TIGA : KEHIDUPANKU

23 2 0
                                    

“haduh, capenya hari ini.” aku membanting tubuhku ke kasur yang empuk. Melempar tasku ke sembarang arah.

Hari ini aku sangat lelah. Sekaligus hari yang indah, Beberapa kejadian yang menyenangkan terjadi hari ini.

Yang pertama , aku mendapatkan nilai terbaik dikelas Pak John yang terkenal pelit nilai. Dan yang kedua..

Reflek bibirku tersenyum mengingat kejadian tadi.

Yang kedua adalah bertemu dengan pelayan yang senyumnya manis itu. Ya walaupun pertamanya aku kesal dan marah karena ada orang yang menyerobot antreanku. Tapi, semua itu sudah aku lupakan.

Aku menatap langit-langit kamar dan melukiskan senyuman disana.

“Ras, turun. Makan dulu.” Tiba-tiba Ibuku memanggil sekaligus membuyarkan lukisanku di lngit kamar.

“Iya ma. Bentar.” Aku menjawab dengan sedikit berteriak, agar terdengar oleh ibuku itu.

Aku bergegas membawa handuk dan pergi ke kamar mandi dengan senang.

*** 

“masak apa mah hari ini.” aku menghampiri ibuku yang sibuk menyiapkan masakan di atas meja makan.

“masak , masakan yang special hari ini.” ibuku merentangkan tangan dengan wajah berseri.

“emang ada apa mah hari ini.” Adik bungsu laki-lakiku yang baru datang ke meja makan langsung menyambar dengan pertanyaan. Dengan membawa Video game ditangannya dia terus melangkah dan duduk di sampingku.

“hari ini papah akan pulang.” Ibuku tersenyum riang melontarkan kalimat itu.

“hari ini papah pulang ?.” aku bertanya heran pada ibu.

“iya.” Ibuku mengangguk pasti padaku.

Bukan masalah ayahku akan pulang hari ini. tapi aku tahu pasti, selalu saja ayahku itu janji akan pulang , tapi nyatanya itu bohong. Ayahku selalu saja memberi harapan palsu pada kami. Tapi ibuku selalu saja percaya akan kata ayahku itu.

Ibuku tak pernah bosan menunggu ayah pulang. Walaupun, tak jarang dia dibohongi. Ya, ayahku tak pernah telat untuk mengirimkan uang bulanan pada kami. Tapi, aku , adik dan ibuku ingin waktu bersama dengannya bukan uangnya.

Sudah hampir 1 tahun dia tak pulang. Dia selalu sibuk dengan pekerjaan di laut,menjadi seorang Nahkoda sebuah kapal besar yang selalu menyebrangi samudera yang luas.

Aku bangga pada ayahku, sangat bangga. Tapi, aku selalu kecewa saat dia selalu saja memberi kami sebuah harapan kosong. aku marah setelah ayahku bilang tidak jadi pulang karena ada pekerjaan mendadak. Ibu selalu saja sedih mendengarnya. Murung hampir 2 hari lamanya, hingga tak mau makan. Aku selalu kesal pada Ayah. Kenapa dia selalu bilang akan pulang. Tapi, semua hanya harapan dan angan-angan yang dia berikan.
Saat dia benar-benar pulang. Bukannya menghabiskan waktu bersama keluarga . dirinya malah keluar, pergi kerumah teman-teman lamanya. Hingga tengah malam. Dan besok siangnya, dia kembali lagi bekerja. Entahlah, apa dia lakukan disana. Hingga lupa waktu , istri dan anak-anaknya.
Jadi, setiap kali ibuku memberi kabar bahwa ayah akan pulang, aku selalu bersikap dingin tak peduli.

Akhir-akhirnya juga gak jadi pulang lagi. Celetukku dalam hati , kesal.

“Yaudah makan duluan aja ya.” Ibuku tersenyum gembira.

Aku mulai menyedokkan nasi putih kedalam piring. Dan menyinduk beberapa teman nasi.

“jam berapa papah akan pulang mah ?.” adikku bertanya dengan makanan yang penuh dalam mulutnya.

“dek, abisin dulu makanannya kali, baru nanya.” Aku menjawab ketus padanya. maksudku percuma saja dia bertanya seperti itu. Toh ayah akan mengingkari janjinya lagi.

“apa sih kak. Sensi amat jawabnya?. PMS ya?.” Dia membalasnya lagi.

“ADEK.” Aku melotot padanya. Dia selalu saja bilang sepert itu saat aku sedang marah atau jutek padanya.

Adikku langsung menjulurkan lidahnya padaku sambil menjulingkan matanya, meledekku.

Aku mengangkat sendok yang ada di tanganku. Berniat menakutinya.

‘mamah , liat kakak , dia pukul aku mah!.” Adikku merengek pada ibu.menuduh yang tidak-tiak padaku. Memang sifat adik selalu begitu. Menyalahkan kakaknya yang tidak punya dosa apapun padanya. dan memanfaatkan kasih sayang orang tua untuk dijadikan senjata melawan kakaknya sendiri.

“apa mah!. Aku gak mukul dia kok.” Aku langsung menbantah tuduhan itu. Aku langsung menyimpan sendok di meja.
“iya mah , kakak mukul aku pake sendok. Tuh.” Adikku memperlihatkan dahinya yang baik-baik saja.

Aku reflex menjitak dahi yang lebar itu.

“awww.” Adikku menjerit kesakitan. “tuh maaah.” Lanjutnya sambil meringis kesakitan. Kali ini dahinya benar-benar merah.

Hehe. Aku tertawa puas dalam hati.

“sudah, sudah. Jangan berantem terus. Kalian ini sudah besar.” Ibuku menjawab sabar kelakuan kami yang selalu saja bertengkar. “ngomong-ngomong dimana Kirana ?. kok dai belum makan?.”

Kirana adalah adikku yang pertama. Dia baru kelas 3 SMP. Tapi dandanannya sudah melebihku. Dan selalu telat pulang dengan alasan main ke mall bersama teman. Aku sudah capek menyeramahinya. Tapi, ibu selalu sayang anak-anaknya. Tanpa ada perbedaan. ibu selalu memberi dia maaf bila da melakukan kesalahan, dan tak lama dia akan mengulanginya kembali.

Aku mengangkat pundakku. Adikku yang berada di sebelahku pun menggelengkan kepalanya.

“palingan masih diluar.” Aku berkata dingin.

Aku menyuapkan suapan terkhirku dan mengambil gelas yang berisi air. “alhamdulilah.” Aku menyenderkan punggungku pada kursi.

“mah,aku keatas dulu ya. Mau ngerjain tugas.” Aku pamit pada ibuku yang masih makan.

“eh bentar.” Ibu menahanku.

“apa ?” aku bertanya heran.

“Cuci piring dulu, mamah capek habis masak.” Ibuku menunjukan wastafel tempat piring dan gelas kotor bertumpuk disana.

Aku mengembuskan nafas panjang. Dengan segera, aku melakukannya. agar cepat beres dan sepat kekamarku, dan melanjutkan lamunanku tadi yang terhenti.

Hai, terimakasih sudah membaca karya saya. Jangan lupa vote dan comment ya. Itu bisa jadi motivasi aku dalam menulis.

-Refia shizuka-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Ice CreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang