Josephine Monik, asistennya yang suka menghiasi kukunya itu. Mereka semua perempuan yang menyenangkan!

Seandainya aku bisa mendeskripsikan bentuk fisik mereka seperti seorang penulis profesional. Sungguh, mereka semua benar-benar perempuan yang luar biasa cantik. Tapi meskipun begitu, tetap saja...

Mereka bukan Sheila.    

Mr. Hardy [PUBLISHED IN A BOOK] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang