Matahari baru bersinar di jendela kamarku . aku terbangun dengan lunglai dan tak bersemangat. Karena semalam aku mengerjakan tugas hingga dini hari. Dan untungnya tugas itu beres dalam satu malam, kalau tidak, aku akan kena marah Pak John. Dosen yang killer itu.
Aku berjalan ke kamar mandi dengan mataku yang terus merapat itu.
Setelah mandi, aku langsung berpakaian rapi dengan kemeja putih yang lengannya di linting setengahnya dan levis panjang . rambut di biarkan terurai. Ditambah sneakers putih yang menambah penampilanku terlihat bagus untuk di pandang.
Selesai aku merapikan tugasku itu, aku langsung bergegas berangkat ke kampus .Jarak rumahku dan kampus lumayan jauh. Untuk menempuhnya aku pun harus menaiki sepeda. Sepeda putih yang aku pakai sejak kelas satu SMA dulu. Memang umurnya sudah lama, tetapi itu sepada yang sangat nyaman untuk aku pakai.
***
Sesudah sampai di kampus , aku langsung memakirkan sepedaku khusus ditempat parker sepeda.Aku bersyukur, kampusku memberikan sedikit ruang untuk dijadikan sebagai parkir sepeda.
Memang tidak banyak mahasiswa yang memakai sepeda, tapi masih ada kok mahasiswa yang memakai seped untuk transportasinya ke kampus.
“Rasti” seseorang memukul pundakku dari belakang. aku spontan menoleh kebelakang, jujur aku sedikit kaget.
“DIANA” aku langsung setengah berteriak karena terkejut.
Dan kini aku kenalkan kalian pada sahabatku yang satu ini, dia adalah Diana. dia adalah sahabatku satu-satunya yang sering bawel padaku. tapi dia adalah sahabat idaman bila dia di kategorikan seperti itu. Dia selalu membelaku disaat ada orang membullyku. dia… ah sudahlah , bila aku terus menceritakannya. Novel ini akan habis dengan ceritanya.
“tugasmu bagaimana? Selesai?” Diana menggandeng pundak seperti biasa. Dengan agak sedikit jingjit. Tubuhku memang sedikit lebih tinggi bila dibandingnya.
“selesai donk” aku menyombongkan diriku padanya.
“hm, aku kurang percaya padamu” katanya sambil tangannya memegang dagu, tanda curiga.
“sungguh, aku sudah menyelesaikannya. Ini buktinya.” Jawabku dengan memberikan kertas tugasku padanya.
Ia membawa kertas itu dengan kasar, dan langsung mengeceknya. Dengan muka tidak percaya, dia terus membacanya dengan bolak balik kasar .
Aku langsung membawanya tanpa permisi. Dengan masih menampakan muka tak percaya dia melihatku. Disitu pula aku juga memasang muka sombongku lagi.
Aku langsung berjalan menuju kelas tanpa menghiraukan Diana. Diana pun langsung mengejarku dengan sedikit berlari.
“ke-kenapa kamu bisa menyelesaikan tugas itu dalam satu malam.? akupun butuh waktu 5 hari untuk menyelesaikan tugas itu, tugas itu lumayan sulit. Itu tidak mungkin Rasti.” Ia terus tak percaya dengan apa yang aku buat.“tentu bisa, tidak ada yang tidak mungkin bagi Rasti.” Aku terus menyombongkan diriku di hadapannya.
“uuu..” dia mendorong kepalaku.
“sudah sudah, cepat kita kekelas sebelum dosen John datang.” Aku langsung senyum dan menggandeng sahabatku itu kekelas.***
Untung saja, kami masuk ke kelas tepat waktu. Karena, tidak berselang lama Pak John pun datang ke kelas.yang sebelumnya sedang mengobrol atau pun sedang beraktifitas lainnya. Semua mahasiswa pun langsung terdiam dan duduk dengan posisi manis saat orang dengan badan tinggi besar berada di palang pintu.
“Semua , keluarkan tugas kalian dan kumpulkan kedepan.” Dosen langsung memerintah dengan suara tegas yang menggelegar dan menakutkan merambat ke seluruh penjuru kelas.
Ketua kelas pun langsung berdiri dan langsung menuruti perintah Pak John tersebut. Tanpa ada suara sedikitpun semua tugas sudah terkumpul di meja dosen.
Aku hanya bisa menelan ludah saat dosen itu memeriksa tugasku. Semoga tugasku tidak ada salah. Akhirnya aku memilih untuk memejamkan mata daripada melihat ekspresi sang dosen yang terus melihat tugasku.
“RASTI” Dosen John pun akhirnya memanggilku. Tubuhku tersentak, Keringat dingin pun langsung membasahi sekujur tubuhku. Aku yang tadinya memejamkan mata , langsung membuka mata dan dengan takut menatap dosen John.
Ya ampun kesalahan apa yang aku buat hingga aku harus di panggil oleh Dosen John. Dengan ragu aku mengangkat tanganku.
“Kedepan.” Dengan satu tarikan nafas panjang aku langsung bergegas maju kedepan. Ya Tuhan lindungi aku. Jangan jadikan hari ini aku berakhir di Rumah sakit.“Anak-anak , kalian harus belajar banyak pada Rasti. Karena tugasnya kali ini mendapat nilai yang sempurna.” Aku sangat terkejut dengan penyataannya tadi. Mataku melebar. Aku langsung memandang Diana dengan muka yang melongo. Aku benar benar tak percaya dengan semua ini.
“ini .” pak John memberikan lembar tugasku.” pertahankan ini Rasti.” Pak John berkata dengan nada Bangga.
Aku mengangguk dengan patah-patah. Dengan tampang tak percaya aku pun kembali ke kursiku, dengan diiringi tepuk tangan dari teman-teman sekelasku. Kelas riuh seketika, semua tatapan tertuju padaku. Ada pula yang memberikan siulan padaku.
“Sudah diam.” Suara seram kembali terdengar. Tak butuh 1 detik, semua kembali ke kondisi semula. Sunyi , dan rapih.
“sekarang materi kita membahas tentang Ekonomi hari ini.“ Pak John pun memulai perkuliahan hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Cream
Fiksi Remajaice cream , ice cream adalah hidupku, belahan jiwaku .Senang ataupun sedih ice cream selalu menemaniku. Rasa manisnya ice cream telah menghilangkan segala masalah hidupku . Aku mempunyai kategori masalah di setiap rasanya . Coklat adalah dimana aku...