ONE

5.9K 563 64
                                    


"Daddy! Daddy!"

Daniel membuka matanya dengan paksa. Suara cempreng balita menyambutnya pagi ini, ditambah dengan kasurnya yang berderit heboh karena balita lucu itu lompat-lompat dengan semangat.

"Daddy, ayo bangun! Hali ini ulang tahun Luna, Dad!" teriak Kang Luna dengan penuh semangat.

"Eunghh..."

Luna memeluk ayahnya dengan erat. "Dad, salapan lalu antal Luna ke TK."

Daniel yang masih setengah sadar, tersenyum manis. Ia mengelus surai Luna. Balita berusia empat tahun itu menatap ayahnya dengan matanya yang besar.

"Eoh? Hari ini siapa yang ulang tahun memang?" goda Daniel.

Luna tampak kaget. Matanya mengerjap lucu.

"Luna, Dad!"

Sebenarnya Daniel hanya berharap satu hal. Selain kebahagiaan dan kesehatan putri kecilnya itu, Daniel berharap suara Luna berkurang satu oktaf saja. Setiap pagi mendengar teriakan Luna sudah cukup membuat Daniel mudah panik.

"Oke, oke. Apa yang harus daddy lakukan?" Daniel mendudukkan diri. Ia menarik Luna ke pelukannya.

Luna tampak berpikir. Sesekali dia mengerling jahil kepada daddy-nya.

"Ucapan selamat ulang tahun, Dad," Luna mengacungkan jari telunjuknya. "Ciuman selamat ulang tahun," Daniel mengangguk mendengar celotehan Luna. "yang terakhir kado ulang tahun."

Sembari mengucapkan permintaan yang ketiga, Luna memandang Daniel penuh harap. Setiap tahun Daniel memberikan hadiah ulang tahun untuk Luna. Sekarang usia Luna sudah menginjak empat tahun dan Luna mulai memilih sendiri hadiah ulang tahunnya sejak setahun yang lalu.

"Selamat ulang tahun, Kang Luna. Semoga semakin pintar, cantik, dan sayang sama daddy," Daniel mengabulkan permintaan pertama Luna.

Kemudian, Daniel mencium Luna di kening, mata, hidung, pipi, dan bibir kecilnya. Luna tergelak senang.

"Tahun ini mau kado apa, anak daddy yang lucu?"

"Mau boneka, Dad!"

"Eoh? Kan kemarin Luna sudah minta boneka? Kok sekarang minta lagi?" tanya Daniel bingung.

Luna tersenyum kecil. "Boneka yang baru untuk kakak."

Kakak?
Daniel merasa aneh. Dia hanya tinggal berdua di apartemen ini. Daniel juga tidak punya kakak. Apalagi Luna. Daniel saja tidak punya kekasih bagaimana mungkin dia memberikan kakak untuk Luna?

"Kakak siapa, sih?" pancing Daniel.

Luna memegang pipinya. Dia benar-benar menggemaskan.

"Kakak cantik di kamar Luna."

Daniel nyaris jantungan. Hey, Daniel selalu mengecek keadaan rumahnya. Dia tidak mungkin membiarkan orang tidak dikenal masuk dan tinggal di rumahnya.

"Iya, nanti beli untuk Luna dan kakak cantik, ya?" bujuk Daniel. Dia tersenyum kecil melihat Luna menganguk antusias.

Daniel pernah dengar kalau anak seusia Luna ini rawan memiliki teman imajinasi. Dan mungkin 'kakak cantik' yang dimaksud Luna ini adalah teman imajinasinya. Daniel berharap tidak ada hal aneh-aneh mengenai putrinya.

***

Daniel memakaikan sabuk pengaman Luna kemudian memakai miliknya sendiri. Ia mengantar Luna ke TK seperti biasa. Sebenarnya bukan benar-benar sekolah TK karena Luna baru akan masuk TK tahun depan.

DADDY || Kang DanielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang