28 Februari 2015
Sheila, Basil—anak kita yang tengil itu ternyata bekerja sebagai penyiar radio! Kamu bisa percaya itu?
Aku sudah takut Basil tersedot ke lingkungan yang negatif. Di sini sangat mudah menyeludupkan barang dari Singapura. Termasuk barang haram. Dan pekerjaan kotor itu memang menggiurkan. Aku benar-benar tidak bisa tenang sebelum aku tahu apa yang sebenarnya Basil kerjakan.
Jadi, empat hari yang lalu aku memutuskan untuk mengambil cuti dari pekerjaanku dan menjadi bayang-bayang Basil seharian. Aku mengikutinya ke mana pun dia pergi. Dan untuk menjalankan misiku itu, aku menyewa tiga tukang ojek yang berbeda.
Begini cerita lengkapnya. Seperti biasa, jam satu siang Basil sudah keluar dari sekolah. Aku sendiri sudah menunggu di depan gerbang sekolah sejak mengantarnya pagi itu. Tidak ada murid yang keluar gerbang. Setelah makan siang, Basil langsung mandi. Saat itulah aku cepat-cepat memesan layanan ojek.
Sorenya, aku membuat anak-anak makan malam lebih awal seperti biasa. Tapi aku melewatkan cuci piringnya. Aku beralasan ke Iing kalau aku sedang kurang enak badan dan ingin langsung istrirahat di kamar. Aku menunggu.
Dua puluh menit kemudian, scooter Basil sudah meninggalkan rumah. Tapi ojekku belum datang. Aku sudah nyaris mengikutinya dengan mobilku sendiri. Tapi untungnya, itu tidak terjadi.
Bang Mahfud—tukang ojek pertama yang aku pakai jasanya, tiba hampir sepuluh menit setelah Basil pergi. Aku langsung menyuruhnya untuk mengejar scooter Basil. Scooter itu awalnya terparkir di depan mini market 24 jam. Lama sekali Basil di sana. Aku tidak tahu apa saja yang dia beli. Semuanya terbungkus dengan karton.
Aku kira, dia akan berpesta. Bakar marsmellow, jagung, ikan, atau semacamnya. Tapi ternyata setelah dari mini market itu, dia memarkirkan scooter-nya di gimnasium. Aku langsung cepat-cepat membayar ongkos ojeknya ke Bang Mahfud dan kemudian dengan tanpa ragu menyelinap masuk ke dalam gimnasium itu.
Di sana, Basil menyerahkan semua yang dia beli itu ke laki-laki besar bertato yang sama sekali tidak terlihat ramah. "Ini Bang, semuanya sudah aku beli," katanya. Lalu laki-laki itu berujar, "ya sudah. Pergi. Nanti kamu terlambat."
Basil dengan patuh langsung meninggalkan gimnasium itu. Aku sendiri langsung bergerak cepat memesan ojek lagi. Untungnya waktu itu, tidak sampai sepuluh menit ojek yang aku pesan sudah datang untuk menjemputku.
Aku merasa kalau aku tidak perlu tahu, apalagi mengingat nama tukang ojek itu. Aku hanya memberinya perintah yang sama seperti yang aku lakukan ke Bang Mahfud. Dan aku menemukan scooter Basil itu terparkir di atm di pinggir jalan.
Aku harus menyuruh tukang ojeknya untuk tetap jalan terus sampai beberapa meter jauhnya supaya Basil tidak curiga. Aku kemudian langsung membayar ongkosnya dan berlagak sedang sangat menikmati rokok di trotoar. Basil sendiri juga lumayan lama di atm itu. Aku jadi punya kesempatan untuk memesan ojek lagi sebelum dia pergi.
Coba tebak setelah ini scooter Basil terparkir di mana. Ya, di kantor radio RRI. Ketika aku menyelinap masuk ke dalam, Basil sedang siaran acara bincang-bincang yang menggunakan bahasa inggris itu. Yang menemani Basil di dalam ruang siaran adalah pemuda yang baru lulus SMA.
Oh, dan semua barang yang dia beri ke laki-laki mengerikan itu? Itu adalah barang-barang untuk keperluan acara ulang tahun radionya. Aku mendengarnya secara tidak sengaja dari laki-laki itu sendiri saat dirinya datang ke kantor radio itu.
"Aku gak ngerti," katanya kepada wanita berpotongan rambut cepak aneh yang menyambut kedatangannya. "Kenapa bos perlu barang-barang murahan dari mini market itu untuk acara tahunan kita? Buang waktu sama tenagaku aja. Aku juga jadi gak enak sama Basil."
"Sudah Bang," ujar wanita itu. "Mungkin memang si bos lagi pingin acara ulang tahun radio kita ini dirayakan secara sederhana aja tahun ini. Tahun kemarin kan kita udah bikin acara yang heboh banget. Gak baik juga kalau setiap tahun seperti itu terus. Kita ini kan cuma stasiun radio, bukan stasiun televisi, apalagi stasiun balapan."
Oke, yang terakhir itu aku sendiri yang menambahkan. Maaf, itu hanya bentuk lain dari komentar sini. Habisnya, mereka berdua benar-benar aneh dan mengerikan. Aku jadi terpikir untuk memenggal kepala mereka berdua dan menenempatkannya di ladang jangung untuk mengusir burung gagak.
Oh, ya.. Basil juga waktu itu mendapatkan gaji pertamanya dan sekarang dia sudah punya hp baru. Dan juga, aku hampir saja lupa membayar ongkos ojek waktu itu. Jadi, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Sheila.
Sekarang malam sudah terlalu larut. Jam sudah menunjuk ke angka sebelas. Selamat malam, istriku tercinta! Mimpi yang indah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Hardy [PUBLISHED IN A BOOK] ✅
Fiction générale√ COMPLETED STORY You know I'm perfectly imperfect... And I just can promise you no promises. But please don't be afraid to give me the honour to take you as the bone of my bone.. because honestly, everything I desire in a wife is in you. -Mr. Ahmad...